tag:blogger.com,1999:blog-46790717356883440962024-02-08T02:07:49.376-08:00Pencari Cinta IllahiPara pencinta Alloh dan RasulNya ...
Para pencari kebenaran yang hakiki ...
Para pencari cintaNya yang sejatiPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-25364882979662263042010-12-21T00:56:00.001-08:002010-12-21T01:32:19.319-08:00Antara Ariel Peterpan dan PoligamiPersidangan Ariel vokalis peterpan masih berjalan dan semua orang selalu mengikutinya , setiap ada berita tentang Ariel Peterpan , maka semua media Televisi memuatnya, wartawan rela berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan gambar seorang manusia yang telah berbuat dosa besar dan dipublikasikan oleh orang lain.<br /><br />Sungguh suatu renungan bagi kita , bahwa tidak serta merta Allah menjadikan Ariel sebagai satu contoh bahwa suatu perzinahan adalah sangat dilarang oleh agama karena akan membawa kemurkaan Allah dan juga akan menimbulkan kerugian bagi siapa saja yang melakukannya, selain itu berzina akan mengakibatkan kaburnya penjelasan tentang siapa sebenarnya ayah dari jabang bayi tersebut .<br /><br />Sekarang kita berbicara sedikit tentang poligami yang sudah jelas diperbolehkan dan dihalalkan bagi siapa saja yang merasa mempunyai kecukupan dan kemampuan untuk berbuat adil. Sungguh menyedihkan bila seseorang yang berjuang demi agama dan menjaga kemuliaan dirinya kemudian melakukan poligami yang halal malah di jauhi oleh media masa, mungkin karena tidak populis ataupun punya ketakutan tidak dapat rupiah dari pemasangan iklan. Hal ini yang terjadi kepada salah satu ulama besar di Indonesia yang kemuliaannya dan tausyiahnya bahkan di nantikan oleh orang Arab sekalipun , tetapi di Indonesia malah di nomor duakan.<br /><br />Sesungguhnya ... negara ini sangat membutuhkan contoh kemuliaan dari dari dirinya, yang membiarkan kepopuleran hilang demi rasa cinta kepadaNya dan demi jalan dakwah yang diyakini kebenarannya.<br />Sesungguhnya ... hanya media masa yang dewasa dan mengerti bahwa rizki hanya dari Allah dan meyakini bahwa sesungguhnya rizki manusia tidak akan tertukar yang akan mengerti dan memahami bahwa lebih baik dan mulia untuk memberitakan kemuliaan daripada memberitakan berita tentang dosa seseorang.<br />Sesungguhnya ... menjalankan poligami dan mempercepat proses pernikahan adalah salah satu jalan yang baik agar terhindar dari perbuatan dosa besar dan mencegah dari kemurkaan Allah.<br />Sesungguhnya ... menjaga kemuliaan diri dengan menjalankan sesuatu yang mungkin belum lumrah dan berkenan di hati banyak adalah lebih baik daripada terjebak kepada kesalahan besar yang akan menjadi tontonan banyak orang.<br /><br />Demi kemuliaan dan dukungan dakwah guru kami tulisan ini kami persembahkan.<br /><br />Dari kantorku di Menara kuningan.Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-85548616378581014202009-12-06T17:43:00.000-08:002009-12-06T17:58:42.435-08:00Untuk Bidadariku-2Kau ku temukan tak sengaja diantara belantara dunia maya<br />Kau ku temukan dengan pertolonganNya<br />Kau kutemukan dengan bimbinganNya<br /><br />Bidadariku ...ku tahu cintamu begitu tulus<br />Bidadariku ...ku tahu cintamu begitu suci<br />Tak tergores dan terserak daun - daun kotor<br />Tak sedikitpun ternodai oleh palsunya cinta<br /><br />Bidadariku ... kembalilah tersenyum<br />Agar dunia ini pun kembali tersenyum<br />Agar senyummu menyinari hati ini<br />Agar kemurnian hatimu bisa terpancar dari wajahmu<br />Agar kemurnian cintamu bisa menyirami hati yang sedang berbunga<br /><br />Bidadariku ... kembalilah berkarya<br />Agar orang - orang yang mencintaimu akan semakin bangga<br />Agar orang - orang yang ingin memilikimu semakin bertambah cintanya<br />Agar orang - orang turut mengikuti karyamu<br /><br />Bidadariku ... Sungguh ku mencintaimu<br />Disetiap langkah dan nafasku<br />Disetiap detik dan waktuku<br />Disetiap hembusan nafasku<br /><br />Bidadariku...sungguh ku menyayangi dan merindukanmu<br />Disetiap tatapan mataku<br />dan disetiap pandangan jiwakuPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-52133492130798014082009-11-10T23:52:00.000-08:002009-11-11T00:11:06.566-08:00Keutamaan Surat Al Kahfi dan Fitnah Dajjal<p style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">Keutamaan surat Al - Kahfi dan Fitnah Dajjal</span><br /></p><p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda:<br />“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi, ia akan terjaga selama delapan hari dari setiap fitnah, jika Dajjal keluar dalam delapan hari Allah akan menjaganya dari fitnah Dajjal.” Hadis ini bersumber dari Ubay bin Ka’b dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)<span id="more-63"></span></p> <p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda:<br />“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia tidak akan terkena bahaya fitnah Dajjal, barangsiapa yang membaca seluruh ayatnya ia akan masuk surga.” Hadis ini bersumber dari Sammarah bin Jundab dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)</p> <p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda:<br />“Maukah aku tunjukkan padamu suatu surat yang diikuti oleh seribu malaikat ketika diturunkan, dan keagungannya memenuhi antara langit dan bumi?” Sahabat menjawab: Mau. Rasulullah saw bersabda: “Surat Ashhabul Kahfi. Barangsiapa yang membacanya pada hari Jum’at, Allah akan mengampuni dosanya sampai Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari, diberi cahaya yang mencapai ke langit, dan akan terjaga dari fitnah Dajjal.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)</p> <p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda:<br />“Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia akan memiliki cahaya pada hari kiamat.” Hadis ini bersumber dari Abu Darda’ dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)</p> <p style="text-align: justify;">Rasulullah saw bersabda:<br />“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, ia akan terjaga hingga tahun berikutnya dari setiap fitnah, dan jika Dajjal keluar ia akan terjaga darinya.” Hadis ini bersumber dari Said bin Muhammad Al-Jurmi dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)</p> <p style="text-align: justify;">Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi setiap malam Jum’at, ia tak akan mati kecuali mati syahid, Allah akan membangkitkannya sebagai orang yang syahid, dan pada hari kiamat ia akan bersama orang-orang yang syahid.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)</p> <p style="text-align: justify;">Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi setiap malam Jum’at, ia diampuni dosanya antara Jum’at dan Jum’at berikutnya.” Hadis ini bersumber dari Ayyub bin Nuh dari Muhammad bin Abi Hamzah dari Imam Ja’far Ash-Shadiq. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)</p>Dari : tafsirtematis.wordpress.comPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-72336676193799694162009-11-10T23:46:00.000-08:002009-11-10T23:47:34.973-08:00Selamat jalan Suamiku tercinta<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="95%"><tbody><tr><td class="judul-berita">Selamat Jalan Suamiku Tercinta... </td> </tr> <tr> <td><em>Oleh : Iswari Nur Hidayati </em></td> </tr> <tr> <td> </td> </tr> <tr> <td class="text-content"> <p align="justify"><em>"... Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..."(Q.S. Al Insyirah : 5-6)</em><br />Hmm...hm.. Darimana aku harus memulai menulisnya ya, kenangan yang indah, kenangan yang luar biasa, dan subhanallah.. Maha Besar Allah dengan segala takdirNya..</p> <p align="justify">Dua puluh tiga bulan yang lalu, ketika ucapak akad nikah itu terlantun dari bibirnya.. ketika itu pula saya merasa bahwa status saya telah berubah, yaitu menjadi seorang istri dari suami yang sholeh..</p> <p align="justify">Hari-hari kami penuhi dengan ucapan syukur pada Illahi Rabbi... Ya Allah terima kasih, engkau telah mengirimkan padaku seorang suami yang sabar, rendah hati, dan sangat menyayangiku..</p> <p align="justify">Subhanallah, Allahu Akbar. Hari-hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan dan penuh senyuman juga harapan. Kami susun lembaran rencana hidup kami yang akan kami lakukan..</p> <p align="justify">Hm..hm..2 bulan setelah menikah, tepatnya Bulan Syawal tahun 2006, pagi itu terasa pusing sekali diriku, terasa berkunang-kunang. Ternyata, alhamdulillah Allah menitipkan janin kecil pada kami. Subhanallah, ada janin kecil dalam rahimku..</p> <p align="justify">Allahu akbar, hari-hari kami lalui dengan semangat yang membara, karena sebentar lagi akan lahir putra kami..hm..hm..rasanya tak sabar menunggunya.. Kami berdua tetap beraktivitas seperti biasa, kuliah S2 kami tetap kami lalui. Karena kami memang punya kewajiban untuk menyelesaikan S2 kami masing-masing...</p> <p align="justify">Tak terasa, kehamilan 6 bulan tiba..hm.. Badanku sudah mulai gemuk, tetapi belum begitu gemuk kata teman2ku..<br />Tiba saatnya suami tercinta bertolah ke Netherland, untuk melanjutkan S2nya. Rasanya begitu berat, ditengah kehamilan yang menginjak usia 6 bulan, 3 bulan lagi saatnya untuk melahirkan.. tetapi bagaimanapun juga dalam pikiranku, aku hanya ingin melihat suami tercinta berhasil dalam hidup dan kuliahnya. Dengan penuh suka cita dan linangan air mata aku melepas kepergiannya di Bandara Adisucipto.. Ujian pernikahan kami tidak sampai disini, suamiku ternyata mendapatkan sedikit ujian tentang penerbangannya. Dia harus "delay" satu hari di Malaysia. Dengan anakku yang masih ada diperutku, aku mencoba mengurus tiket penerbangan suamiku.. Hm..ditengah kelelahan yang menderam ternyata ada kepuasan batin ketika dengan keikhlasan membantu sang suami tercinta. Semoga Allah meridhoi langkah ini, menjadikan pahala atasku untuk berkhidmat kepada suami tercinta..</p> <p align="justify"> Hari-hari di Netherland, terasa begitu lama. Komunikasi lewat handphone dan yahoo messenger merupakan cara kami untuk tetap berkomunikasi, walau memang pulsa membengkak, tetapi tidak jadi masalh bagi kami. Beliau selalu bilang "De, insya Allah ada gantinya sayangku..".<br />Linangan airmata kerinduan untuk bertemu dengan suami terus mendera, akan tetapi semangat untuk mendukungnya, untuk memberikan motivasi padanya mengalahkan segala kelelahan.</p> <p align="justify">Bulan Juni tiba, ujian S2 ku segera digelar sambil menunggu kehadiran suami tercinta dari negeri orang. Hari-hari terus menunggu kepulangannya, hingga tanggal 26 Juni tiba. Saat itu aku selesai ujian semenster 2 S2 ku, pulang jam 5 sore. Bahagia sekali, insya Allah nanti malam berjumpa suami tercinta. Alhamdulillah, "sayangku, insya Allah nanti malam ketemu Ayah.." jam 20.30 aku bertolak ke Bandara untuk menjemput suami tercinta. Alhamdulillah, airmata ini menetes ketika melihat beliau memelukku, mencium keningku tanda kerinduan yang terpendam. Subhanallah, rasanya bahagia sekali ketika berjumpa dengannya setelah terpisah 3 bulan lamanya. </p> <p align="justify">Hm..hm..rasa lelah mendera kami berdua, malam itu seolah cerita tiada habisnya. Alhamdulillah, mas bisa menunggu putra kita lahir di dunia, insya Allah. bahagianya rasanya kembali bisa berkumpul dengan suami..</p> <p align="justify">Keesokan paginya, suami mohon ijin untuk istirahat ditengah kelehannya dari Belanda. Tetapi, jam 08.30 pagi...aku bilang "mas, kayaknya kita harus ke rumah sakit.." Tiba2 air ketubanku pecah, dan panik...tetapi dengan ketenangan suamiku, akhirnya kami ke Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk bersalin..</p> <p align="justify">Puji syukur kehadirat Allah, alhamdulillah sudah bukaan 1. Tetapi ketuban itu terus dan terus keluar, hingga pukul 11.30 alhamdulillah sudah bukaan 8, kemudian jam 12.30 alhamdulillah bukaan 10. Persalinan dijelang, aku masuh ruang persalinan ditungguin oleh suami tercinta. beliau tak hentinya melafadzkan dzikir sambil memegang erat tanganku yang sedang berusaha untuk melahirkan. Sampai jam 15.30 anakku juga belum lahir.. Kami masih berusaha sekuat tenaga untuk proses persalinan normal. Suamiku tak henti2nya meneteskan airmata ketika melihatku melalui proses persalinan. Dokterpun masuk mengontrol kami, kemudian hati kami berdua dikejutkan dengan kata2 "Denyut jantungnya melemah,.." tetapi kekuasaan Allah, 5 menit kemudian diperiksa alhamdulillah normal. Kemudian pukul 16.00 diputuskan untuk operasi caesar. Dan kamipun menyanggupinya. </p> <p align="justify">Alhamdulillah jam 16.45 putra kami lahir, laki-laki dan kami beri nama Asfarizal Abdurrahim Fadiyya Alfauzan. Alhamdulillah, hidunya mancung seperti ayahnya, hampir semuanya mirip ayahnya. Suamiku menangis tak henti-henti....bersyukur kepada Allah, setiap hari beliau melantunkan hafalan surat2 dalam AlQuran, juz 29 yang sering ia bacakan untukku dan putraku dengan hafalan beliau.<br /> Kebahagiaan menyelimuti kami berdua, dan putra kami ajak untuk kuliah S2..</p> <p align="justify">Alhamdulillah suami hampir selesai S2, dan Allah memberikan kemudahan baginya untuk S3. Akan tetapi sebelum bulan November beliau harus selesai S2nya. Ditengah kesibukan kami sebagai orang tua baru, kami harus bekerja sama untuk menyelesaikan S2 suamiku. Alhamdulillah sesuai dengan rencana. </p> <p align="justify">Tiap malam aku menemaninya dan membantunya untuk menyelesaikan S2nya, dan kemudian ditambah lagi dia harus membawa jurnal yang akan dipresentasikan ke Thailand. Alhamdulillah jurnal diterima oleh pihak penyelenggara, dan beliau dijanjikan untuk S3 ke Jepang, Nagoya University apabila beliau bisa menyampaikan paper di seminar dengan baik. </p> <p align="justify">Hari keberangkatan tiba, tanggal 2 November 2007. dengan sukacita beliau bertolak ke Thailand, dengan 'sangu" akan menjadi pembicara disana. sms demi sms kuterima dengan penuh kebahagiaan dan sukacita. Alhamdulillah, sang promotor menyetujui beliau untuk melanjutkan S3 ke Jepang. beliau sms, "Alhamdulillah istriku tercinta, mas bisa berangkat ke Jepang karena Pak Profesor menerima pemaparan mas dengan baik, insya Allah". Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi kami berdua.</p> <p align="justify">Berita gembira itu masih kusimpan dalam handphoneku, dan juga semangat yang dia berikan padaku: "Bunda, alhamdulillah kita punya kehidupan sendiri yang kita bisa bersama berjuang dan meraih impian. Semangat ya bunda, doa ayah selalu terucap untukmu". Subhanallah, beliau sangat menyayangiku, selalu mengobarkan semangat untukku.</p> <p align="justify">Tanggal 4 November, sms demi sms masih kuterima hingga jam 12.45. Kubalas sms itu dan masuk hingga jam 14.00. kebahagiaan menyelimuti hidup kami, dan tak kami duga dan tak kami sangka, ternyata Allah punya rencana besar buat kami.</p> <p align="justify">Jam 15.00 waktu Thailand, suamiku mengalami kecelakaan speedboad, dan Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, dia berpulang kepada Allah Sang Maha Pencipta. Kabar itu kuterima jam 21.30 malam, ketika berita itu disampaikan padaku, aku hanya bisa mengambil air wudhu kemudian menangis dihadapan Allah, sholat sunnah 2 rokaat untuk menguatkan hatiku, hingga yang keluar hanyalah "Innalillahi wa inna illaihi roji'un. Allahuma Ajirnii fii mushibati wakhlufli khoiru minha..." Ya Allah berilah aku pahala atas ujian ini, ringankanlah ujian ini, dan gantilah dengan yang lebih baik..."</p> <p align="justify">Linangan airmata tak henti dari mataku, bibirku kelu untuk berucap apapun, aku tak kuasa menahan tangis ketika orang2 mulai berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa padaku. Hanya lantunan "Laa haula wa laa quwwata illa billah" yang mampu aku ucapkan untuk menguatkanku.<br />Hari senin, aku masih menantikan kepulangan jenazan suami tercinta. Kupenuhi dengan sholat, entah sholat sunah apapun aku usahakan lakukan agar aku tetap khusnudzon sama Allah, begitu berat rasanya hati ini untuk menerima takdir Allah. Putraku masih 4 bulan. Senin, pembicaraan panjang tentang pemulangan suamiku, dan aku menhandle sendiri. Semuanya bermusayawarah denganku tentang kepulangan jenazah suamiku.<br />Hari selasa tiba, jadwal kepulangan suamiku memang sesuai dengan jadwal kepulangan yang direncanakan. Hanya yang berbeda adalah wujudnya. Dia berpulang dalam keadaan membujur kaku tak berucap sedikitpun. Aku ingin menjemputnya dalam pelukanku, akan tetapi dia sudah dibungkus peti jenazah dengan rapi dan di atasnya adalah surat2 kematian untukku, bukan pesan indah darinya tetapi pesan dari KBRI di Thailand. </p> <p align="justify">Selasa, 6 November 2007, kami keluarga besar beserta tim dari UGM menjempunya di bandara AdiSucipto. Aku tak mampu untuk meguasai diriku, airmata keluar tak terasa sebagai wujud cintaku padanya. Laa haula walla quwwata tak henti dari bibirku, sambil menggendong putraku aku menyapa suamiku.. "Assalamu'alaikum sayangku, cintaku...Selamat datang suamiku tercinta.." Aku hanya mencium peti jenazahnya, bukan dirinya. Allahu Akbar..</p> <p align="justify">Sampai di rumah duka, peti jenazah dibuka, subhanallah, allahu akbar, suamiku tersenyum di peti jenazah itu. Berulang kali aku mengusap wajahnya, dan airmataku kutahan dengan sekuat tenagaku. Aku menemaninya di dekat peti jenazah suamiku..</p> <p align="justify">Pemakamanpun tiba, aku menemaninya hingga beliau dimasukkan ke dalam liang lahat. Dan itu untuk terakhir kalinya aku memandang suamiku tercinta, tetesan airmata membaasahi pipiku.. Aku tak mampu untuk berucap apapun kecuali lantunan doa untuknya untuk suami tercinta...<br /> Aku pulang dari makam dengan langakh gontai, tetapi aku ingat anakku...</p> <p align="justify"><em>Selamat Jalan suamiku tercinta, semoga Allah mengampunimu.. engkau pergi ke Thailand dalam rangka menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu, dan juga memperjuangkan keluargamu dan masa depanmu, Banyak yang mengatakan engkau syahid suamiku, karena engkau meninggal tenggelam. </em> </p> <p align="justify"><em>Suamiku tercinta, selamat Jalan...Semoga Allah mengampuni dosa2mu, melapangkan kuburmu,menerangi kuburmu, dan menjadikan kuburmu sebagai bagian dari taman surgaNya..</em> </p> <p align="justify">Aku sangat mencintaimu suamiku..<br />(Insya Allah, cerita ini akan berlanjut. Maaf, saya belum bisa melanjutkan semua ini. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada saya dan putra saya untuk melanjutkan perjuangan demi ridhoNya..)<br /></p><p align="justify"><br /></p><p align="justify">Dari : kumpulan artikel Islami : www.dudung.net<br /></p></td></tr></tbody></table>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-1268710028735129732009-02-23T00:15:00.000-08:002009-02-23T00:16:56.971-08:00Tasawuf<p><span style="font-size:85%;">Dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Abu Juhaifah yang menuturkan, "Pada suatu hari Rasulullah saw keluar menemui kami dengan rozman wajah yang berubah, lalu beliau bersabda:</span></p> <p><span style="font-size:85%;">"Kesucian dunia telah lenyap, yang tinggal hanya kekotoran. Hari ini, kematian adalah penghargaan bagi setiap Muslim." (H.r. Daraquthni, namun riwayat dari Jabir).</span></p><span style="font-size:85%;"><span lang="SV"> <p>Kata Sufi telah menjadi sebutan umum bagi kelompok ini. Jadi seseorang dikatakan seorang Sufi dan kelompoknya disebut Sufiyah. Orang yang berusaha menjadi Sufi disebut mutashawwif, dan jamaahnya disebut mutashawwifah.</p> <p>Tidak ada bukti etimologis ataupun analogis dengan kata lain dalam bahasa Arab yang bisa diturunkan dari sebutan Sufi. Penafsiran yang paling masuk akal adalah bahwa Sufi banyak serupa dengan laqab (gelar).</p> <p>Ada orang-orang yang mengatakan bahwa kata Sufi diambil dari kata souf (bulu). Jadi, tashawwuf [tasawuf] digunakan dengan artian "memakai kain bulu", sebagaimana kata taqammus digunakan dengan arti "memakai baju" (qamis). Itu hanya satu pandangan saja. Tapi sesungguhnya kaum Sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari bulu.</p> <p>Ada pendapat mengatakan bahwa kaum Sufi berhubungan dengan serambi (shuffah) masjid Rasulullah saw. Tetapi kata shuffah tidaklah dihubungkan dengan Sufi.</p> <p>Kelompok lain mengatakan bahwa kata Sufi berasal dari kata shafa’, yang berarti "kemurnian." Pengaitan kata Sufi dari shafa’ tidaklah mungkin ditinjau dari sudut bahasa. Sebagian orang mengatakan bahwa kata Sufi berasal dari shaff, yang berarti barisan, seakan-akan dikatakan hati mereka ada di barisan depan dalam muhadharah di hadapan Allah swt. Ini memang benar dalam arti. Namun kata Sufi tidak bisa menjadi bentuk fa’il dari kata shaf</p> <p>Kesimpulannya, kelompok ini begitu terkenal sehingga tidaklah perlu mencari analogi atau penurunan akar kata untuk sebutan bagi mereka.</p> <p>Setiap orang yang berbicara tentang arti tasawuf, selalu bertanya, apa arti tasawuf? Dan siapa yang disebut Sufi? Setiap ungkapan selalu dikaitkan dengan pengalamannya sendiri. Kami akan menyebutkan sebagian ucapan mereka secara sekilas saja:</p> <p>Ketika Muhammad Al Jurairy ditanya tentang tasawuf, dia menjelaskan, ‘*Tasawuf berarti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela."</p> <p>Al Junayd ditanya soal tasawuf, ia menjawab, "Tasawuf artinya Allah mematikan dirimu dari dirimu, dan menghidupkan dirimu dengan-Nya."</p> <p>Al-Husain bin Manshur Al-Hallaj, ketika.ditanya tentang Sufi menjawab, "Kesendirianku dengan Dzat, tak seorang pun yang menerimanya, dan juga tak menerima siapa pun."</p> <p>Abu Hamzah Al-Baghdady berkata, "Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah mulia, dan dia bersembunyi setelah terkenal. Tanda seorang Sufi palsu adalah dia menjadi kaya setelah miskin, menjadi obyek penghormatan tinggi setelah mengalami kehinaan, dan dia menjadi masyhur setelah tersembunyi."</p> <p>Amr bin Utsman Al-Makky ditanya tentang tasawuf, "Tasawuf adalah si hamba berbuat sesuai dengan apa yang paling baik pada saat itu."</p> <p>Muhammad bin Ali’al-Qashshab mengatakan, "Tasawuf adalah akhlak mulia, dari orang yang mulia, di tengah-tengah kaum yang mulia."</p> <p>Ketika ditanya tentang tasawuf, Samnun berkata, "Tasawuf berarti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula dimiliki oleh apa pun."</p> <p>Ruwaym ditanya tentang tasawuf, "Tasawuf artinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan apa pun yang dikehendakiNya."</p> <p>Al Junayd ditanya tentang tasawuf, "Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah swt. tanpa keterikatan apa pun."</p> <p>Ruwaym bin Ahmad berkata, "Tasawuf didasarkan pada tiga sifat: memeluk kemiskinan dan kefakiran; mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan cara mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri; dan meninggalkan sikap menentang dan memilih."</p> <p>Ma’ruf al-Karkhy menjelaskan, "Tasawuf artinya memihak pada hakikat-hakikat, dan memutuskan harapan dan semua yang ada pada makhluk."</p> <p>Hamdun al-Qashshar berkata, "Bersahabatlah dengan para Sufi, karena mereka melihat alasan-alasan untuk memaafkan perbuatan-perbuatan yang tak baik, dan bagi mereka perbuatan-perbuatan baik pun bukan sesuatu yang besar, bahkan mereka bukan menganggapmu besar karena mengerjakannya."</p> <p>Al-Kharraz menjawab, ketika ditanya tentang ahli tasawuf, "Mereka adalah kelompok manusia yang mengalami pelapangan, yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan segala-galanya. Kemudian mereka diseru oleh rahasia-rahasia yang lebih dekat di hatinya, `Ingatlah! Menangislah kalian karena Kami’."</p> <p>Al Junayd berkata, "Tasawuf adalah perang tanpa kompromi." Dia berkata pula, "Para Sufi adalah anggota dari satu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka." Selanjutnya dia juga menjelaskan lagi, "Tasawuf adalah dzikir bersama, ekstase yang disertai penyimakan, dan tindakan yang didasari Sunnah."</p> <p>Al Junayd menyatakan, "Kaum Sufi adalah seperti bumi, selalu semua kotoran dicampakkan kepadanya, namun tidak menumbuhkan kecuali segala tumbuhan yang baik. " Dia juga mengatakan, "Seorang Sufi adalah bagaikan bumi, yang diinjak orang saleh maupun pendosa;</p> <p>juga seperti mendung, memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu. " Dia melanjutkan, "Jika engkau melihat seorang Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriahnya, maka ketahuilah wujud batinnya rusak."</p> <p>Sahl bin Abdullah berkata, "Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis."</p> <p>Ahmad an-Nury berkata, "Tanda seorang Sufi adalah dia merasa rela manakala tidak punya, dan peduli orang lain ketika ada." Muhammad bin Ali al-Kattany menegaskan, "Tasawuf adalah akhlak yang baik. Barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti la melebihimu dalam tasawuf."</p> <p>Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary mengatakan, "Tasawuf adalah tinggal di pintu sang kekasih sekalipun engkau diusir." Dia juga mengatakan, "Tasawuf adalah sucinya taqarrub setelah kotornya kejauhan dari-Nya."</p> <p>Dikatakan, "Orang yang paling kotor adalah seorang Sufi yang amat kikir."</p> <p>Dikatakan, "Tasawuf adalah tangan yang kosong dan hati yang baik." </p> <p>Asy-Syibly mengatakan, "Tasawuf adalah duduk bersama Allah swt. tanpa hasrat."</p> <p>Dikatakan, "Sufi adalah orang yang mengisyaratkan dari Allah swt, sedangkan manusia mengisyaratkan kepada Allah swt." Asy-Syibly mengatakan, "Sufi terpisah dari manusia dan bersambung dengan Allah swt. sebagaimana difirmankan Allah swt. kepada Musa,’Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku’ (Q.s. Thaha: 41), dan memisahkannya dari yang lain. Kemudian Allah swt. berfirman kepadanya, ‘Engkau tidak akan bisa melihat-Ku’." Asy-Syibly juga mengatakan, "Para Sufi adalah anak-anak di pangkuan Tuhan Al-Haq." Katanya, "Tasawuf adalah kilat yang menyala," dan, "Tasawuf terlindung dari memandang makhluk."</p> <p>Ruwaym berkata, "Para Sufi akan tetap penuh dengan kebaikan selama mereka bertengkar satu dengan yang lain. Tapi segera setelah mereka berdamai, maka tak ada lagi kebaikan pada mereka."</p> <p>Al Jurairy mengatakan, "Tasawuf berarti kesadaran atas keadaan-keadaan diri sendiri dan berpegang pada adab."</p></span><span lang="EN"> <p>Al-Muzayyin menegaskan, "Tasawuf adalah kepasrahan kepada Al-Haq." </p></span><span lang="SV">Askar an-Nakhsyaby menyatakan, "Seorang Sufi tidaklah dikotori oleh sesuatu pun, tapi menyucikan segala sesuatu." </span></span> <p><span style="font-size:85%;"><span lang="SV">Dikatakan, "Pencarian tidaklah meletihkan sang Sufi, dan hal-hal duniawi tidaklah mengganggunya."Ketika Dzun Nuun Al-Mishry ditanya tentang orang-orang Sufi, dia menjawab, "Mereka adalah kaum yang mengutamakan Allah swt. di atas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah di atas segala makhluk yang ada."Muhammad al-Wasithy mengatakan, "Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan, dan sekarang tak ada sesuatu pun yang tinggal selain kesedihan." </span></span></p> <p><span style="font-size:85%;"><span lang="SV">An-Nury ditanya tentang Sufi, dan dia menjawab, "Sufi adalah manusia yang menyimak pendengaran dan yang mengutamakan sebab-sebab yang diridhai." Abu Nashr as-Sarraj ath-Thausy berkata, "Aku bertanya kepada All al-Hushry `Siapakah, menurutmu, Sufi itu?’ Dia menjawab, `Yang tidak dibawa bumi dan tidak dinaungi langit.’ Dengan ucapannya, menurut saya, ini Al-Hushry merujuk kepada nuansa keleburan." Dikatakan, "Sufi adalah orang yang manakala disuguhi dua keadaan atau dua akhlak yang baik, dia akan memilih yang lebih baik diantaranya." Asy-Syibly ditanya, "Mengapa para Sufi itu disebut Sufi?" Dia menjawab, "Hal itu karena adanya sesuatu yang membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada nama yang dilekatkan pada mereka." Ahmad Ibnul Jalla’ ditanya, "Apakah yang disebut Sufi?" Dia menjawab, "Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat ilmiah, namun kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama sekali tak memiliki sarana-sarana duniawi. </span></span></p> <p><span style="font-size:85%;"><span lang="SV">Mereka bersama Allah swt. tanpa terikat pada suatu tempat, tetapi Allah swt. tidak menghalanginya dari mengenal semua tempat. Karenanya disebut Sufi." Abu Ya’qub al-Mazabily menjelaskan, "Tasawuf adalah keadaan dimana semua atribut kemanusiaan terhapus." Abul Hasan as-Sirwany mengatakan, "Sufi adalah yang bersama ilham, bukan dengan wirid-wirid yang menyertainya."Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah, `Inilah Jalan yang tidak cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt. untuk menyapu kotoran binatang’."Abu Ali pada suatu hari menyatakan, "Seandainya sang fakir tak punya apa-apa lagi yang tersisa selain ruhnya, dan ruhnya itu ditawarkannya kepada anjing-anjing di pintu ini, niscaya tak seekor pun yang akan menaruh perhatian kepadanya." Syeikh Abu Sahl Ash-Sha’luky berkata, "Tasawuf adalah berpaling dari sikap menentang ketetapan Allah swt." Al-Hushry berkomentar, "Sang Sufi tiada setelah ketiadaannya, dan tidak pula tiada setelah keberadaannya." </span></span></p> <p><span style="font-size:85%;"><span lang="SV">Ucapan ini tidak mudah dipahami. Kata-kata, "Dia tiada setelah ketiadaannya," berarti bahwa setelah cacat-cacatnya hilang, cacat-cacat itu tidaklah akan kembali. Perkataan, "Tidak pula dia tiada setelah keberadaannya," berarti bahwa dia sibuk bersama Allah swt, tidak akan gugur karena gugurnya makhluk. Seluruh peristiwa dunia tidaklah mempengaruhinya. Dikatakan, "Sang Sufi terhapuskan dalam kilasan yang diterimanya dari Allah." Dikatakan pula, "Sang Sufi terkungkung dalam pelaksanaan Rububiyah dan tertutupi melalui pelaksanaan ubudiyah." Juga dikatakan, "Sufi itu tidak berubah. Tapi seandainya dia berubah, dia tidak akan ternodai." dari sufinews.com<br /></span></span></p>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-63072098220665498632009-02-23T00:13:00.000-08:002009-02-23T00:14:26.900-08:00Kefakiran<span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairi</span><br />Allah Swt berfirman:<br />“(Infaq itu) untuk orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena (mereka) memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Q.s. Al-Baqarah: 273).<br /><br />Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi saw telah bersabda :<br />“Orang-orang miskin akan memasuki surga limaratus tahun sebelum orang-orang kaya. (Limaratus tahun itu) sama dengan setengah hari (surga).” (H.r. Tirmidzi).<br /><br />Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah saw telah bersabda:<br />“Orang miskin itu bukanlah dia yang berkeliling ke sana kemari dengan harapan diberi orang sesuap dua suap, sebutir atau dua butir kurma. “ Seseorang bertanya, “Kalau begitu, siapakah orang miskin itu wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab, “Dia adalah orang yang tidak menemukan kepuasan atas kekayaannya, dan malu minta manusia, tidak pula orang banyak mengetahui hal ihwal mereka hingga mereka bisa diberi sedekah.” (H.r. Ahmad).<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkomentar, tentang ucapan Nabi saw, “dan malu meminta,”artinya adalah bahwa mereka malu kepada Allah swt. untuk meminta-minta dari orang banyak, bukan malu kepada manusia.<br /><br />Kefakiran adalah simbol para wali dan hiasan para Sufi, pilihan Allah swt. pada orang takwa pilihan dan para Nabi. Sedangkan para Sufi fakir merupakan pilihan Allah swt. bagi hamba-hamba-Nya. Mereka adalah pengemban rahasia-rahasia-Nya di antara para hambaNya, yang dengan mereka Dia menjaga para makhluk dan dengan keberkatan mereka rezeki disebarkan di kalangan manusia.<br /><br />Orang-orang fakir yang sabar akan menjadi sahabat-sahabat Allah swt. pada Hari Kebangkitan, seperti dikatakan dalam hadis riwayat Umar bin Khathab r.a, yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Segala sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga adalah mencintai orang-orang miskin. Kaum fakir yang sabar akan menjadi sahabat-sahabat Allah Swt. pada Hari Kebangkitan.” (H.r. Ibnu Laal, dari Ibnu Umar).<br /><br />Diceritakan bahwa seorang laki-laki membawa.kan uang sebanyak sepuluh ribu dirham kepada Ibrahim bin Adham, tetapi Ibrahim tidak menerimanya dan berkata, “Engkau mau menghapus namaku dari daftar orang-orang miskin dengan uang sepuluh ribu dirham! Aku tidak akan menerimanya!”<br />Mu’adz an-Nasafi menegaskan, “Allah tidak pernah membinasakan suatu kaum, apa pun kejahatan yang mereka lakukan, kecuali jika mereka merendahkan dan menghina kaum miskin.<br /><br />“Dikatakan, manakala para fakir tidak memiliki kebajikan lain dalam pandangan Allah selain keinginan mereka agar rezeki dilimpahkan dan dimurahkan di kalangan kaum Muslimin, niscaya itu sudah cukup bagi mereka, sebab mereka perlu membeli barang-barang dan orang-orang kaya perlu menjualnya. Begitulah halnya dengan kaum miskin yang awam, maka bagaimana pula halnya dengan kaum yang terpilih di kalangan mereka?<br />Ketika Yahya bin Mu’adz ditanya tentang kefakiran, dia menjawab, “Hakikat kefakiran adalah bahwa seseorang tidak butuh lagi selain Allah, clan tanda kefakiran adalah tidak adanya harta benda.”<br /><br />Ibrahim al-Qashshar mengatakan, “Kefakiran adalah pakaian yang mewariskan ridha, apabila fakir memakainya.”<br />Seorang fakir dari Zauzan datang kepada Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq pada tahun 394 atau 395 Hijriyah. Dia memakai pakaian yang terbuat dari kain yang sangat kasar dan kopiah dari kain yang sama. Salah seorang sahabat syeikh itu bertanya dengan nada bergurau, “Berapa harga pakaianmu ini?” Dia menjawab, “Aku membayarnya dengan dunia ini, dan akhirat ditawarkan kepadaku untuk ditukar dengannya. Tapi aku tidak akan menjualnya dengan harta tersebut.”<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Suatu ketika seorang miskin mendatangi sebuah pertemuan untuk meminta sedekah, seraya berkata, ‘Saya sudah tiga hari tidak makan.’ Salah seorang syeikh yang hadir di situ berkata, ‘Engkau dusta! Kemiskinan adalah rahasia Tuhan. Dia tidak mempercayakan rahasia-Nya kepada orang yang memamerkannya kepada siapa pun yang dikehendakinya’!”<br /><br />Hamdun al-Qashshar menyatakan, “Manakala iblis dan tentaranya berkumpul, mereka tidak bergembira sebagaimana kegembiraan mereka yang disebabkan tiga hal: seorang Muslim membunuh sesama Muslim, seseorang yang mati dalam keadaan kafir, dan sebuah hati yang menyimpan ketakutan pada kemiskinan.”<br /><br />Al Junayd berkata, “Wahai orang-orang fakir, kamu semua dijadikan terkenal oleh Allah swt. dan dihormati karena-Nya. Tetapi perhatikanlah bagaimana keadaanmu manakala kamu berada sendirian bersama-Nya.” Al-Junayd ditanya, “Keadaan manakah yang lebih baik: miskin dan bergantung pada Tuhan, ataukah dijadikan kaya oleh-Nya?” Dia menjauvab, “Jika kemiskinan seseorang adalah shahih, maka kekayaannya adalah shahih di sisi-Nya. Jika kekayaannya di sisi-Nya adalah shahih, maka kemiskinan dan ketergantungannya pada-Nya juga tersempurnakan. Janganlah bertanya, ‘Manakah yang lebih baik?’ sebab keduanya. adalah keadaan yang salah satunya tidak akan lengkap tanpa yang lain.”<br /><br />Ruwaym ditanya tentang tanda seorang miskin, “Miskin berarti menyerahkan jiwa kepada ketentuan-ketentuan Allah swt.” Dikatakan pula bahwa ada tiga tanda seorang miskin: dia melindungi batinnya, dia melaksanakan kewajiban-kewajiban agamanya,dia menyembunyikan kemiskinannya.<br /><br />Seseorang bertanya kepada Abu Sa’id al-Kharraz, “Mengapa kemurahan hati orang kaya tidak sampai kepada orang miskin?” Dia menjawab, “Karena tiga alasan: kekayaan mereka didapatkan dengan jalan yang tidak halal, mereka tidak dimampukan untuk memberi sedekah, dan penderitaan orang miskin itu memang dikehendaki. ” Dikatakan bahwa Allah swt. mewahyukan kepada Musa as, “Jika engkau berjumpa dengan orang-orang miskin, tanyakanlah tentang mereka seperti engkau tanyakan kepada orang-orang kaya. Jika hal itu tidak engkau lakukan, maka campakkanlah ke tanah semua yang telah Ku ajarkan kepadamu.”<br /><br />Diriwayatkan bahwa Abu Darda’ menegaskan, “Aku lebih suka jatuh dari tembok istana dan remuk daripada duduk bersama orang kaya, karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda:<br />‘Waspadalah untuk duduk-duduk bersama orang mati!’ Seseorang bertanya, ‘Siapa orang mati itu?’ Beliau menjawab, ‘Orang-orang kaya.’ (H.r. Tirmidzi dan Hakim).”2’<br /><br />Seseorang berkata kepada ar-Rabi’ bin Khaitsam, “Harga-harga telah naik!” Dia menjawab, “Kita tidak berharga untuk dibuat lapar oleh Allah. Dia hanya melakukan hal itu pada wali-wali-Nya.”<br /><br />‘Dalam riwayat -Tirmidzi (kata aghniya’ sebagai ganti kata mauta) dalam bab al-Libas. Dan beliau menganggapnya hadis dha’if. Namun menurut al-Hakim, hadis tersebut shahih.<br />Ibrahim bin Adham mengatakan, “Kami meminta kemiskinan tapi diberi kekayaan; orang lain meminta kekayaan tapi kemiskinan datang kepada mereka.”<br /><br />Seorang laki-laki bertanya kepada Yahya bin Mu’adz, “Apakah kemiskinan itu?” Dia berkata, “Takut pada kemiskinan itu sendiri.” Orang itu bertanya lagi, “Lantas, apa kekayaan itu?” Dia menjawab, “Rasa aman di sisi Allah swt.”<br /><br />Ibnul Kurainy berkata, “Orang miskin yang sejati menjauhi kekayaan agar kekayaan tidak mendatanginya dan merusak kemiskinannya, sebagaimana halnya orang kaya menjauhi kemiskinan agar kemiskinan tidak mendatanginya dan merusak kekayaannya.”<br />Abu Hafs ditanya, “Dengan cara apa orang miskin mendekati Allah swt.?” Dia menjawab, “Orang miskin tidak memiliki apa-apa selain kemiskinannya yang dengan kemiskinan itu dia mendekati Allah swt.”<br /><br />Allah swt. mewahyukan kepada Musa as, “Maukah engkau memperoleh pahala amal kebajikan yang setara dengan pahala seluruh ummat manusia di Hari Kiamat nanti?” Musa menjawab, “Ya.”Allah swt. berfirman, “Kunjungilah orang sakit dan pastikanlah bahwa orang-orang miskin punya pakaian.”Musa lalu menyisihkan tujuh hari setiap bulan untuk mengunjungi orang-orang miskin dan memeriksa pakaian mereka serta mengunjungi orang sakit.<br /><br />Sahl bin Abdullah menyatakan, “Ada lima mutiara jiwa: seorang miskin yang berpura-pura kaya, seorang lapar yang berpura-pura kenyang, seorangyang bersedih yang berpura-pura bahagia, seseorang yang punya musuh tapi memperlihatkan kecintaan terhadapnya, seseorangyang berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari tanpa memperlihatkan. kelelahan.”,<br /><br />Bisyr ibnul Harits berkata, “Maqam yang paling baik adalah maqam keyakinan yang kokoh dalam kesabaran melalui kemiskinan sampai masuk liang lahat.”<br />Dzun Nuun mengatakan, “Satu tanda kemurkaan Allah kepada seorang hamba adalah bahwa si hamba merasa takut kepada kemiskinan.”<br /><br />Asy-Syibly berkomentar, “Tanda kemiskinan yang paling kecil adalah jika seluruh kekayaan dunia ini diberikan kepada seseorang dan kemudian disedekahkannya sampai habis dalam waktu satu hari, tetapi kemudian terlintas dalam pikirannya untuk menyimpan hartanya bagi esok harinya. Yang demikan itu tidak bisa dianggap benar dalam kemiskinannya.”<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, “Orang bertanya mana yang lebih baik: kemiskinan ataukah kekayaan. Menurut pendapatku, yang paling balk adalah bahwa seseorang diberi rezeki yang cukup untuk menghidupinya dan dia lalu menjaga dirinya dalam batas tersebut.”<br /><br />Ibnul Jalla’ ditanya tentang kemiskinan. Dia diam saja, kemudian mengundurkan diri dan pergi. Sesaat kemudian dia kembali dan berkata, “Aku punya empat keping mata uang itu. Aku malu kepada Allah swt. untuk membicarakan kemiskinan.” Kata Ibnul Jalla’, “Kemudian aku pergi dan mengeluarkan uang itu. Barulah aku berbicara tentang kemiskinan.”<br /><br />Ibrahim ibnul Muwallad berkata, “Aku bertanya kepada Ibnul Jalla’, ‘Kapankah orang-orang miskin patut disebut miskin? Dia menj awab, ‘Jika tak ada lagi sesuatu pun darinya yang tersisa padanya.’ Ibrahim bertanya, ‘Bagaimana bisa begitu?’ Dia menjawab, ‘Jika dia memilikinya, berarti dia tidak memiliki kemiskinan. Tapi jika dia tak lagi memilikinya, berarti dia memiliki sebutan kemiskinan itu’.”<br /><br />Dikatakan bahwa keadaan miskin yang benar adalah jika si miskin tidak merasa puas dengan aspek mana pun dari kemiskinannya selain dengan Dia yang dibutuhkannya.<br /><br />Abdullah ibnul Mubarak menyatakan, “Membuat diri sendiri tampak kaya sedangkan la dalam keadaan miskin, adalah lebih baik daripada kemiskinan.”<br /><br />Banan al-Mishry menuturkan, “Suatu ketika aku sedang duduk-duduk di Mekkah, dan seorang pemuda berada di depanku. Seorang laki-laki datang kepadanya dengan membawa sebuah pundi-pundi berisi uang dan meletakkannya di hadapan pemuda itu. Pemuda itu berkata, ‘Aku tak membutuhkannya.’ Orang itu berkata, ‘Kalau begitu, bagi-bagikanlah kepada orang-orang miskin.’ Petang harinya kulihat pemuda itu ada di lembah sedang mengemis. Aku bertanya, Alangkah baiknya jika engkau menyimpan sedikit dari uang tadi untuk dirimu sendiri.’ Dia menjawab, ‘Siapa yang tahu kalau aku masih akan terus hidup sampai petang ini’?”<br /><br />Abu Hafs berkata, “Cara yang paling baik bagi seorang hamba untuk menemui Tuhannya adalah dengan terus-menerus fakir kepada-Nya dalam setiap keadaan, mematuhi Sunnah dalam semua amal perbuatan, dan mencari rezeki dengan jalan yang halal.”<br /><br />Al-Murta’isy berkomentar, “Yang paling baik adalah bahwa cita-cita orang miskin itu tidak melampaui langkah-langkahnya.” Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary menuturkan, “Ada empat orang yang merupakan model manusia pada masa mereka. Yang pertama, yaitu Yusuf bin Asbat, tidak mau menerima pemberian apa -pun dari saudara-saudaranya ataupun dari penguasa. Dia mewarisi uang sebanyak tujuh puluh ribu dirham dari saudara laki-lakinya tapi dia tak mau menerima satu sen pun darinya. la hidup dengan menjual daun kurma. Yang kedua, Abu Ishaq al-Fazzary, mau menerima pemberian dari saudara-saudaranya ataupun dari penguasa. Pemberian itu dihabiskannya untuk kebutuhan orang-orang miskin yang kemiskinannya tersembunyi dan yang tidak meminta-minta sedekah. Adapun pemberian dari penguasa, maka itu diberikannya kepada orang-orang yang patut menerimanya di kalangan warga Tarsus. Yang ketiga,Abdullah bin Mubarak, mau menerima pemberian dari saudara-saudaranya, lalu dibagi-bagikannya kepada orang lain secara adil, tetapi ia tidak mau menerima dari penguasa. Yang keempat, Makhlad bin al-Hussian, mau menerima pemberian dari penguasa, tapi tidak dari saudara-saudaranya. Dia mengatakan, ‘Penguasa tidak menganggap ada orang yang wajib untuk diberi, sedangkan saudara-saudara menganggap ada’.”<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq - semoga Allah swt. merahmati - berkata, “Ada sebuah hadis yang mengatakan, ‘Orang yang merendahkan diri di hadapan orang kaya dikarenakan kekayaannya, berarti dia telah kehilangan dua pertiga agamanya.’ Ini disebabkan karena seorang manusia terdiri dari hati, lidah dan nafsu. Jika dia merendahkan diri dengan nafsu dan lidahnya, maka dia kehilangan dua pertiga agamanya. Tetapi jika dia merendahkan diri di hadapan orang kaya itu dengan hatinya juga, maka dia kehilangan seluruh agamanya.”<br /><br />Dikatakan, “Seorang miskin dalam menjalani kemiskinannya dituntut paling tidak agar dia memiliki empat hal: ilmu yang akan menjadi pertimbangannya, sikap zuhud yang akan mengendalikan dirinya, keyakinan yang akan menguatkan imannya, dan dzikir yang akan membawakan kegembiraan jiwanya.”<br />Dikatakan juga, “Orang yang menginginkan kemiskinan untuk kemuliaannya, ia mati dalam keadaan fakir. Barangsiapa ingin miskin agar tidak disibukkan dengan selain Allah, akan mati dalam keadaan kaya.”<br /><br />Al-Muzayyin menyatakan, “Berbagai jalan kepada Allah swt. lebih banyak daripada bintang di langit. Tetapi sekarang tak satu pun diantaranya yang tersisa selain kemiskinan, dan kemiskinan adalah jalan yang terbaik di antara jalan jalan itu.”<br />Ketika ditanya tentang hakikat kemiskinan, asy-Syibly menjawab, “Hakikat kemiskinan adalah bahwa si hamba tidak merasa puas selain Allah swt.”<br /><br />Manshur bin Khalaf al-Maghriby menuturkan, “Abu Sah1 al-Khasysyab al-Kabir mengatakan kepadaku, ‘Kemiskinan adalah kemiskinan dan kehinaan.’ Aku menjawab, ‘Bukan, justru katakan, ‘Kemiskinan adalah kemiskinan dan kemuliaan.’ Dia balik berkata, ‘Kemiskinan dan lumpur.’ Aku membalas, ‘Bukan, kemiskinan dan tahta Ilahi’.”<br />Syeikh Abu All ad-Daqqaq berkomentar tentang hadis Nabi saw.:<br />“Hampi-hampir kefakiran itu menjadi kekufuran.” (H.r. Abu Nu’aim dan Thabrani).<br /><br />Maka Syeikh mengatakan, “Bahaya yang bisa timbul dari sesuatu adalah berbanding terbalik dengan manfaat dan kebajikan yang terkandung di dalamnya. Apa pun yang sangat bermanfaat dalam dirinya sendiri, mengandung bahaya yang paling besar pada sisi lainnya. Begitulah halnya dengan iman. Karena ia adalah sifat yang paling baik, maka kebalikannya adalah kekafiran. Karena bahaya yang terkandung dalam kemiskinan adalah bahwa ia bisa menjadi kufur kepada Allah swt, menunjukkan bahwa kemiskinan adalah sifat yang paling mulia.”<br /><br />Al Junayd mengajarkan, “Jika engkau bertemu dengan seorang miskin, hadapilah dia dengan budimu, bukan dengan ilmumu. Kebaikan budi akan mendekatkannya, sedang ilmu akan menakutkannya.” Saya bertanya, “Wahai Abul Qasim, apakah ilmu benar-benar menjauhkan orang miskin?” Dia menjawab, “Ya. Jika si orang miskin bersikap benar dalam kemiskinannya, dan engkau mencurahkan ilmumu kepadanya, maka ilmumu itu akan meleleh seperti melelehnya timah kena api’.”<br /><br />Mudzaff’ar al-Qurmisainy berkata, “Orang miskin adalah orang yang tak membutuhkan suatu kebutuhan dirinya kepada Allah swt.” Ucapan ini mempunyai makna yang samar-samar jika dipahami oleh orang yang tak memahami tujuan sang Sufi. Ucapan ini semata-mata menunjukkan dihentikannya mengajukan tuntutan, berakhirnya pilihan, dan ridha terhadap apa pun yang ditakdirkan Allah swt.”<br /><br />Abdullah bin Khafif mengatakan, “Kemiskinan berarti tidak memiliki harta benda dan meninggalkan aturan-aturan manusiawi.” Abu Hafs berkata, “Kemiskinan tidaklah sempurna bagi siapa pun sampai dia lebih mengutamakan memberi daripada menerima. Kemurahan hati bukanlah orang yang berpunya memberi kepada yang tidak punya, melainkan orang yang tidak berpunya memberi kepada orang yang punya.”<br /><br />Ibnul Jalla’ menegaskan, “Seandainya tidak karena adanya tujuan lebih agung dalam tawadhu’, niscaya akan menjadi cara orang miskin untuk berjalan dengan sikap penuh kebanggaan.”<br />Yusuf bin Asbat berkata, “Selama empat puluh tahun aku hanya memiliki dua lembar baju.”<br />Salah seorang Sufi menuturkan, ‘Aku melihat seolah-olah Hari Kiamat sudah tiba. Sebuah suara mengatakan, ‘Bawalah Malik bin Dinar dan Muhammad bin Wasi’ ke dalam surga.’<br /><br />Maka aku perhatikan siapa di antara keduanya yang lebih dahulu masuk, dan ternyata orang itu adalah Muhammad bin Wasi’. Ketika aku bertanya mengapa dia didahulukan, dijelaskan kepadaku, ‘Dia hanya memiliki selembar baju, sedangkan Malik dua’.”<br /><br />Muhammad al-Masuhy berkata, “Orang miskin adalah orang yang tidak membutuhkan terhadap sesuatu pun bagi dirinya dari harta benda duniawi.”<br /><br />Sahl bin Abdullah ditanya, “Kapankah orang miskin bisa beristirahat?” Dia menjawab, “Jika dia tidak mengharapkan apa pun bagi dirinya sendiri selain dari saat kekiniannya.”<br /><br />Di hadapan Yahya bin Mu’adz, orang-orang Sufi berdiskusi soal kefakiran dan kekayaan, dia berkata, “Bukanlah kemiskinan atau kekayaan yang memiliki bobot di Hari Perhitungan. Hanya kesabaran dan syukurlah yang akan ditimbang. Jadi kelak akan dikatakan, ‘Orang ini bersyukur, atau orang ini bersabar’.”<br />Dikatakan, “Allah swt. mewahyukan kepada sebagian para Nabi-Nya, ‘Jika kamu ingin mengetahui ridha-Ku padamu, maka lihatlah bagaimana ridhanya si fakir kepadamu’.”<br /><br />Abu Bakr bin Nashr az-Zaqqaq berkata, “Orang yang tidak punya rasa takut kepada Allah swt. bersama dengan kemiskinannya berarti seluruh makanan yang dikonsumsinya benar-benar makanan haram.”<br /><br />Dikatakan bahwa orang-orang miskin di pengajian-pengajian Sufyan ats-Tsaury adalah laksana para pangeran. Abu Bakr bin Thahir menyatakan, “Di antara aturan-aturan orang miskin adalah bahwa dia tidak punya keinginan, kalaupun dia berkeinginan juga, jangan sampai keinginannya melebihi kebutuhannya.”<br />Ibnu Atha’ membacakan syair untuk para Sufi:<br />Mereka berkata, esok adalah hari raya.<br />Apa yang akan kau pakai? Kukatakan,<br />Jubah kehormatan yang diberi-Nya<br />yang mencurahkan cinta dengan penuh kemurahan hati. Kemiskinan dan kesabaran,<br /> adalah pakaianku yang di bawahnya ada satu hati bagi kekasihnya, yaitu hari Jum’at dan hari Raya.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Pakaian yang paling layak untuk menemui Kekasih pada hari ziarah adalah pakaian yang dicintai-Nya.</span><br /><span style="font-style: italic;">Tahun-tahun penuh berkabung bagiku </span><br /><span style="font-style: italic;">jika Kau tak ada, wahai Harapanku,</span><br /><span style="font-style: italic;">Hari Raya adalah hari ketika </span><br /><span style="font-style: italic;">aku melihat dan mendengar suara-Mu. </span><br /><span style="font-style: italic;">Ketika ditanya tentang orang miskin sejati, Abu Bakr al-Mishry menjawab, “Dia adalah orang yang tidak memiliki sesuatu dan tidak pula berkeinginan memiliki sesuatu.”</span><br /><br />Dzun Nuun al-Mishry berkata, “Aku lebih menyukai rasa fakir kepada Allah swt. secara langgeng, dibanding memasuki dunia Sufi dengan penuh takjub.”<br /><br />Abu Abdullah al-Hushry menuturkan, “Abu Ja’far al-Haddad bekerja selama dua puluh tahun, dengan penghasilan satu dinar setiap hari. Uang itu dibelanjakannya untuk orang-orang miskin sementara dia sendiri berpuasa; setelah itu dia akan berkeliling mencari sedekah setelah shalat maghrib untuk berbuka puasa.”<br />An-Nury menyatakan, “Tanda seorang miskin adalah kerelaan manakala dia tidak punya apa-apa dan memberi dengan murah hati manakala dia punya banyak rezeki.”<br /><br />Muhammad bin All al-Kattany berkata, “Ada seorang pemuda bersama kami; di Mekkah yang memakai pakaian kum’al dan bertambal-tambal. Dia tidak pernah ikut serta dalam percakapan kami ataupun duduk bersama kami. Dalam hati aku sangat merasa sayang kepadanya. Suatu ketika aku diberi uang dua ratus dirham dari sumber yang halal. Uang itu kubawa kepadanya, ‘Uang ini telah datang kepadaku dari sumber yang halal.<br /><br />Belanjakanlah untuk keperluanmu.’ Seraya memandang kepadaku dengan sikap merendahkan, dia mengungkapkan apa yang selama itu tidak kuketahui, ‘Saya membeli kesempatan untuk bisa duduk bersama Allah swt. dalam pengabdian yang leluasa ini dengan harga tujuhpuluh ribu dinar dari harta benda dan kebun-kebun saya. Sekarang Anda hendak menyesatkan saya dari keadaan saya sekarang ini dengan uang itu ke tanah.’ Ia lalu berdiri dan menolaknya. Aku duduk dan mengumpulkan uang itu dari tanah. Belum pernah aku menyaksikan kegagahan seperti kegagahan pemuda itu ketika dia berjalan pergi, ataupun kehinaan seperti kehinaanku ketika aku mengumpulkan uang itu.”<br /><br />Abu Abdullah bin Khafif mengatakan, “Aku belum pernah diwajibkan membayar zakat fitrah pada akhir bulan Ramadhan selama empat puluh tahun, sementara aku diterima dengan penuh penghormatan di kalangan kaum terpilih maupun kaum awam.”<br />Ketika ad-Duqqy ditanya tentang perilaku buruk di kalangan para fakir di hadapan Allah dalam, urusan-urusan mereka, dia berkata, “Perilaku buruk itu adalah kejatuhan mereka dari upaya mencari hakikat menjadi upaya mencari ilmu.”<br /><br />Khayr an-Nassaj menuturkan, “Aku memasuki sebuah masjid dan kulihat ada seorang fakir di situ. Ketika dia melihatku, dipegangnya bajuku sambil memohon, ‘Wahai syeikh, kasihanilah aku, karena penderitaanku sangat besar!’ Aku bertanya, Apa yang kau derita?’ Dia menjawab, Aku telah tidak lagi diberi cobaan, dan selalu dalam keadaan sehat walafiat!’ Aku memandangnya, tiba-tiba la telah dibukakan sedikit dari harta dunia.”<br /><br />Abu Bakr al-Warraq berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di dunia dan di akhirat.” Ketika ditanya apa maksud perkataannya itu, dia menjawab, “Penguasa di dunia ini tidak menuntut pajak darinya, dan Yang Maha Kuasa di akhirat tidak membuat hisab dengannya.”</span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-68822760372933366012009-02-23T00:11:00.000-08:002009-02-23T00:12:23.511-08:00Kesiapan Menerima Pancaran Anugerah<span style="font-size:85%;">Datangnya anugerah itu menurut kadar kesiapan jiwa, sedangkan pancaran cahayaNya menurut kadar kebeningan rahasia jiwa.<br /><br />Anugerah, berupa pahala dan ma’rifat serta yang lainnya, sesungguhnya terga tung kesiapan para hamba Allah. Rasulullah saw, bersabda:<br /><br />“Allah swt berfirman di hari qiamat (kelak): “Masuklah kalian ke dalam syurga dengan rahmatKu dan saling menerima bagianlah kalian pada syurga itu melalui amal-amalmu.” Lalu Nabi saw, membaca firman Allah Ta’ala “Dan syurga yang kalian mewarisinya adalah dengan apa yang kalian amalkan.” (Az-Zukhruf: 72)<br /><br />Adapan pancaran cahaya-cahayaNya berupa cahaya yaqin dan iman menurut kadar bersih dan beningnya hati dan rahasia hati. Beningnya rahasia hati diukur menurut kualitas wirid dan dzikir seseorang.<br /><br />Dalam kitabnya Lathaiful Minan, Ibnu Athaillah as-Sakandary menegaskan, “Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala menanamkan cahaya tersembunyi dalam berbagai ragam taat. Siapa yang kehilangan taat satu macam ibadah saja dan terkaburkan dari keselarasan Ilahiyah satu macam saja, maka ia telah kehilangan nur menurut kadarnya masing-masing. Karenanya jangan mengabaikan sedikit pun atas ketaatan kalian. Jangan pula merasa cukup wirid anda, hanya karena anugerah yang tiba. Jangan pula rela pada nafsu anda, sebagaimana diklaim oleh mereka yang merasa dirinya telah meraih hakikat dalam ungkapannya, sedangkan hatinya kosong…”<br />Jangan keblinger dengan Cahaya atau bentuk Cahaya sebagaimana tergambar dalam pengalaman mengenai Cahaya lahiriyah, baik yang berwarna warni atau satu warna. Cahaya batin sangat berhubungan erat dengan kebeningan batin, tidak ada rupa dan warna yang tercetak. Melainkan pancaran Cahaya keyakinan total kepadaNya.<br /><br />Perihal pancaran Cahaya ini, beberapa item pernah kita ungkap di edisi 2006, namun masih relevan untuk kita renungkan kembali, dan tertuang dalam kitab Al-Hikam:<br /><br /></span><ol><li><span style="font-size:85%;">“Bagaimana hati bisa cemerlang jika wajah semesta tercetak di hatinya? Bagaimana bisa berjalan menuju Allah sedangkan punggungnya dipenuhi beban syahwat-syahwatnya? Bagaimana berharap memasuki hadhirat Ilahi sedangkan ia belum bersuci dari jinabat kealpaannya? Atau bagaimana ia faham detil rahasia-rahasiaNya, sedangkan ia tidak taubat dari kelengahannya?”</span></li><li><span style="font-size:85%;">Semesta kemakhlukan adalah awal dari hijab Cahaya, dan ikonnya ada pada nafsu syahwat dan kealpaannya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Siapa yang cemerlang di awal penempuhannya akan cemerlang pula di akhir perjalannya.” Kecemerlangan ruhani dengan niat suci bersama Allah dalam awal perjalanan hamba, adalah wujud pantulan Cahaya yang diterima hambaNya, karena yang bersama Allah awalnya akan bersama Allah di akhirnya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Orang-orang yang sedang menempuh perjalanan menuju kepada Allah menggunakan petunjuk Cahaya Tawajuh (menghadap Allah) dan orang-orang yang sudah sampai kepada Allah, baginya mendapatkan Cahaya Muwajahah (limpahan Cahaya). Kelompok yang pertama demi meraih Cahaya, sedangkan yang kedua, justru Cahaya-cahaya itu bagiNya. Karena mereka hanya bagi Allah semata, bukan untuk lainNya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an, “Katakan, Allah” lalu tinggalkan mereka (selain Allah) terjun dalam permainan.” Itulah hubungan Cahaya dengan para penempuh dan para ‘arifun, begitu jauh berbeda.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Cahaya adalah medan qalbu dan rahasia qalbu. Cahaya adalah pasukan qalbu, sebagaimana kegelapan adalah pasukan nafsu. Bila Allah hendak menolong hambaNya, maka Allah melimpahkan padanya pasukan-pasukan Cahaya, dan memutus lapisan kegelapan dan tipudaya.”</span></li><li><span style="font-size:85%;">Wilayah Cahaya adalah qalbu, ruh dan sirr. Cahaya akan memancar sebagai instrument, wujud adalah hakikat yaqin yang memancar melalui instrumen pengetahuan yang dalam tentang Allah.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Allah mencahayai alam lahiriyah melalui Cahaya-cahaya makhlukNya. Dan Allah mencahayai rahasia batin (sirr) melalui Cahaya-cahaya SifatNya. Karena itulah cahaya semesta lahiriyah bisa sirna, dan Cahaya qalbu dan sirr tidak pernah sirna.”</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Pencerahan Cahaya menurut kebeningan rahasia batin jiwa”.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Sholat merupakan tempat munajat dan sumber penjernihan dimana medan-medan rahasia batin terbentang, dan di dalamnya Cahaya-cahaya memancarkan pencerahan.” Karena itu cita dan hasrat anda, hendaknya pada penegakan sholat, bukan wujud sholatnya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Apabila cahaya yaqin memancar padamu, pasti anda lebih dekat pada akhirat dibanding jarak anda menempuh akhirat itu sendiri. Dan bila anda tahu kebaikan dunia, pasti menampakkan gerhana kefanaan pada dunia itu sendiri.” Maksudnya, nuansa ukhrowi menjadi lapisan baju anda, yang melapisi Nuansa Ilahi. Segalanya terasa dekat tanpa jarak padamu.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Tempat munculnya Cahaya adalah hati dan rahasia jiwa. Cahaya yang ditanamkan dalam hati adalah limpahan dari Cahaya yang menganugerah dari khazanah rahasia yang tersembunyi. Ada Cahaya yang tersingkapkan melalui makhluk-makhluk semesta, dan ada Cahaya yang tersingkapkan dari Sifat-sifatNya. Terkadang hati berjenak terhenti dengan Cahaya-cahaya, sebagaimana nafsu tertirai oleh alam kasar dunia.” Itulah ragam Cahaya, ada Cahaya muncul dari kemakhlukan ada pula Cahaya SifatNya. Tetapi, jangan sampai Cahaya jadi tujuan, agar tidak terhijabi hati kita dari Sang Pemberi Cahaya, sebagaimana terhijabinya nafsu oleh alam kasar dunia.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Cahaya-cahaya rahasia jiwa ditutupi oleh Allah melalui wujud kasarnya alam semesta lahiriyah, demi mengagungkan Cahaya itu sendiri, sehingga Cahaya tidak terobralkan dalam wujud popularitas penampakan.” Itulah Cahaya yang melimpahi para ‘arifin, auliya’ dan para sufi, yang dikemas oleh cover tampilan manusia biasa. Sebagaimana Rasulullah saw, disebutkan , “Bukanlah Rasul itu melainkan manusia seperti kalian, makan sebagaimana kalian makan, minum sebagaimana kalian minum.” Ini semua untuk menjaga agar para hamba tidak berambisi popularitas, dan merasa bahwa Cahaya itu muncul karena upayanya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Cahaya-cahaya para Sufi mendahului wacananya. Ketika Cahaya muncul maka muncullah wacana” Para Sufi dan arifun berbicara dan berwacana, bukan karena aksioma logika, tetapi karena limpahan Cahaya, baru muncul menjadi mutiara kata. Sementara para Ulama, wacananya mendahului cahayanya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Ada Cahaya yang diizinkan untuk terbiaskan, ada pula Cahaya yang diizinkan masuk di dalam jiwa.” Ada Cahaya yang hanya sampai di lapis luar hati, tidak masuk ke dalam hati, sebagaimana orang yang menasehati tentang hakikat tetapi dia sendiri belum sampai ke sana. Ada Cahaya yang menghujam dalam jiwa, dan dada menjadi meluas, dengan ditandainya sikap merasa hampa pada negeri dunia penuh tipudaya, dan menuju negeri keabadian, serta menyiapkan diri menjemput maut.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Janganlah anda menginginkan agar warid menetap terus menerus setelah Cahaya-cahayanya membias dan rahasia-rahasiaNya tersembunyi.” Itulah perilaku para pemula, biasanya ingin agar Cahaya-cahaya warid itu menetap terus menerus. Padahal suatu kebodohan tersendiri, karena penempuh akan lupa pada Sang Pencahaya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Sesungguhnya suasana keistemewaan itu ibarat pancaran matahari di siang hari yang muncul di cakrawala, tetapi Cahaya itu tidak dari cakrawala itu sendiri, dan kadang muncul dari matahari Sifat-sifatNya di malam wujudmu. Dan kadang hal itu tergenggam darimu lalu kembali pada batas-batas dirimu. Siang (Cahaya) bukanlah darimu untukmu. Tetapi limpahan anugerah padamu.”</span></li><li><span style="font-size:85%;">“Cahaya-cahaya qalbu dan rahasia jiwa tidak diketahui melainkan di dalam keghaiban alam malakut. Sebagaimana Cahaya-cahaya langit tidak akan tampak melainkan dalam alam nyata semesta” Orang yang mampu memasuki alam malakut adalah yang dibukakan Cahaya-cahaya qalbu dan jiwanya. Begitu juga nuansa pencerahan Cahaya qalbu dan rahasia qalbu itu, merupakan rahasia tersembunyi di alam Malakut.</span></li><li><span style="font-size:85%;">Dan lain sebagainya, yang menggambarkan soal pencahayaan ini. Karena berbagai ragam, bisa memberikan sentuhan Cahaya, apakah Cahaya qalbu, Cahaya ruh dan Cahaya Sirr yang memiliki karakteristik berbeda-beda dalam kondisi ruhani para hamba Allah. </span></li></ol>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-63454120022096795782009-02-23T00:09:00.000-08:002009-02-23T00:10:33.748-08:00Perbedaan antara Ilmu dan Ma'rifat<span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">Imam Al-Ghazali </span><br />Ma’rifat adalah maqam kedekatan (qurb) itu sendiri yakni maqam yang memiliki daya tarik dan yang memberi pengaruh pada kalbu, yang lantas berpengaruh pada seluruh aktivitas jasmani (jawarih). `Ilm (ilmu) tentang sesuatu adalah seperti “melihat api” sebagai contoh, sedangkan ma`rifat adalah “menghangatkan diri dengan api”.<br /><br />Menurut bahasa, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Adapun menurut istilah yang sering dipakai menunjukkan ilmu pengetahuan tentang apa saja (nakirah). Menurut istilah Sufi, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan, apabila yang berkaitan dengan objek pengetahuan itu adalah Dzat Allah swt. dan Sifat-sifat-Nya. Jika ditanya, `Apa yang disebut ma`rifat Dzat dan apa pula ma’rifat Sifat?” Maka dijawab bahwa ma’rifat Dzat adalah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah Wujud Yang Esa, Tunggal, Dzat dan “sesuatu” Yang Mahaagung, Mandiri dengan Sendiri-Nya dan tidak satu pun yang menyerupai-Nya.<br /><br />Sedangkan ma’rifat Sifat adalah mengetahui sesungguhnya Allah swt. Mahahidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan seluruh Sifat-sifat Keparipurnaan lainnya.<br />Kalau ditanya, `Apa rahasia ma`ri fat?” Rahasia dan ruhnya adalah tauhid. Yaitu, jika anda telah menyucikan sifat-sifat Mahahidup, Ilm (Ilmu), Qudrah, Iradah, Sama ; Bashar dan Kalam Allah dari segala keserupaan dengan sifat-sifat makhluk [dengan penegasan bahwa tiada satu pun yang menyamai-Nya].<br /><br />Lalu, apa tanda-tanda ma`rifat? Tanda-tandanya adalah hidupnya kalbu bersama Allah swt. Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Dawud a.s., “Mengertikah engkau, apakah ma’rifat-Ku itu?” Dawud menjawab, “Tldak.”Allah berfirman, “Hidupnya kalbu dalam musyahadah kepada-Ku. “<br /><br />Kalau ditanya, “Tahap atau maqam manakah yang dapat disahkan sebagai ma `rifat yang hakiki?” [Jawabnya] adalah tahap musyahadah (penyaksian) dan ru’yat (melihat) dengan sirr qalbu. Hamba melihat untuk mencapai ma’rifat. Karena ma’rifat yang hakiki ada dalam dimensi batin pada iradah, kemudian Allah swt. menghilangkan sebagian tirai (hijab), lantas kepada mereka diperlihatkan nur Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya dari balik hijab itu agar mereka sampai pada ma’rifat kepada Allah swt. Hijab itu tidak dibukakan seluruhnya, agar yang melihat-Nya tidak terbakar.<br />Sang Sufi bersyair dengan ungkapan pencapaian pada tahap spiritual tertentu :<br /><span style="font-style: italic;">Seandainya Aku tampak tanpa hijab</span><br /><span style="font-style: italic;">Pastilah seluruh makhluk sempurna </span><br /><br />Namun hijab itu amat halus<br />Agar merevitalisasi kalbu para hamba yang `asyiq.<br />Ketahuilah, bahwa manifestasi (tajalli) keagungan melahirkan rasa takut (khauf) dan keterpesonaan (haibah). Sedangkan manifestasi keelokan (al-Hasan) dan Keindahan (al-Jamal) melahirkan keasyikan. Sementara manifestasi Sifat-sifat Allah melahirkan mahabbah. Dan manifestasi Dzat meniscayakan lahirnya penegasan keesaan (tauhid).<br /><br />Sebagian ahli ma’rifat berkata, “Demi Allah, tidak seorang pun yang mencari dunia, selain orang itu dibutakan kalbunya oleh Allah, dan dibatalkan amalnya. Sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai kegelapan, dan menjadikan matahari sebagai cahaya. Allah menjadikan kalbu juga gelap, lalu dijadikan ma’rifat sebagai cahayanya. Apabila awan telah tiba, cahaya matahari akan terhalang. Begitupun ketika kecintaan dunia tiba, cahaya ma’rifat akan terhalang dari kalbu.”<br />Ada pula yang mengatakan, “Hakikat ma’rifat adalah cahaya yang dikaruniakan di dalam kalbu Mukmin, dan tiada yang lebih mulia dalam khazanah kecuali ma’rifat.”<br /><br />Sebagian Sufi berkata, “Matahari kalbu Sang `Arif lebih terang dan bercahaya dibandingkan matahari di siang hari. Karena matahari pada siang hari kemungkinan menjadi gelap karena gerhana, sedangkan matahari kalbu tiada pernah mengalami peristiwa gerhana (kusuf). Matahari siang tenggelam ketika malam, namun tidak demikian pada matahari kalbu.” Mereka mendendangkan syair:<br /><span style="font-style: italic;">Matahari siang tenggelam di waktu senja</span><br /><span style="font-style: italic;">matahari kalbu tiada pernah tenggelam </span><br /><span style="font-style: italic;">Siapa yang mencintai Sang Kekasih </span><br /><span style="font-style: italic;">`Kan terbang sayap rindunya</span><br /><span style="font-style: italic;">menemui Kekasihnya.</span><br /><br />Dzun Nun berkata bahwa hakikat ma’rifat adalah penglihatan al-Haq atas rahasia-rahasia relung kalbu melalui perantaraan (muwashalah) Kilatan-kilatan lembut (latha’if) cahaya-cahaya:<br />Bagi orang `arifin, terdapat kalbu-kalbu yang diperlihatkan<br />Cahaya I1ahi dengan rahasia di atas rahasia<br />Yang terdapat dalam berbagai hijab<br />Tu1i dari makhluk, buta dari pandangan mereka<br />Bisu dari berucap dalam klaim-klaim dusta.<br /><br />Sebagian di antara mereka ditanyai, “Kapankah seorang hamba mengetahui bahwa dia telah mencapai ma’rifat yang hakiki?” Dijawab, “Tatkala dia mencapai tahapan tidak menemukan dalam kalbunya sedikit pun ruang bagi selain Tuhannya.”<br /><br />Sebagian Sufi ada pula yang berkata, “Hakikat ma’rifat adalah musyahadah kepada Yang Haq tanpa perantara, tanpa bisa diungkapkan, tanpa ada keraguan (syubhah).” Seperti ketika Amirul-Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. ditanya, “Wahai Amirul-Mukminin, apakah yang anda sembah itu yang dapat anda lihat atau tidak dapat anda lihat?” “Bukan begitu, bahkan aku menyembah Yang aku lihat, bukan dengan penglihatan mata, tetapi penglihatan kalbu,” jawab Ali.<br />Ja’far ash-Shadiq ditanya, “Apakah anda pernah melihat Allah swt.?”<br />“Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak bisa kulihati” Ditanyakan lagi, “Bagaimana anda melihat-Nya, padahal Dia tidak dapat dilihat mata?”<br /><br />Ja’far menjawab, “Mata penglihatan fisik tidak bisa melihat-Nya, tetapi mata batin (al-qulub) dapat melihat-Nya melalui hakikat iman. Tidak diketahui melalui penginderaan dan tidak pula dianalogikan dengan manusia.”<br /><br />Sebagian `arifin ditanya seputar hakikat ma’rifat. Mereka berkata, “Menyucikan sirr (rahasia) kalbu dari segala kehendak ‘ dan meninggalkan kebiasaan sehari-hari, tentramnya kalbu kepada Allah swt. tanpa ada ganjalan (`alaqah), berhenti dari sikap berpaling dari Allah swt. dan menuju selain Allah swt. Mustahil, ma’rifat kepada substansi Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya, dan tidak akan diketahui siapa Dia, kecuali melalui Dia sendiri, Yang Mahaluhur, Mahatinggi, serta Kemuliaan hanya kepada Diri-Nya saja.”<br /><br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-47920738781906296762009-02-10T02:05:00.000-08:002009-02-10T02:34:44.444-08:00Untuk BidadarikuBidadariku ,<br />Kabar baik bidadariku sayang .............<br />Bidadariku,<br />Sungguh tiap waktu ini selalu teringat dirimu..........<br />Bidadariku,<br />Aku memang jatuh cinta padamu..............<br />Bidadariku,<br />Dimanakah aku bisa menjemputmu...........<br /><br />Bidadariku,<br />Mungkinkah cinta ini khan menjadi kenyataan?<br />Disaat rintangan mungkin menghadang<br />Walau ku yakin aku sanggup menghadapinya<br /><br />Bidadariku,<br />Aku selalu ingin menatapmu<br />Aku selalu ingin dekat denganmu<br />Aku selalu sedih ketika jauh darimu<br />Aku selalu rindu dirimu<br /><br />Bidadariku,<br />Aku inginkan kesetiaan sejatimu<br />Biar hati ini selalu tenang walau tak kulihat dirimu<br /><br />Bidadariku,<br />Aku ingin cinta yang sejati saja<br />Biar hanya kita saja yang memahaminya<br />Biar hanya kita saja yang merasakannya<br />Biar hanya kita yang tahu cinta ini<br />Ya ,... aku ingin tak ada orang yang tahu tentang cinta kita ini<br />Ya,.... biar untuk kita berdua saja keindahan - keindahan ini<br />Ya, ... biar dirimu saja yang ada dalam bayanganku<br /><br />Bidadariku,<br />Memang aku sungguh mencintaimu ............<br />Sungguh ....... sungguh aku sangat mencintaimu .................<br />Di tiap detik ini .........<br />Disemua langkahku ...........<br />Disemua tatapan mataku ..........<br />Sungguh ........ cepatlah datang bidadariku .......<br /><br />Bidadariku,<br />Sungguh aku sangat mencintaimu ........<br />Tapi ....Maafkan aku bidadariku ...............<br />Karena cinta sejatiku hanya untuk penciptaKu<br />Karena cinta sebenarnya hanya untuk Rabbku<br />Karena cinta murniku hanya pemberi rizkiKu<br />Karena cinta sesungguhnya hanya untuk Dzat Yang Maha AdilPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-86147385394556543912009-02-06T05:37:00.001-08:002009-02-06T06:08:42.290-08:00Kenapa harus ada cinta ?<span style="font-size:85%;">Ya ... kenapa harus ada cinta ?<br />padahal cinta membuat aku resah dan gelisah...<br />padahal dengan cinta aku sering menangis dalam kesendirian ...<br />padahal dengan cinta aku terlena oleh bayangannya ...<br /><br />Ya ... kenapa harus ada cinta ?<br />Memang dengan cinta aku semakin banyak belajar ...<br />Memang dengan cinta aku semakin kuat menjalani hidup ...<br />Memang dengan cinta semangat ini semakin bergelora ...<br /><br />Ya...kenapa harus ada cinta ?<br />Tapi karena cintalah aku bisa bercerita banyak ...<br />Tapi karena cinta juga aku bisa tertawa dan bersedih ...<br />Tapi karena cinta pula aku mampu bersemangat ...<br /><br />Ya...kenapa harus ada cinta ?<br />Sebenarnya cinta adalah anugerah dari Alloh...<br />karena dengan cinta aku semakin rindu kepadaNya...<br />Dan dengan cinta pula aku semakin sering menangis karena kerinduan yang mendalam...<br />Rindu perjumpaan denganNya ...<br />Rindu menunggu buah cinta kepadaNya...<br />Rindu perjumpaan dengan kekasihNya...<br />Rindu akan syurgaMu...<br />Ya... aku mengerti sekarang<br />Ya... memang harus ada cinta<br />Ya... asal jangan cinta yang membutakan mata hatiku<br />Ya... asal jangan cinta yang membuatku terlena dengan dunia ini<br />Ya... asal jangan cinta kepada mahluk yang membuatmu jatuh ke lembah dosa<br />Ya... aku mengerti sekarang<br />Ya... memang cintaku hanya untukMu<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-67415046570798493432009-02-05T02:09:00.000-08:002009-02-05T02:10:06.270-08:00Cemburu3<span style="font-size:85%;">Sisi lain kecemburuan adalah, bahwa sebagian orang cemburu ketika melihat orang lain berdzikir kepada-Nya dengan alpa; sehingga tidak mungkin rasanya memandang mereka, yang membuatnya menderita. </span><p><span style="font-size:85%;">Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkomentar tentang kejadian ketika seorang Badui masuk ke dalam masjid Nabi dan kencing. Para sahabat berdatangan untuk mengeluarkan orang itu. Abu Ali mengatakan, "Orang Badui itu berperilaku buruk sekali, tetapi rasa malu justru menimpa para sahabat. Begitu juga halnya dengan seorang hamba. Apabila ia mengetahui kemahakuasaan dan kebesaran Allah swt, maka ia akan marah manakala mendengar seseorang berdzikir kepada Allah dengan ceroboh, atau manakala melihat seseorang yang melakukan ketaatan ibadat tanpa benar benar disertai penghormatan kepada-Nya."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Diceritakan, bahwa salah seorang putra Abu Bakr asy-Syibly yang bernama Abul Hasan, meninggal dunia. Sebagai tanda berkabung, ibunya memotong seluruh rambutnya. Asy-Syibly pergi ke rumah pemandian dan mencukur jenggotnya hingga licin. Setiap orang yang datang untuk mengucapkan dukacita bertanya, "Apa yang telah engkau lakukan, wahai Abu Bakr?" Ia menjawab, "Aku mengikuti contoh yang diberikan istriku." Salah seorang di antara mereka bertanya lagi, "Katakanlah kepadaku, wahai Abu Bakr, mengapa Anda melakukan hal ini?" Ia menjawab, "Aku tahu bahwa orang orang akan datang untuk menyatakan belasungkawa dengan menyebut nama Allah secara sembrono dengan mengatakan, 'Semoga Allah memberikan ganti kepadamu.' Aku mengorbankan jenggotku untuk menebus kesembronoan mereka dalam menyebut nyebut nama Allah swt."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Ketika an-Nury mendengar seseorang menyerukan adzan, ia berteriak, "Bohong dan racun!" Sebaliknya ketika mendengar seekor anjing menggonggong, la berkata, "Iya, aku siap, melayanimu!" Seseorang berkomentar, "Ini adalah bid'ah. Ia mengatakan kepada seorang beriman yang bersaksi atas tauhid, 'Bohong dan racun,' sementara ia mengatakan, 'Yah, siap melayanimu!' pada anjing yang menggonggong!" Ketika ditanya alasan ucapannya itu, an-Nury menjelaskan, "Orang itu menyebut nyebut nama Allah dengan penuh kealpaan, sedangkan anjing itu, Allah swt. telah berfirman, 'Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.' (Q.s. AI Isra': 44)."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Suatu ketika asy-Syibly menyerukan adzan. Usai mengucapkan dua kalimat syahadat, ia berkata, "Seandainya Engkau tidak memerintahkan aku menyebut demikian, niscaya aku tidak akan menyebutkan yang lain bersama, dengan-Mu."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Suatu ketika seseorang mendengar seorang lainnya berseru, "Maha, Agung Allah!" Ia menjawab, "Aku lebih suka mengagungkan-Nya, dengan cara tidak seperti itu!"</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Abul Hasan al-Khazafany berkata, "Laa ilaaha illallaah dari dalam kalbu, dan Muhammadurrasuulullaah dari telingaku, maka orang yang hanya melihat perkataan ini pada tekstualnya saja akan menyangka bahwa ia telah menghina syariat. Namun sesungguhnya tidaklah demikian. Sebab, bahaya bagi tipu daya, justru ketika disandarkan pada Kekuasaan Allah swt, sementara justru menghina dalam pelaksanaannya.</span></p>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-39040114676281584232009-02-05T02:08:00.000-08:002009-02-05T02:09:04.159-08:00Cemburu2<span style="font-size:85%;">Asy-Syibly pernah ditanya, "Kapankah engkau istirahat?" Ia menjawab, "Jika kudapati bahwa tiada lagi orang berdzikir kepada-Nya." </span><p><span style="font-size:85%;">Saya mendengar Syelkh Abu Ali ad-Daqqaq telah mengomentari sabda Nabi saw. ketika beliau baru saja menyelesaikan akad jual beli seekor kuda dengan seorang Badui. Orang Badui itu menuntut agar penjualan dibatalkan, maka Nabi pun membatalkannya. Kemudian si Badui berkata, "Semoga Allah swt. memberimu umur panjang. Dan golongan apa engkau?" Nabi menjawab, "Seorang laki laki dari suku Quraisy." Salah seorang sahabat yang hadir mencela si Badui, "Kekurang ajaran mana. yang lebih besar daripada tidak mengenali Nabimu?" Syeikh Abu Ali berkata, "Nabi saw. bersabda, 'Seorang laki laki dari suku Quraisy,' itu adalah karena cemburu. jika tidak, tentu beliau akan menjawab kepada siapa pun yang bertanya kepada beliau, siapa diri beliau yang sebenarnya. Kemudian Allah swt. menjadikan sahabat tersebut mengungkapkan identitas beliau kepada si Badui dengan bertanya,'Kekurang ajaran mana yang lebih besar dari pada tidak mengenali Nabimu'?"</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sebagian Sufi berkata, "Cemburu adalah sifat orang orang pemula. Orang yang sudah mencapai kemanunggalan tidaklah mengalami cemburu, tidak pula memiliki predikat ikhtiar, tidak pula peduli atas apa yang terjadi di kerajaan. Allah swt. Sematalah yang lebih utama dari segalanya, dalam segala ketentuan yang dikehendakiNya."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sa'id bin Salam al Maghriby mengatakan, "Cemburu adalah amal para murid. Sedangkan mereka yang telah mencapai hakikat kebenaran, tidak ada rasa cemburu."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Dulaf asy-Syibly menjelaskan, "Ada dua macam cemburu: Cemburu manusia satu sama lain dan cemburu Allah terhadap hati manusia." Ditegaskannya juga, "Cemburu Allah menyangkut nafas manusia, jika nafas itu dihembuskan untuk selain Allah swt."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Seharusnya dikatakan, "Ada dua macam cemburu: Pertama, cemburu Allah kepada manusia, artinya Dia tidak ingin ada sesuatu yang melimpahi makhluk. Dan kedua, cemburu hamba terhadap Allah swt, berarti penolakannya untuk mengabdikan keadaan-keadaan atau nafasnya kepada selain Allah." Karenanya tidak dapat dikatakan, "Aku cemburu kepada Allah swt." Tapi hendaklah mengatakan, "Aku cemburu demi Allah swt. " Cemburu kepada Allah swt, adalah kebodohan dan mungkin dapat meninggalkan agama. Tetapi cemburu demi Allah, melahirkan pengagungan hak-Nya dan penjernihan amal amal kebajikan kepada-Nya.</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Ketahuilah, bahwa Sunnatullah atas wali-wali-Nya adalah-jika mereka menemukan kepuasan pada selain Allah, mendengarkan kepada selain Allah, atau memperbolehkan yang selain Allah untuk bersemayam dalam hati mereka, maka hal itu akan menimbulkan kegelisahan dalam hati mereka - Allah begitu cemburu akan hati mereka hingga Dia mengembalikan mereka kepada Diri Nya, dalam keadaan kosong dari semua hal lain yang memberikan kepuasan kepada mereka, dari semua yang mereka pedulikan dan dari semua yang mereka perbolehkan bersemayam di hati mereka. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sebagaimana Nabi Adam as. ketika hatinya tersirat keinginan hidup abadi di surga, justru sebaliknya beliau dikeluarkan dari surga. Ini juga terjadi kepada Ibrahim as. di saat keberadaan Ismail membuat beliau bangga dan kagum, Allah memerintahkan untuk menyembelihnya, sampai Ismail keluar dari dalam hati Ibrahim. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipis(nya) (untuk dikorbankan)." (Q.s. Ash- Shaffaat: 103), dan Ibrahim telah menyucikan batinnya melalui perintah Nya, lalu Allah menggantikan dengan domba.</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Muhammad bin Hissan menuturkan, "Sekali waktu, ketika aku sedang mengelilingi pegunungan Libanon, seorang pemuda datang kepadaku. Tubuhnya telah terbakar oleh badai pasir dan angin. Ketika melihatku, ia berpaling dan lari. Aku mengikutinya dan berkata, 'Berilah aku sepatah kata nasihat!' Ia menjawab, 'Waspadalah, karena Dia pencemburu. Dia tidak mati menemukan sesuatu selain Diri-Nya dalam hati hamba-Nya."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">An-Nashr Abadzy berkata, "Allah swt. adalah Pencemburu. Salah satu tanda cemburu Nya adalah bahwa Dia tidak menjadikan jalan menuju Diri Nya selain dari Diri-Nya sendiri."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Diriwayatkan bahwa Allah swt. menyampaikan wahyu kepada salah seorang Nabi Nya, "Si Fulan membutuhkan Aku dan Aku pun membutuhkannya. Jika ia memenuhi kebutuhan Ku, Aku pun akan memenuhi kebutuhannya." Nabi tersebut-semoga Allah melimpahan keselamatan kepadanya-bertanya dalam munajatnya, "Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin Engkau membutuhkan sesuatu?" Allah menjawab, "Ia telah menemukan ketenangan selain Aku. Maka hendaknya ia mengosongkan hatinya, Aku akan memenuhi kebutuhannya."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Diceritakan, bahwa Abu Yazid al-Bisthamy bermimpi melihat sekelompok bidadari. Ia memandang mereka, sehingga beberapa hari waktunya terbengkalai. Kemudian ia bermimpi melihat mereka lagi. Tetapi kali ini ia tidak menoleh kepada mereka, seraya berkata, "Kalian semua mengalihkan perhatianku!"</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Dikatakan bahwa Rabi'ah al-Adawiyah jatuh sakit pada suatu hari, dan seseorang bertanya tentang sebab sakitnya. Ia menjawab, "Karena aku memalingkan hatiku ke surga, maka Allah mendidikku dan bagi-Nya berhak mengecamku. Aku tidak akan melakukannya lagi."</span></p> <span style="font-size:85%;">Diriwayatkan bahwa as-Sary as-Saqathy mengabarkan, "Satu ketika aku sedang mencari salah seorang sahabatku. Aku menjelajahi beberapa gunung dan bertemu dengan segerombolan orang yang semuanya berpenyakit, buta, atau lumpuh. Ketika aku bertanya kepada mereka apa yang sedang mereka kerjakan di tempat itu, mereka menjawab, 'Kami diberitahu bahwa di sini tinggal seorang laki laki yang keluar (dari gua) sekali setahun. jika ia berdoa untuk orang banyak, mereka akan sembuh.' Aku lalu menunggu sampai orang itu keluar. Ia berdoa untuk orang orang itu, dan mereka pun sembuh. Aku mengikutinya, datang ke dekatnya dan bertanya, Apakah obat untuk penyakit batinku?' Ia menjawab, 'Wahai Sary, pergilah dariku, agar Allah swt Yang Pencemburu, tidak melihatmu mencari ketenangan dari selain Dia. Itu akan merendahkan derajatmu di sisi-Nya'."<br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-15687697200450262822009-02-05T01:49:00.001-08:002009-02-05T01:49:45.619-08:00Cemburu<p><span style="font-size:85%;"><span style="font-size: 12pt; font-family: 'Times New Roman';"><strong>Syeikh Abul Qosim al-Qusyairy</strong><br /></span>Allah swt. berfirman : <em>"Katakanlah, 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang lahir ataupun yang batin. " (Q.s. Al A'raf 33). Rasulullah saw. telah bersabda:</em></span></p> <p><span style="font-size:85%;"><em>"Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt. Di antara cemburu Nya adalah Dia melarang perbuatan keji, baik kekejian yang lahir maupun keji yang batin. " (H.r. Bukhari Muslim, Ahmad dan Tirmidzi).</em></span></p> <p><span style="font-size:85%;">Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:</span></p> <p><span style="font-size:85%;">"Allah itu pencemburu dan orang Mukmin juga pencemburu. Cemburu Allah swt. adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang-Nya. (H.r. Bukhari Muslim dan Tirmidzi).</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Cemburu, adalah rasa tidak suka jika orang lain memiliki sesuatu. Allah digambarkan bersifat ghirah (cemburu), berarti bahwa Allah tidak ridha manakala ada tuhan lain di sisi Nya, yang sesungguhnya adalah Hak Allah ketika hamba Nya taat kepada Nya.</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Diriwayatkan dari as-Sary as Saqathy ketika dibacakan ayat:</span></p> <p><span style="font-size:85%;">"Dan apabila kamu membaca AI Qu'ran, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang orang yang tidak beriman pada kehidupan akhirat suatu hijab yang tidak dapat ditembus."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">(Q.s. AI Isra': 45).</span></p> <p><span style="font-size:85%;">As Sary berkata kepada murid muridnya, "Tahukah kamu apakah yang hijab itu? Itu adalah hijab cemburu. Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Dengan kata kata "itu adalah hijab cemburu", maksud as-Sary bahwa Allah swt. tidak memberikan kemampuan kepada orang orang kafir untuk mengetahui kebenaran agama.<br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Allah swt. telah mengikatkan beban kehinaan pada kaki orang orang yang malas dalam beribadat kepada Nya. Dia menempatkan mereka pada jarak yang jauh dari-Nya dan menjadikan mereka terlambat lagi dari kedudukan yang dekat kepada Nya." Dalam makna ini mereka, para Sufi bersyair:</span></p><span style="font-size:85%;"><i> <p>Aku pecinta setia kepada yang kucintai, tetapi pertolongan mana yang bisa kuperoleh dengan buruknya pandang para tuan?</p></i></span> <p><span style="font-size:85%;">Kaum Sufi juga mengatakan tentang masalah ini, "Seorang yang sakit tidak terjenguk, dan orang yang sangat mengingini tidaklah diinginkan."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Al Abbas az-Zauzany mengatakan, "Aku dianugerahi kebaikan dalam permulaan perjalanan ruhaniku. Aku mengetahui apa yang masih tersisa antara aku dan tujuanku. Pada suatu malam aku bermimpi tergelincir dari puncak gunung yang ingin kucapai. Aku sangat sedih (ketika bangun). Kemudian aku tertidur lagi, dan mendengar sebuah suara mengatakan, 'Wahai Abbas, Allah tidak menghendaki engkau mencapai tujuan yang engkau upayakan. Tetapi Dia telah membawakan hikmah kepada lidahmu.'Ketika aku bangun pagi, aku benar benar telah dianugerahi ilham ucapan ucapan yang penuh hikmah."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, " Suatu ketika ada seorang syeikh yang mengalami kondisi ruhani dan saat saat bersama Allah swt. Setelah itu ia tidak tampak beberapa lama di antara orang orang miskin. Ketika muncul kembali, tidak dalam keadaan sebagaimana sebelumnya, mereka bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. Ia menjawab,'Duh, hijab telah terjadi'."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Selama dalam majelis, tiba tiba terjadi sesuatu yang merasuki hati mereka yang hadir, Syeikh Abu Ali biasa berkata, "Ini adalah kecemburuan Allah swt. Dia tidak menghendaki mereka mengalami nuansa lebih dari saat yang jernih ini."</span></p> <p><span style="font-size:85%;">Dalam hal ini, para Sufi bersyair berikut:<br /><i>Juwita berhasrat datang kepada kami, sampai ketika ia memandang cermin<br />Keindahan wajahnya<br />telah menawan dirinya.</i></span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sebagian Sufi ditanya, "Apakah engkau ingin melihat-Nya?" Ia menjawab, "Tidak!" Ia ditanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Aku ingin menyucikan Keindahan yang begitu agung dari segala pandangan seperti persepsiku."</span></p> <span style="font-size:85%;">Para Sufi bersyair:<br /><em>Aku iri kepada mataku yang memandangmu<br />Hingga kutundukkan ketika aku melihatmu.<br />Kulihat dirimu menampakkan keindahan keindahan yang membuatku terpesona.<br />Aku cemburu Darimu Padamu.</em><br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-86719165909587937712009-02-05T00:17:00.000-08:002009-02-05T00:18:29.299-08:00Cinta<span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy</span><br />Allah Swt. berfirman:<br />“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.”<br />(Q.s. Al-Maidah: 54).<br /><br />Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw telah bersabda:<br />“Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (H.r. Bukhari).<br /><br />Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi Saw, dari Jibril as. yang memberitahukan bahwa Tuhannya Allah Swt telah berfirman:<br /><br />“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”<br />(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).<br /><br />“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”<br /><br />(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).</span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-56748570667507073362009-02-05T00:03:00.001-08:002009-02-05T00:03:31.617-08:00Gelora rindu2<span style="font-size:85%;">Salah seorang Sufi menyatakan, “Rindu adalah kobaran dari jiwa, dan apinya menjilat-jilat ketika berpisah. Bila pertemuan tiba, api itu jadi padam. Bila yang dominan pada rahasia batinnya adalah penyaksian sang kekasih, kerinduan tak melintas lagi.”<br /><br />Seorang Sufi ditanya, “Apakah Anda pernah mengalami kerinduan?” Dia menjawab, “Tidak Rindu hanya bagi pecinta yang tak bersama kekasihnya. Sedangkan Kekasih sebenarnya, senantiasa hadir.”<br />Saya mendengar Syeikh Abul Ali ad-Daqqaq memberi komentar atas firman Allah Swt, “... dan aku bersegera kepadamu, wahai Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (Q.s. Thaha: 84). Arti ayat ini, ‘Aku bersegera kepada-Mu karena rindu kepada-Mu,”namun disamarkan melalui kata ridha.<br /><br />Ad-Daqqaq juga berkata, “Salah satu tanda rindu adalah harapan pada kematian dalazn hamparan ampunan yang sejahtera. Begitulah Nabi Yusuf as. Ketika dilemparkan ke dalam sumur, beliau tidak berkata, ‘Biarkanlah aku mati saja!’ Ketika dimasukkan ke dalam penjara, beliau juga tidak mengatakan, ‘Biarkanlah aku mati saja!’ Tetapi ketika orangtuanya datang kepadanya dan semua saudaranya bersujud kepadanya, beliau berkata, ‘Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam.’ (Q.s. Yusuf 101).”<br /><br />Mengenai hal ini para Sufi bersyair:<br /><span style="font-style: italic;">Kami dalam puncak kegembiraan, Namun tak bisa sempurna, kecuali dengan kalian</span><br /><span style="font-style: italic;">Cacat yang ada pada kami, wahai orang-orang yang kucintai, Engkau semua dighaibkan sedang kami telah hadir. </span><br />Mereka juga bersyair:<br /><span style="font-style: italic;">Siapakah yang memeriahkan pesta raya, </span><br /><span style="font-style: italic;">Padahal aku sungguh berduka, Kegembiraan telah penuh bagiku</span><br /><span style="font-style: italic;">bila kekasih-kekasihku tiba.</span><br /><br />Abu Abdullah bin Khafif mengatakan, “Rindu adalah hembusan qalbu yang muncul karena pesona, kecintaan untuk bertemu dan rasa ingin berdekatan.”<br />Abu Yazid al-Bisthamy berkata, “Allah Swt. mempunyai hamba-hamba tertentu, jika Dia menutup tirai bagi mereka, maka mereka akan memohon agar dikeluarkan dari surga sebagaimana para penghuni neraka minta dikeluarkan dari neraka.”<br /><br />Al-Husain at-Anshary berkata, “Aku bermimpi bahwa hari Kiamat telah tiba. Kulihat ada seseorang yang berdiri di bawah Arasy.<br />Allah Swt. lalu bertanya, ‘Wahai para malaikat-Ku, siapakah orang ini?’ Mereka menjawab, ‘Engkau lebih Maha Mengetahui.’<br />Maka Allah Swt. pun berfirman, ‘Inilah Ma’ruf al-Karkhy. Dia mabuk karena mencintai-Ku; dan tak akan sadar kecuali berjumpa dengan-Ku.’<br /><br />Riwayat lain mengatakan, ‘Inilah Ma’ruf al-Karkhy. Dia meninggalkan dunia dalam keadaan rindu kepada Allah. Maka Allah lalu memperkenankannya menatap Wajah-Nya’.”<br /><br />Faris menegaskan, “Batas para perindu disinari dengan cahaya Allah Swt. Manakala gairah kerinduan mereka membara, cahaya itu menerangi langit dan bumi, dan Allah Swt. menunjukkan kepada malaikat-malaikat-Nya, seraya berfirman, ‘Mereka adalah perindu-perindu-Ku, Aku bersaksi pada kalian bahwa Aku pun sesungguhnya lebih rindu kepada mereka’.”<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq pernah menjelaskan mengenai sabda Nabi Saw, ‘Aku memohon kepada-Mu agar diberi rindu untuk berjumpa dengan-Mu.”<br /><br />Komentar Abu Ali, “Rindu itu terdiri dari seratus bagian. Nabi memiliki Sembilan puluh sembilan bagian, dan yang satu bagian dibagi-bagi di kalangan ummat manusia.”<br /><br />Abu Ali juga menginginkan yang satu bagian itu, karena beliau cemburu jika satu bagian rindu diberikan kepada orang lain.”<br />Dikatakan, “Kerinduan orang-orang muqarrabun lebih sempurna dibanding kerinduan mereka yang terhijab dari kehadiranNya.”<br />Demikianlah dikatakan penyair:<br /><span style="font-style: italic;">Seburuk kerinduan suatu ketika </span><br /><span style="font-style: italic;">bila tenda-tenda saling </span><span style="font-style: italic;">mendekat.</span><br /><br />Dikatakan juga, “Para perindu saling merasakan manisnya kematian, ketika menjemputnya, semata karena jiwa pertemuan telah terbuka melebihi manisnya penyaksian.”<br /><br />As-Sary menyatakan, “Rindu adalah maqam teragung bagi seorang ‘arif manakala telah terwujud di dalamnya. Manakala dia mencapai kerinduan, dia menjadi lupa akan segala sesuatu yang menjauhkan dari yang dirindukannya.”<br />Abu Utsman bin Sa’id<br /><span style="font-style: italic;">al-Hiry berkomentar mengenai firman Allah Swt, </span><br /><span style="font-style: italic;">“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. “ (Q.s. Al-Ankabut: 5).</span><br /><span style="font-style: italic;">“Ayat ini sebagai penentram bagi para perindu. Tafsirnya: Aku tahu bahwa rindu kalian kepada-Ku begitu kuat. Aku telah menetapkan satu waktu bagi kalian untuk berjumpa dengan-Ku. Kalian semua akan segera datang kepada Yang kalian rindukan’.”</span><br />Dikatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Daud as, “Katakanlah kepada para pemuda Bani Israil, ‘Mengapa kalian menaruh kepedulian selain kepada-Ku, sedangkan Aku merindukanmu? Dusta macam apa ini’?”<br /><br />Allah Swt. juga menurunkan wahyu kepada Daud as, “Jika saja mereka yang telah berpaling dari-Ku mengetahui bagaimana Aku telah menunggu mereka, melimpahkan kasih sayang kepada mereka, dan kerinduan-Ku agar mereka meninggalkan kemaksiatan terhadap-Ku, pasti mereka mati semua karena rindu mereka, dan sendi-sendi mereka remuk karena cinta kepada-Ku. Wahai Daud, inilah Kehendak-Ku terhadap mereka yang telah berpaling dari-Ku, lalu bagaimana Kemauan-Ku terhadap mereka yang menghadap kepada-Ku?”<br />Dikatakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Kami sangat merindukan kalian semua, namun kalian tidak saling membalas rindu; Kami tanamkan rasa takut dalam dirimu, tapi kalian sendiri tidak merasa takut. Dan Kami memberi ratapan kepada kalian, sayangnya, kalian semua tidak pernah meratap.”<br /><br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Suatu ketika Syu’aib menangis hingga matanya buta. Allah Swt. mengembalikan penglihatannya.<br /><br />Dia menangis lagi sampai buta kembali, dan Allah Swt. mengembalikan lagi penglihatannya. Kemudian dia menangis sampai buta, lantas Allah Swt. mewahyukan,<br />‘Jika engkau menangis karena surga, maku Aku pun memperkenankannya. Jika engkau menangis karena neraka, maka Aku pun telah menjadikanmu selamat darinya.’<br />Syu’aib menjawab, `Bukan itu. Aku menangis karena rindu kepadaMu.’<br />Lalu Allah berfirman padanya,’Karena itu Aku menunjuk Nabi-Ku dan Kalimat-Ku untuk melayanimu selama sepuluh tahun’.”<br />Dikatakan, “Barangsiapa rindu kepada Allah Swt, maka segala sesuatu merindukannya.”<br /><br />Dan dalam hadist disebutkan, “Surga merindukan tiga orang:<br />Ali, Ammar dan Salman.”<br />Malik bin Dinar mengatakan, “Aku membaca dalam Taurat begini, ‘Kami bangkitkan rindu dalam dirimu, tetapi kamu sekalian tidak rindu kepada Kami.<br /><br />Kami mainkan seruling untukmu, tetapi engkau tidak menari :”<br />Al Junayd ditanya, “Apa yang membuat seorang pencinta menangis ketika bertemu dengan Kekasihnya?” Dia menjawab,<br />“Itu hanya karena kegembiraannya pada Sang Kekasih, dan kepesonaan karena kedahsyatan rindu kepada-Nya.”<br /><br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-63367266527022330342009-02-05T00:01:00.000-08:002009-02-05T00:02:48.772-08:00Gelora rindu1<span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy</span><br />“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Al-Ankabut: 5)<br /><br />Atha’ bin as-Sa’ib menuturkan bahwa ayahnya menceritakan kepadanya, “Suatu ketika Ammar bin Yasir mengimami kami shalat dan dia mempercepatnya. Aku berkata, Anda tergesa-gesa dalam mengimami shalat, wahai Abul Yaqzan.’ Dia menjawab,<br />‘Hal itu tidak ada salahnya, karena aku memanjatkan kepada Allah sebuah doa yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw’, Ketika hendak beranjak, salah seorang jamaah mengikutinya dan bertanya kepadanya tentang doa yang dibacanya itu.<br /><br />Dia pun mengulanginya, ‘Ya Allah, dengan ilmu-Mu yang ghaib dan dengan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau tahu bahwa hidup itu membawa kebaikan untukku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu bahwa mati itu membawa kebaikan untukku. Ya Allah aku meminta kepada-Mu agar aku takut kepada-Mu dalam semua perkara, baik yang nyata maupun yang ghaib. Aku memohon kepada-Mu ungkapan yang benar ketika aku senang maupun ketika aku marah. Aku mohon kepada-Mu kesederhanaan dalam kekayaan maupun kemiskinan. Aku mohon kepada-Mu kesenangan yang abadi, dan kesejukan jiwa yang tak terputus. Aku mohon kepada-Mu keridhaan dengan apa yang telah ditentukan. Dan aku mohon kepada-Mu kehidupan yang sejuk sesudah mati. Aku memohon agar bisa melihat Wajah-Mu yang Mulia, dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa bahaya yang mengancam, atau menjadi korban fitnah yang menyesatkan.<br /><br />Ya Allah, hiasilah kami dengan keindahan iman. Ya Alah, jadikanlah kami sebagai pemberi petunjuk maupun penerima petunjuk’.”<br />Rindu adalah keadaan gairah hati yang berharap untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Kadar rindu tergantung besar volume cinta. Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq membedakan antara rindu dan hasrat yang bergolak, katanya, “Rindu ditentramkan oleh perjumpaan dan memandang. Sedangkan hasrat yang bergolak tidak sirna karena pertemuan.”<br />Mengenai konteks ini para Sufi bersyair:<br /><span style="font-style: italic;">Mata tak pernah berpaling ketika memandang-Nya, </span><br /><span style="font-style: italic;">Sehingga-kembali kepada-Nya, penuh gelora.</span><br /><br />An-Nashr Abadzy menyatakan, “Semua orang mempunyai tahap kerinduan. Namun tidak semuanya mengalami tahap gelora, dan siapa yang memasuki gelora itu, justru akan linglung, sehingga ia tidak dipandang lagi pengaruh atau kesan dan keteguhan.”<br /><br />Diceritakan bahwa Ahmad bin Hamid al-Aswad datang kepada Abdullah ibnul Mubarak dan berkata kepadanya, “Aku bermimpi engkau akan meninggal setahun lagi. Barangkali engkau harus bersiap-siap untuk keluar dari dunia.” Abdullah ibnul Mubarak menjawab, “Engkau memberiku waktu yang lama, aku hidup sampai setahun penuh! Padahal aku selalu menyukai syair yang kudengar dari Abu Ali ats-Tsaqafy:<br /><span style="font-style: italic;">Wahai yang tercekam rindu karena perpisahan panjang </span><br /><span style="font-style: italic;">Bersabarlah, siapa tahu esok engkau bertemu SangKekasih.</span><br /><br />Abu Utsman menuturkan, “Tanda rindu adalah mencintai kematian dengan hati yang ringan.”<br />Yahya bin Mu’adz menyatakan, “Tanda rindu adalah membebaskan tubuh dari hawa nafsu.”<br />Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Pada suatu hari Daud as. pergi sendirian ke padang pasir, kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepadanya, ‘Wahai Daud, Aku tidak memandangmu sebagai orang yang sendirian!’ Daud menjawab, ‘Tuhanku, aku terpengaruh oleh kerinduan dalam hatiku untuk bertemu dengan-Mu, lantas terhalang antara diriku untuk bergaul dengan sesama manusia.’<br /><br />Maka Allah Swt berfirman: “Kembalilah kepada mereka. Sebab bila engkau mendatangi-Ku bersama seorang hamba yang lari dari tuannya, Aku tetapkan dirimu di Lauh Mahfudz sebagai seorang arif yang bijak’.”<br /><br />Diceritakan, ada seorang wanita tua yang didatangi oleh pemuda yang termasuk kerabatnya. Keluarga lainnya merasa gembira, namun wanita itu justru menangis tersedu. Ia ditanya, ‘Apa yang engkau tangisi?” Wanita itu menjawab, “Aku teringat kedatangan pemuda itu, jika kelak di hari kedatangan kita kepada Allah Swt.”<br /><br />Ketika Ahmad bin Atha’ ditanya tentang rindu, dia menjawab, “Jiwa yang terbakar, qalbu yang berkobar, dan jantung yang berkeping-keping.”<br />Pada kesempatan lain dia ditanya, “Manakah yang lebih utama, rindu ataukah cinta?” Ibnu Atha’ menjawab, “Cinta, karena rindu terlahir dari cinta.”<br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-55984495249590877612009-02-04T23:22:00.001-08:002009-02-04T23:22:40.135-08:00Kewalian3<span style="font-size:85%;">Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Seorang wali adalah wewangian Allah di bumi, yang dicium baunya oleh para shiddiqin, hingga bau itu menyentuh kalbunya, sampai mereka terbelenggu rindu pada Tuhannya, Ibadat mereka senantiasa bertambah menurut derajat akhlaknya.”<br /><br />Muhammad al Wasithy ditanya, “Bagaimana seorang wali dibesarkan dalam kewaliannya?” Dia menjawab, “Pada awalnya, dia dibesarkan dengan ibadatnya. Untuk mencapai kematangannya, dia dibesarkan dengan tabir melalui kelembutan-Nya. Kemudian Dia mengembalikannya ke dalam sifat-sifatnya yang terdahulu; dan akhirnya Dia menjadikannya menikmati rasa keteguhannya dalarn waktu-waktunya.”<br />Dikatakan, “Tanda kewalian ada tiga: Dia sibuk dengan Allah swt, dia lari kepada Allah swt, dan dia hanya bercita-cita kepada Allah swt.” Al-Kharraz berkata, “Jika Allah swt. berkehendak mengangkat salah seorang hamba-Nya menjadi wali, maka Dia akan membuka baginya pintu gerbang dzikir kepada-Nya. Jika dia telah merasakan manisnya dzikir, maka Dia akan membukakan baginya pintu kedekatan. Lantas dinaikkan ke tahta kesukacitaan ruhani. Kemudian dia ditempatkanNya di atas tahta tauhid. Kemudian dibukalah tabir dan dimasukkan ke dalam rumah Ketunggalan. Disibakkan baginya Keagungan dan Kebesaran Ilahi. Manakala matanya memandang Kebesaran dan Keagungan, la tetap tanpa dirinya. Pada saat seperti itu si hamba menjadi fana’. Setelah itu dia akan berada di dalam perlindungan Allah swt, bebas dari kecenderungan dirinya sendiri.”<br />Abu Turab an-Nakhsyaby mengatakan, “Manakala hati seorang menjadi terbiasa berpaling dari Allah swt, maka kejadian itu diketahui oleh para wali Allah swt.”<br /><br />Dikatakan, “Salah satu sifat seorang wali adalah bahwa dia tak punya rasa takut, sebab takut adalah suatu keadaan yang dibenci yang menempati di masa datang. Atau menunggu kekasih yang hilang di masa lalu. Sedangkan wali adalah anak waktunya, tak ada gambaran di depan hingga ia harus takut, atau tak ada harapan, karena harapan itu sendiri adalah menunggu yang tercinta untuk datang, atau bahkan yang dibenci kelak terbuka kedoknya. Hal itu juga berada di luar lingkup masa kini. Sang wali juga tak pernah merasa sedih, sebab sedih adalah penderitaan dalam waktu. Bagaimana mungkin orang yang telah merasakan cahaya ridha dan tentramnya selaras denganNya akan tertimpa kesedihan?<br /><br />Allah swt. berfirman,<br />“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allahitu, tidak ada kekhawatiran pada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.s. Yunus: 62).</span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-70088292999636440252009-02-04T23:19:00.000-08:002009-02-04T23:20:41.253-08:00Kewalian2<span style="font-size:85%;"><strong></strong><br /></span> <table align="right" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="0%"> <tbody><tr> <td> <span style="font-size:85%;"><img alt="" src="http://www.sufinews.com/_me/data/upimages/avatar/_R02-07-BridgeofDreams200.jpg" style="border: medium none ;" /></span> </td> </tr> </tbody></table> <span style="font-size:85%;">Ibrahim bin Adham pernah bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau ingin menjadi wali Allah?” Dia menjawab, “Ya.” Ibrahim lalu, berkata, “Kalau begitu janganlah engkau menginginkan harta, kekayaan duniawi ataupun ukhrawi. Kosongkanlah dirimu untuk Allah swt semata. Palingkanlah mukamu kepada-Nya agar Dia berpaling kepadamu dan menjadikanmu wali-Nya.”<br /><br />Yahya bin Mu’adz menggambarkan para wali sebagai berikut, “Mereka itu adalah hamba-hamba yang berpakaian kesukacitaan jiwa setelah mengalami penderitaan, dan yang memeluk ruhani setelah mujahadah ketika mereka mencapai tahapan kewalian.”<br />Abu Yazid al-Bisthamy mengatakan, “Wali-wali Allah adalah pengantin-pengantin-Nya, dan tak seorang pun yang boleh melihat para pengantin selain mereka yang termasuk dalam keluarganya. Mereka ditabiri dalam ruang khusus di hadirat-Nya oleh kesukacitaan jiwa (uns). Tak seorang pun yang melihat mereka, baik di dunia ini maupun di akhirat.”<br /><br />Saya mendengar Abu Bakr ash-Shaidalany, salah seorang yang saleh, menuturkan, “Suatu ketika aku berulangkali memperbaiki batu nisan makam Abu Bakr at-Thamastany di pekuburan<br />al-Hirah dan mengukir namanya pada nisan itu, namun tiba-tiba digali dan dicuri orang, meskipun makam-makam yang lain tidak. Karena bingung menghadapi hal ini, aku bertanya kepada Abu Ali ad-Daqqaq, yang kemudian menjelaskan kepadaku, `Syeikh itu lebih suka tidak dikenal orang di dunia ini, tapi engkau ingin memberinya batu nisan yang akan memperbaiki kenangan kepadanya. Allah swt tidak ingin kecuali tetap menyembunyikannya sebagaimana keadaan dirinya yang lebih disukainya waktu hidupnya’.”<br /><br />Sa’id bin Salam al-Nlaghriby mengatakan, “Kadang-kadang seorang wali termasyhur ke mana-mana, namun dia tidak akan tergoda oleh kemasyhurannya itu.”<br />An-Nashr Abadzy berkata, “Para wali tidak mengajukan tuntutan; mereka justru merasa hina dan tersembunyi.” Dia juga mengatakan, “Pangkal perjalanan para wali adalah langkah pertama para Nabi.”<br /><br />Sahl bin Abdullah mengatakan, “Wali adalah dia yang selalu melakukan perbuatannya selaras dengan Allah swt.”<br />Yahya bin Mu’adz menyatakan, “Seorang wali berbuat sesuatu tidak demi riya’, tidak pula munafik. Betapa sedikitnya sahabat-sahabat seseorang yang berwatak seperti itu!”<br /><br />Abu Ali al Juzajany berkata, “Seorang wali adalah yang fana’ keadaannya namun tetap dalam musyahadah akan Allah swt. Allah mengambil alih urusan-urusannya hingga, dengan pengarahan itu, cahaya kewalian melimpah.<br />Dia tidak tahu apa-apa tentang dirinya sendiri, tak ada tempat berpijak selain Allah swt.”<br /><br />Abu Yazid mengabarkan, “Jatah para wali yang sudah ditentukan berasal dari empat Asma Allah. Masing-masing kelompok wali berbuat sesuai dengan salah satu Asma tersebut: Al-Awwal (Yang Terdahulu), Al-Akhir (Yang Akhir), Adz-Dzahir (Yang Lahir) dan Al-Bathin (Yang Batin). Manakala seorangwali fana’ dari nama-nama tersebut setelah memakainya, maka dialah manusia kamil yang sempurna. Wali yang jatahnya berasal dari Asma Allah Adz-Dzahir akan menyaksikan kekuasaan-Nya; Wali yang mendapatkan bagian dari Al-Bathin, akan menyaksikan hal-hal yang mengalir dalam rahasia batin dari cahaya-Nya; Wali yang bagiannya dari Al-Awwal disibukkan dengan masa lampau; Wali yang namanya berasal dari Al-Akhir akan berhubungan dengan masa yang akan datang. Masingmasing diberi keterbukaan menurut kemampuannya, kecuali wali yang telah dipilih oleh Allah swt. dan dipelihara untuk Diri-Nya.”<br /><br />Kata-kata AbuYazid ini menunjukkan kelompok terpilih di antara hamba-hamba Allah derajatnya lebih tinggi dari bagian-bagian ini, tidak hanya sibuk dengan masa depan, ataupun masa lalu dalam benaknya, juga bukan karena jalan ruhani yang telah dilewatinya.<br />Demikian keadaan ruhani mereka yang telah mencapai hakikat; mereka terhapus dari sifat-sifat makhluk.<br />Seperti difirmankan Allah swt<br />“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur.” (Q.s. Al-Kahfi:18). Dari : Sufinews.com<br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-52020382757593737792009-02-04T23:16:00.000-08:002009-02-04T23:18:58.144-08:00Kewalian1<span style="font-size:85%;"><strong></strong><br /></span> <table align="right" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="0%"> <tbody><tr> <td> <span style="font-size:85%;"><img alt="" src="http://www.sufinews.com/_me/data/upimages/avatar/_R02-07-BridgeofDreams200.jpg" style="border: medium none ;" /></span> </td> </tr> </tbody></table> <span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">Oleh: Syeik Abul Qosim al-Qusyairy</span><br />“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada<br />kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.s. Yunus: 62).<br />Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:<br />Allah Swt berfirman, ‘Barangsiapa yang menyakiti seorang wali, berarti telah memaklumkan perang terhadap-Ku<br />melawan dia. Seorang hamba bisa mendekatkan diri kepada Ku dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dia senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sampai Aku mencintainya. Tak pernah Aku merasa ragu-ragu melakukan sesuatu seperti keraguanku mencabut nyawa seorang hamba-Ku yang beriman, karena dia tidak menyukai kematian dan Aku tak suka menyakiti hatinya; tetapi maut itu adalah sesuatu yang tak bisa dihindari.“(Hr. Ahmad, Hakim dan Tirmidzi).<br /><br />Kata wali mempunyai dua makna. Yang pertama berasal dari bentuk fa’iil (subyek) dalam pengertian maf’ul (obyek). Artinya orang yang diambil alih kekuasaannya oleh Allah swt.<br />Sebagaimana telah difirmankan oleh-Nya, “... dan Dia mengambil alih urusan (yatawalia) orang-orang saleh.” (Q.s. AI-A’raf 196). Sejenakpun si wali tidak mengurusi dirinya.<br /><br />Arti yang kedua berasal dari bentuk fa’iil dalam pengertian penekanan (mubalaghah) dari faa’il. Yaitu orang yang secara aktif melaksanakan ibadat kepada Allah dan mematuhi-Nya secara terus menerus tanpa diselingi kemaksiatan.<br /><br />Kedua arti ini mesti ada pada seorangwali untuk bisa dianggap sebagai wali yang sebenarnya, dengan menegakkan hak-hakAllah swt. atas dirinya sepenuhnya, disamping perlindungan Allah swt. padanya, di saat senang maupun susah.<br /><br />Salah satu persyaratan seorang wali adalah bahwa Allah<br />melindunginya dari mengulangi dosa-dosa (mahfudz), seperti halnya salah satu persyaratan seorang Nabi adalah bahwa dia terjaga dari segala dosa (ma’shum). Siapa pun yang berbuat dengan cara yang menyimpang dari syariat Allah swt. berarti telah tertipu.<br /><br />Suatu ketika Abu Yazid al-Bisthamy berangkat untuk mencari seseorang yang oleh orang-orang lain digambarkan sebagai seorang wali. Ketika sampai ke masjid orang tersebut, dia lalu duduk dan menunggu orang tersebut keluar. Orang itu pun keluar setelah meludah di dalam masjid. Abu Yazid pun pergi begitu saja tanpa memberi salam kepadanya, dan berkata, `Inilah orang yang tak bisa dipercaya untuk melaksanakan adab yang benar seperti dinyatakan dalam hukum Allah. Bagaimana mungkin dia bisa diandalkan untuk menjaga rahasia-rahasia Allah swt ?”<br /><br />Terdapat ketidaksepakatan di kalangan kaum Sufi mengenai apakah diperbolehkan bagi seseorang untuk menyadari bahwa dirinya adalah seorang wali atau bukan. Sebagian mereka mengatakan,<br />“Hal itu tidak diperbolehkan. Sang wali harus selalu introspeksi dirinya dengan pandangan penuh hina. Jika suatu karomah terjadi melalui dirinya, dia merasa takut jika karomah tersebut merupakan godaan dan dia senantiasa merasa takut jika keadaan akhirnya berlawanan dengan keadaannya sekarang.” Para Sufi yang berpendapat seperti ini menjadikan syarat kewalian, harus selaras dengan keteguhannya hingga akhir hayat.<br /><br />Akan tetapi, sebagian Sufi mengatakan, “Boleh saja seorangwali mengetahui bahwa dirinya adalah wali, dan kesetiaan pada kewalian sampai akhir hayat sang wali bukanlah persyaratan untuk mencapai derajat kewalian di saat ini.”<br /><br />Jika kesetiaan seperti itu merupakan prasyarat untuk mencapai derajat kewalian, bahwa seorangwali akan dianugerahi suatu karamah tertentu yang dengannya Allah memberitahukan kepadanya mengenai kepastian keadaan akhirnya. Sebab, kepercayaan terhadap karomah seorang wali adalah wajib. Yakni, walaupun ia dipisahkan rasa takut akan keadaan akhirnya, namun sikapnya mengagungkan dan me-Mahabesarkan bisa meningkatkan kondisi batin secara lebih efektif daripada banyaknya rasa takut itu sendiri.<br /><br />Ketika Nabi saw bersabda, “Sepuluh orang sahabatku akan berada di surga,” maka sepuluh orang itu sangat percaya kepada sabda Rasulullah saw dan mengetahui kepastian nasib mereka. Hal ini tidaklah membuat cacat keadaan mereka. Sebab di antara syarat sahnya memahami`secara benar mengenai kenabian menuntut pemahaman mengenai definisi mukjizat, disamping itu juga pengetahuan tentang hakikat karomah. Karena itu tidaklah mungkin bagi seorang wali, manakala dia menyaksikan suatu karomah terjadi di depan matanya, tidak mungkin ia tidak membedakan antara karomah dan lainnya. Jika menyaksikan hal seperti itu, sang wali mengetahui bahwa dia berada di jalan yang benar.<br /><br />Sang wali juga diperkenankan mengetahui realita yang akan datang dengan tetap konsisten pada kekinian perilakunya. Dianugerahi pengetahuan ini sendiri adalah suatu karomah. Ajaran tentang - karomah wali adalah benar, sebagaimana dipersaksikan oleh banyak riwayat Sufi. Di antara syeikh yang menyepakati hal ini dan pernah saya jumpai adalah Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq. Dari : Sufinews.Com<br /></span>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-76331182678017672482009-02-03T16:49:00.000-08:002009-02-03T16:51:06.740-08:00Ma'rifatullah Puncak Aqidah Islam<p><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Aqidah Islam adalah Aqidah <strong><em>Rabbaniy</em></strong> (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Al Wudhuh wa al Basathah</span></em></strong></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas<span> </span>dsb. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah <strong><em>salimah</em></strong> (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : <em>“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia<span> </span>menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah..”</em> QS. 30:30</span></span><span id="more-53"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :”<em>Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?“</em> QS. 42:21 </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar” QS 2:111</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Al Wasthiyyah</span></em></strong></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka” QS. 43:22 </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">PENGERTIAN MA’RIFATULLAH</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ma’rifatullah</span></em></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Menurut Ibn Al Qayyim : Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh <strong><em>ahlul ma’rifah</em></strong> (orang-orang yang mengenali Allah)<span> </span>adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ma’rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma’riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">CIRI-CIRI DALAM MA’RIFATULLAH</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Seseorang dianggap ma’rifatullah<span> </span>(mengenal Allah) jika<span> </span>ia telah mengenali </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">asma’</span></em></strong></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> (nama) Allah</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sifat</span></em></strong></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> Allah dan </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">af’al</span></em></strong></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Kemudian dengan bekal pengetahuan<span> </span>itu, ia menunjukkan :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sikap <strong><em>shidq</em></strong> (benar) dalam ber -<strong><em>mu’amalah</em></strong> (bekerja) dengan Allah, </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah, </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">berda’wah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">membersihkan da’wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Figur teladan dalam ma’rifatullah ini adalah Rasulullah SAW. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT.<span> </span>Sabda Nabi <strong><em>: “Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”.</em></strong> HR Al Bukahriy dan Muslim.<span> </span>Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan perasaannya sendiri.<span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah <strong><em>ulama amilun</em></strong> ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : <em>“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama</em>” QS. 35:28</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari <strong><em>ghaflah</em></strong> (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat”</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">URGENSI MA’RIFATULLAH</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma’rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma’rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Ma’rifatullah adalah <strong><em>asas </em></strong>(landasan) perjalanan <strong><em>ruhiyyah</em></strong> (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar. </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 0.55pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sabda Nabi : <em>Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur”</em><span> </span>(HR.Muslim)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 0.55pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Ma’rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>d.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>e.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Dari Ma’rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan <strong><em>Barzahiyyah</em></strong> (alam kubur) dan kehidupan <span> </span>akherat. </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span dir="ltr"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">SARANA MA’RIFATULLAH</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span></em></strong><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Akal sehat </span></em></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : <em>Katakanlah “ Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.</em> QS 10:101, atau QS 3: 190-191</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Sabda Nabi : <em>“Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu</em>” HR. Abu Nu’aim</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span></em></strong><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Para Rasul</span></em></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma’rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah : </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..”</span></em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span> </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">QS. 57:25</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"><span>c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span></span></em></strong><!--[endif]--><span dir="ltr"><strong><em><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Asma dan Sifat Allah</span></em></strong></span></p> <p class="MsoHeading7"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;">Mengenali a</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sma (</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;">nama) dan </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">sifat </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;">Allah disertai dengan<span> </span>perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;">Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :</span></p> <p class="MsoHeading7"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal;">“Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma’ al husna<span> </span>(nama-nama yang terbaik)</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;"> QS. 17:110</span></p> <p class="MsoHeading7"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;">Asma’ al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :</span></p> <p class="MsoHeading7"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal;">“ Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…”</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; font-weight: normal; font-style: normal;"> QS. 7:180<span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;"> </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent2"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;">Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : <strong><em>tauhid rububiyyah, tauhid asma</em></strong> dan <strong><em>sifat</em></strong>. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid <strong><em>al ma’rifah wa al itsbat</em></strong> ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu <strong><em>tauhid uluhiyyah</em></strong> yang merupakan <strong><em>tauhid thalab</em></strong> (perintah) yang harus dilakukan.</span></p><p class="MsoBodyTextIndent2">oleh abu mujahid</p>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-8200812940609295212009-02-02T23:09:00.001-08:002009-02-02T23:42:27.786-08:00Aku tak ingin jauh dariMu-2<span style="font-size:85%;">Satu kesempatan aku tanyakan sesuatu padanya. . . dia menjawab dengan penuh kelembutan dan kesopanan, ya ... memang dia seorang muslimah yang lembut hatinya.<br />Sering bayangan wajahnya terlintas di mata ini, suatu saat pernah ku tatap wajahnya tanpa setahu dirinya. ya ... dia memang sungguh menarik dan cantik.<br />Dia ... memang bidadari baruku<br />Andai saja dapat ku raih ... mungkin sudah kubimbing dirinya mendekati Engkau<br />Andai saja dapat ku genggam ... mungkin sudah ku tuntun dirinya agar lebih paham tentang Engkau</span><br /><br />Tapi pelabuhan hatiku yang sejati ternyata hanya milik Engkau ...Ya RabbPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-71618032223714069372009-02-02T22:50:00.000-08:002009-02-03T01:26:04.064-08:00Aku tak ingin jauh dariMu<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"></p><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Allah jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya padaMu, agar bertambah kekuatanku untuk menyintaiMu..<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Muhaimin jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu…<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Rabbana jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling daripada hatiMu..<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Rabbul Izzati jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu…<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Allah jika aku menikmati cinta kekasihMu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirMu..<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:85%;" >Ya Allah jika aku jatuh hati pada kekasihMu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dlm perjalanan panjang menyeru manusia kpdmu…<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:16;" ><span style="font-size:85%;">Ya Allah jika Kau halalkan aku merindui kekasihMu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepadaMu</span> <o:p></o:p></span></li></ul>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-60393468495893213502009-02-02T00:49:00.000-08:002009-02-02T00:50:00.220-08:00CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="95%"><tbody><tr><td class="judul-berita"><br /></td> </tr> <tr> <td><em></em><br /></td> </tr> <tr> <td> </td> </tr> <tr> <td class="text-content"> <p>Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.<br /> <br /> Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:<br /> 1. Taat kepada Allah dan RasulNya<br /> 2. Taat kepada suami<br /> <br /> Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:<br /> <br /> <strong>1. Taat kepada Allah dan RasulNya </strong><br /> <br /> Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?<br /> - Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya. <br /> - Wajib menutup aurat<br /> - Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah<br /> - Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya <br /> - Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa<br /> - Berbuat baik kepada ibu & bapa<br /> - Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang<br /> - Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa<br /> - Bersikap baik terhadap tetangga<br /> <br /> <strong>2. Taat kepada suami </strong><br /> - Memelihara kewajipan terhadap suami<br /> - Sentiasa menyenangkan suami<br /> - Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.<br /> - Tidak cemberut di hadapan suami.<br /> - Tidak menolak ajakan suami untuk tidur<br /> - Tidak keluar tanpa izin suami.<br /> - Tidak meninggikan suara melebihi suara suami<br /> - Tidak membantah suaminya dalam kebenaran<br /> - Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.<br /> - Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga<br /> <br /> <br /> <strong>FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA </strong><br /> ---------------------------------------<br /> <br /> Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.<br /> <br /> Faktor-faktor tersebut ialah:<br /> <br /> 1) Lupa mengingat Allah<br /> <br /> Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.<br /> <br /> Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:<br /> <br /> <em>" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya." <br /> </em><br /> Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:<br /> <em>"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." </em><strong>(Riwayat Tarmizi) </strong><br /> <br /> Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.<br /> <br /> <strong>2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia </strong><br /> <br /> Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.<br /> Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.<br /> <br /> Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya:</p> <p><em>" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir." </em><br /> <br /> <strong>3) Mudah terpedaya dengan syahwat<br /> 4) Lemah iman<br /> 5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk. </strong><br /> <br /> <em>Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich </em><br /> <strong>Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah. </strong><br /> </p></td></tr></tbody></table>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-30657863640414913152009-02-01T23:57:00.000-08:002009-02-02T00:39:10.034-08:00Cintaku hanya untukMuTak terkira rasa cinta terhadap mahluk ini hinggap lagi ............<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Pemberi Pelindung<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Pemberi Ketenangan<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Pemberi Rizki<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Tujuan hatiku<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Tujuan cintaku<br />Tapi ku berusaha agar cintaku yang sejati hanya untuk Engkau saja wahai Penguat imanku<br /><br />Ya.........walau rasa cinta ini sedang datang kepadaku<br />Tapi tolonglah hambaMu ini hanya kepadaMu ingin cinta ini dilabuhkan<br />Tapi tolongllah Ya Rabb jangan kau buat hati ini terlalu terlena dengan segala cinta dan sayang hanya pada mahluk Engkau........<br />Dan kuatkan terus Ya Rabb Iman ini kepadaMu..........<br />Dan perkuatlah lagi cinta hanya kepadaMu........<br /><br />Ya ... dia memang sungguh mengganggu hati ini<br />Ya ... karena dia memang sungguh mempesona<br />Ya ... seperti bunga - bunga lain yang pernah hinggap di hati ini<br />Ya ... seperti bidadari yang begitu cantiknya<br />Ya ... memang dia pantas sebagai bidadari<br />Ya ... apakah dia ... apakah dia ?<br /><br />Biar ... biar saja rasa cinta ini hinggap dan bersemi di hati ini<br />Asal jangan ....... asal jangan menggeser cinta ini kepadaMu<br />Biar ... biar saja rasa cinta terus tumbuh dalam hati ini<br />Tetapi ..... tidak merubah cinta ini kepada Engkau pemilik ketenangan<br />Biar ....biar saja rasa cinta bergelora<br />Tetapi .... hanya kepada Engkau Ya Rabb hati ini berlabuh<br />Biar ..... biar saja rasa cinta terus berbunga - bunga<br />Tetapi .... cinta kepada Engkau tidak akan aku duakan<br /><br />Ya .... cinta kepada Engkau yang tidak akan pernah aku duakan<br />Semoga ..... rasa ini membuatku semakin mengerti akan KebesaranMu dan KekuasaanMuPencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4679071735688344096.post-36333886601744528522009-01-28T01:37:00.001-08:002009-01-28T01:38:22.986-08:00Kajian Kitab Al - Hikam Karya Syekh Ibnu Athaillah<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">KAJIAN<span style=""> </span>1 – 10 <span style=""> </span>KITAB <span style=""> </span>AL – HIKAM<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Karya : </span></b><i><span style="font-size: 16pt;">Syekh Ibnu Athaillah<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">1. AMALAN LAHIR DAN AMALAN HATI</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">SEBAGIAN DARI TANDA BERSANDAR KEPADA AMALAN LAHIR ADALAH BERKURANGNYA HARAPAN (SUASANA HATI) TATKALA BERLAKU PADANYA SUATU KESALAHAN.</span></b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Imam Ibnu Athaillah memulai Kalimat Hikmah beliau dengan mengajak kita merenung kepada hakikat amal. Amal bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu amalan lahir dan amalan hati atau suasana batin yang terkait dengan amalan lahir itu. Beberapa orang bisa jadi melakukan amalan lahir yang serupa tetapi suasana batin yang terkait dengan perbuatan lahir itu tidak serupa. Pengaruh amalan lahir kepada hati berbeda antara seorang dengan seorang yang lain. Jika amalan lahir itu mempengaruhi suasana hati, maka hati itu dikatakan bersandar kepada amalan lahir. Jika hati dipengaruhi juga oleh amalan hati, maka hati itu dikatakan bersandar juga kepada amal, sekalipun ia termasuk amalan batin. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Hati yang bebas dari bersandar kepada amal, baik amalan lahir ataupun amalan batin adalah hati yang menghadap kepada Allah dan meletakkan pergantungan kepada-Nya serta menyerah sepenuhnya kepada Allah tanpa sembarang takwil atau tuntutan. Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya, lahir dan batin, walau berapa banyak sekalipun, sebagai alat untuk tawar menawar dengan Allah untuk mendapatkan sesuatu. Amalan bukan menjadi penyebab perantaraan antara dirinya dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini tidak membataskan kekuasaan dan kemurahan Allah untuk tunduk kepada perbuatan manusia. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah Maha Berdiri Sendiri berbuat sesuatu menurut kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun dan sesuatu apapun. Apa saja tentang Allah adalah mutlak, tiada kekurangan, cacat dan pembatasan. Oleh karena itu, orang arif tidak menjadikan amalan sebagai sarana yang merongrong ketTuhanan Allah atau ‘memaksa’ Allah berbuat sesuatu menurut perbuatan makhluk. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Perbuatan Allah berada di depan dan perbuatan makhluk ada di belakang. Tidak pernah terjadi Allah mengikuti perkataan dan perbuatan seseorang atau sesuatu apapun. Sebelum menjadi seorang yang arif, hati manusia memang terkait rapat dengan amalan dirinya, baik yang lahir maupun yang batin. Manusia yang kuat bersandar kepada amalan lahir adalah mereka yang mencari manfaat keduniaan dan mereka yang kuat bersandar kepada amalan batin adalah yang mencari manfaat akhirat. Kedua jenis manusia tersebut percaya bahwa amalannya menentukan apa yang akan mereka peroleh baik di dunia dan juga di akhirat. Kepercayaan yang demikian kadang membuat manusia hilang atau kurang rasa bergantung nya kepada Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Pergantungan mereka hanyalah kepada amalan semata, atau jikapun mereka bergantung kepada Allah, maka pergantungan itu bercampur dengan keraguan. Seorang manusia boleh memeriksa dirinya sendiri apakah kuat atau lemah pergantungannya kepada Allah. Kalimat Hikmah pertama yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu Athaillah memberi petunjuk mengenainya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Lihatlah kepada hati apabila kita terperosok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa. Jika kesalahan yang demikian membuat kita berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah, itu tandanya pergantungan kita kepada-Nya sangat lemah. Firman-Nya: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“...Wahai anak-anakku, Pergilah dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah melainkan kaum yang kafir ”. <b>( Ayat 87 : Surah Yusuf )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang beriman kepada Allah meletakkan pergantungan kepada-Nya walau dalam keadaan bagaimanapun. Pergantungan kepada Allah membuat hati tidak berputus asa dalam menghadapi cobaan hidup. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kadang apa kita yang inginkan, kita rencanakan dan kita usahakan tidak mendatangkan hasil yang seperti diharapkan. Kegagalan mendapatkan sesuatu yang diinginkan bukan bermakna tidak menerima pemberian Allah. Selama orang itu beriman dan bergantung kepada Allah maka pasti Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kegagalan memperoleh apa yang diinginkan bukan bermakna tidak mendapat rahmat Allah. Segala hal yang Allah lakukan kepada orang yang beriman pasti didalamnya terdapat hikmah yang besar rahmat-Nya yang luas. Keyakinan terhadap yang demikian menjadikan orang yang beriman tabah menghadapi ujian hidup, tidak sekali-kali mereka berputus asa. Mereka yakin bahwa apabila mereka sandarkan segala perkara kepada Allah, maka apapun amal kebaikan yang mereka lakukan tidak akan menjadi sia-sia. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang tidak beriman kepada Allah berada dalam situasi yang berbeda. Pergantungan mereka hanya tertuju kepada amalan mereka, yang terkandung di dalamnya ilmu dan usaha. Apabila mereka mengadakan sesuatu usaha berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka mengharapkan akan mendapatkan hasil yang setimpal. Jika ilmu dan usaha (termasuklah pertolongan orang lain) gagal mendatangkan hasil, mereka tidak mempunyai tempat bersandar lagi. Jadilah mereka orang yang berputus asa. Mereka tidak mampu melihat hikmah kebijaksanaan Allah yang telah mengatur perjalanan takdir dan mereka juga tidak mampu merasakan rahmat dan karunia-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah dan mudah berputus asa, di kalangan sebagian orang Islam pun ada yang berperilaku demikian, bergantung setingkat demikian menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amalan karena kepentingan diri sendiri, bukan karena Allah. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat mengecap kemakmuran hidup di dunia. Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan daripada bala penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sebagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki surga, sekaligus dapat dijauhkan dari azab api neraka. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Rohani orang yang bersandar kepada amal sangat lemah, terutama mereka yang mencari keuntungan dunia dengan amal mereka. Mereka tidak akan tahan menempuh ujian. Mereka mengharapkan perjalanan hidupnya sentiasa mudah dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang mereka rencanakan. Apabila terjadi sesuatu di luar perkiraan, mereka menjadi panik dan gelisah. Bala bencana membuat mereka merasakan bahwa merekalah manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Namun sebaliknya, bila mereka sukses memperoleh sesuatu kebaikan, mereka merasakan kesuksesan itu disebabkan kepandaian dan kemampuan mereka sendiri. Mereka mudah menjadi egois serta suka menyombongkan diri. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apabila rohani seseorang bertambah teguh, dia melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri kepada Allah, hatinya tidak akan lagi cenderung kepada manfaat duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan karunia Allah seperti terbukanya hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang-orang ini merasakan amal-amalnya membawa mereka kepada Allah. Bila dia tertinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia merasa dijauhi oleh Allah. Inilah orang yang pada peringkat permulaan mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan tarekat tasawuf. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jadi, ada golongan yang bersandar kepada amal semata-mata dan ada pula golongan yang bersandar kepada Allah melalui amal. Kedua golongan tersebut berpegang kepada pengaruh amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal lahir, yaitu perbuatan lahir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka salah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ahli tarekat yang masih berada pada tingkat permulaan juga bersandar kuat kepada amalan batin seperti shalat dan zikir. Jika mereka tertinggal melakukan sesuatu amalan yang biasa mereka lakukan, akan berkuranglah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, maka putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam perkara bersandar kepada amal ini, termasuk juga bersandar kepada ilmu, baik ilmu lahir atau ilmu batin. Ilmu lahir adalah ilmu penguasaan dan pengurusan sesuatu perkara menurut kekuatan akal. Ilmu batin adalah ilmu yang menggunakan kekuatan batin dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kebanyakan orang meletakkan kesuksesan kepada ayat dan usaha, hingga mereka lupa kepada Allah yang meletakkan takdir atas segala sesuatu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Seterusnya, sekiranya Allah izinkan, rohani seseorang meningkat kepada kedudukan yang lebih tinggi. Nyata di dalam hatinya maksud kalimat: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>Tiada daya dan upaya kecuali bersama Allah.</i> <br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu” <b>( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang-orang yang maqom atau kedudukan rohaninya berada pada tingkat ini tidak lagi melihat kepada amalnya, walaupun banyak amal yang dilakukannya tetapi hatinya tetap melihat bahwa semua amalan tersebut hakekatnya adalah karunia Allah semata. Jika tidak karena taufik dan hidayah dari Allah tentu tidak ada amal kebaikan yang dapat dilakukannya. Allah berfirman: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“Ini adalah keutamaan dari Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku akan bersyukur atau aku akan ingkar. Dan sungguh barang siapa yang bersyukur maka syukurnya itu hanyalah berpulang kepada dirinya sendiri, dan barang siapa yang ingkar (maka tidaklah menjadi masalah bagi Allah), karena sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”. <b>( Ayat 40 : Surah an-Naml )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan tiadalah kamu berkeinginan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ia memasukkan siapa saja yang dikehendaki-Nya (menurut aturan yang ditetapkan) ke dalam rahmat-Nya (dengan menempatkannya di surga); dan bagi orang-orang yang zalim, Ia telah menyediakan untuk mereka azab yang pedih. <b>( Ayat 30 & 31 : Surah al-Insaan )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Segala-galanya adalah pemberian Allah dan menjadi milik-Nya. Orang ini melihat kepada takdir yang Allah tentukan, tidak terlihat olehnya pengaruh perbuatan makhluk termasuk perbuatan dirinya sendiri. Maqam atau kedudukan ini dinamakan maqom ariffin yaitu orang-orang yang mengenal Allah. Golongan ini tidak lagi bersandar kepada amal tetapi justru merekalah yang paling kuat mengerjakan amal ibadah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang masuk ke dalam lautan takdir, ridha dengan segala yang ditentukan Allah, akan sentiasa tenang, tidak berdukacita apabila terjadi kehilangan atau ketiadaan sesuatu. Mereka tidak melihat makhluk sebagai penyebab atau pemberi pengaruh. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Di awal perjalanan menuju Allah, seseorang akan kuat beramal menurut tuntutan syariat. Dia melihat amalan itu sebagai kendaraan yang membawanya menghampiri Allah. Semakin kuat dia beramal semakin besarlah harapannya untuk sukses dalam perjalanannya. Apabila dia mencapai satu tahap, pandangan mata hatinya terhadap amal mulai berubah. Dia tidak lagi melihat amalan sebagai alat atau penyebab. Pandangannya beralih kepada karunia Allah. Dia melihat semua amalannya adalah karunia Allah semata kepadanya dan kedekatannya dengan Allah juga karunia-Nya. Seterusnya terbukalah hijab yang menutupi dirinya dan dia mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya. Dia melihat dirinya sangat lemah, hina, jahil, serba kekurangan dan faqir. Allah adalah Maha Kaya, Berkuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala segi. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bila dia sudah mengenali dirinya dan Tuhannya, pandangan mata hatinya tertuju kepada Qudrat dan Iradat Allah yang melingkupi segala sesuatu yang ada dalam alam raya ini. Jadilah dia seorang arif yang sentiasa memandang kepada Allah, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berhajat kepada-Nya. Dia hanyalah hamba Allah yang sangat faqir (lemah dan butuh).</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">2. AHLI ASBAB DAN AHLI TAJRID</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">KEINGINANMU UNTUK BERTAJRID PADAHAL ALLAH MASIH MELETAKANMU DALAM SUASANA ASBAB ADALAH SYAHWAT YANG SAMAR, SEBALIKNYA KEINGINANMU UNTUK BERASBAB PADAHAL ALLAH TELAH MELETAKANMU DALAM SUASANA TAJRID BERARTI TURUN DARI SEMANGAT DAN TINGKAT YANG TINGGI.</span></b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat Hikmah 1 menerangkan tanda orang yang bersandar kepada amal. Bergantung kepada amal adalah sifat manusia biasa yang hidup dalam dunia ini. Dunia ini dinamakan <i>alam asbab</i>. Apabila perjalanan hidup keduniaan dipandang melalui mata ilmu atau mata akal akan dapat disaksikan kerapian susunan sistem sebab musabab yang mempengaruhi segala kejadian. Tiap sesuatu berlaku menurut hukum sebab-akibat. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Hubungan sebab dengan akibat sangat erat. Mata akal melihat dengan jelas pengaruh sebab dalam menentukan akibat. Kerapian sistem sebab musabab ini membolehkan manusia mengambil manfaat unsur-unsur dan kejadian alam. Manusia dapat menentukan unsur-unsur yang bisa merusak kesehatan lalu menjauhkannya dan manusia juga dapat menentukan unsur-unsur dapat menjadi obat lalu menggunakannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dengan memahami hubungan sebab-akibat ini manusia bisa membuat ramalan cuaca, pasang surut air laut, angin, ombak, letusan gunung berapi, menghitung dengan tepat keuntungan dan kerugian usaha dan lain-lain sebagainya. Hal demikian disebabkan karena sistem yang mengawal perjalanan unsur-unsur yang berada di alam ini berada dalam suasana yang sangat rapi dan sempurna, membentuk hubungan sebab dan akibat yang padu dan serasi. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah Yang Maha Mengatur mengadakan sistem sebab musabab yang rapi adalah untuk kemudahan manusia menyusun kehidupan mereka di dunia ini. Kekuatan akal dan pancaindera manusia mampu menguasai kehidupan yang dikaitkan dengan perjalanan sebab musabab. Hasil dari perhatian dan kajian akal itu lahirlah berbagai jenis ilmu tentang alam dan kehidupan, seperti ilmu sains, astronomi, kedokteran, teknologi pangan, akuntansi dan sebagainya. Semua jenis ilmu itu dibentuk berdasarkan perjalanan hukum sebab-akibat.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Kerapian sistem sebab musabab menyebabkan manusia terikat kuat dengan hukum sebab-akibat. Manusia bergantung kepada amal (sebab) dalam mendapatkan hasil (akibat). Manusia yang melihat kepada pengaruh sebab dalam menentukan akibat serta bersandar dengannya dinamakan <b>ahli asbab.</b> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sistem sebab musabab atau perjalanan hukum sebab-akibat sering membuat manusia lupa kepada kekuasaan Allah. Mereka melakukan sesuatu dengan penuh keyakinan bahwa akibat terlahir karena adanya penyebab, seolah-olah Allah tidak ikut campur dalam urusan mereka. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah tidak suka hamba-Nya ‘mempertuhankan’ sesuatu kekuatan sehingga mereka lupa kepada kekuasaan-Nya. Allah tidak suka jika hamba-Nya sampai kepada tahap mempersekutukan diri-Nya dan kekuasaan-Nya dengan unsur-unsur alam dan hukum sebab-akibat ciptaan-Nya. Dialah yang meletakkan pengaruh kepada unsur-unsur alam itu dan Dia berkuasa pula membuat unsur-unsur alam itu lemah seperti semula. Dia yang meletakkan kerapian pada hukum sebab-akibat, berkuasa pula merombak hukum tersebut. Dia mengutuskan rasul-rasul dan nabi-nabi membawa mukjizat yang merombak hukum sebab-akibat untuk mengembalikan pandangan manusia kepada-Nya, agar keyakinan sebab musabab tidak menghijab keTuhanan-Nya. Kelahiran Nabi Isa a.s, terbelahnya laut dipukul oleh tongkat Nabi Musa a.s, kehilangan kuasa membakar yang ada pada api tatkala Nabi Ibrahim a.s masuk ke dalamnya, keluarnya air yang jernih dari jari-jari Nabi Muhammad s.a.w dan banyak lagi yang didatangkan oleh Allah, merombak pengaruh hukum sebab-akibat untuk menyadarkan manusia tentang hakikat bahwa kekuasaan Allah yang melingkupi perjalanan alam raya dan hukum sebab-akibat. Alam dan hukum yang ada padanya seharusnya membuat manusia mengenal Allah, bukan menutup pandangan terhadap Allah.. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sebagian manusia diselamatkan Allah daripada keyakinan sebab musabab ini. Namun, sebagai manusia yang hidup dalam dunia mereka masih bergerak dalam arus sebab musabab, hanya saja mereka tidak meletakkan keyakinan dirinya pada hukum sebab-akibat. Mereka sentiasa melihat kekuasaan Allah yang menetapkan atau mencabut pengaruh pada sesuatu hukum sebab-akibat. Jika sesuatu sebab tepat mengeluarkan akibat menurut yang biasa terjadi, mereka melihatnya sebagai kekuasaan Allah yang menetapkan kekuatan kepada sebab tersebut dan Allah juga yang mengeluarkan akibatnya. Allah berfirman: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dialah yang menguasai dan memiliki langit dan bumi; Ia menghidupkan dan mematikan; dan Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. <b>( Ayat 1 & 2 : Surah al-Hadiid )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Maka Kami (Allah) berfirman: “Pukullah si mati dengan sebagian anggota lembu yang kamu sembelih itu”. (Mereka pun memukulnya dan ia kembali hidup). Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda kekuasaan-Nya, supaya kamu memahaminya. <b>( Ayat 73 : Surah al-Baqarah )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang melihat kepada kekuasaan Allah mengamati hukum sebab-akibat tetapi tidak meletakkan perhatian mereka kepada hukum tersebut. Orang yang pergantungannya bulat kepada Allah, tidak kepada amal yang menjadi penyebab disebut <b>ahli tajrid.</b> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ahli tajrid, seperti juga ahli asbab, melakukan sesuatu menurut peraturan sebab-akibat. Ahli tajrid juga makan dan minum. Ahli tajrid memanaskan badan dan memasak dengan menggunakan api juga. Ahli tajrid juga melakukan sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan rezekinya. Tidak ada perbedaan di antara amal ahli tajrid dengan amal ahli asbab. Perbedaannya terletak di dalam diri yaitu dalam hati. Ahli asbab melihat kepada kekuatan hukum alam. Ahli tajrid melihat kepada kekuasaan Allah pada hukum alam itu. Walaupun ahli asbab mengakui kekuasaan Allah tetapi penghayatan dan kekuatannya pada hati tidak sekuat ahli tajrid. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam melakukan kebaikan, ahli asbab perlu melakukan mujahadah (kerja keras). Mereka perlu memaksa diri mereka berbuat baik dan perlu menjaga kebaikan itu agar tidak menjadi rusak. Ahli asbab perlu memperingatkan dirinya supaya berbuat ikhlas dan perlu melindungi keikhlasannya agar tidak dirusakkan oleh <i>riya’</i> (berbuat baik untuk diperlihatkan kepada orang lain agar dia dikatakan orang baik), <i>takabur </i>(sombong dan membesar-besarkan diri, merasakan diri sendiri lebih baik, lebih tinggi, lebih kuat dan lebih cerdik daripada orang lain) dan <i>sum’ah </i>(menarik perhatian orang lain kepada kebaikan yang telah dibuatnya dengan cara bercerita mengenainya, agar orang mengakui bahwa dirinya adalah orang baik). Jadi, ahli asbab perlu memelihara kebaikan sebelum melakukannya dan juga selepas melakukannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Suasana hati ahli tajrid berbeda dari apa yang dialami oleh ahli asbab. Jika ahli asbab memperingatkan dirinya supaya ikhlas, ahli tajrid tidak melihat kepada ikhlas karena mereka tidak bersandar kepada amal kebaikan yang mereka lakukan. Apa saja kebaikan yang keluar dari mereka, mereka serahkan sepenuhnya kepada Allah yang mengaruniakan kebaikan tersebut. Ahli tajrid tidak perlu menentukan perbuatannya ikhlas atau tidak ikhlas. Melihat keihklasan pada perbuatan sama dengan melihat diri sendiri yang ikhlas. Apabila seseorang merasakan dirinya sudah ikhlas, sesungguhnya pada dirinya masih tersembunyi keegoan diri yang membawa kepada riya’, ujub (merasakan diri sendiri sudah baik) dan sum’ah. Apabila tangan kanan berbuat ikhlas dalam keadaan tangan kiri tidak menyadari perbuatan itu barulah tangan kanan itu benar-benar ikhlas. Orang yang ikhlas berbuat kebaikan dengan melupakan kebaikan itu. Ikhlas sama seperti harta benda. Jika seorang miskin diberi harta oleh jutawan, orang miskin itu pasti malu menepuk dada kepada jutawan tersebut dengan mengatakan bahwa dirinya sudah kaya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang tajrid yang diberi ikhlas oleh Allah mengembalikan kebaikan mereka kepada Allah. Jika harta orang miskin itu hak si jutawan tadi, ikhlas orang tajrid adalah hak Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jadi, orang asbab bergembira karena melakukan perbuatan dengan ikhlas, orang tajrid melihat pula bahwa Allah sajalah yang mengatur segala urusan. Ahli asbab dibawa kepada syukur, ahli tajrid berada dalam penyerahan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kebaikan yang dilakukan oleh ahli asbab merupakan sentuhan kasih sayang Allah agar mereka ingat kepada Allah yang memimpin mereka kepada kebaikan. Sedangkan kebaikan yang dilakukan oleh ahli tajrid merupakan karunia Allah kepada sekelompok manusia yang tidak memandang kepada diri mereka dan kepentingannya. Ahli asbab melihat kepada terwujudnya hukum sebab-akibat. Ahli tajrid melihat kepada terwujudnya kekuasaan dan ketentuan Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dari kalangan ahli tajrid, Allah memilih sebagiannya dan meletakkan kekuatan hukum pada mereka. Kelompok ini bukan sekedar tidak melihat kepada terwujudnya hukum sebab-akibat, malah mereka dikaruniai kekuatan menguasai hukum sebab-akibat itu. Mereka adalah nabi-nabi dan wali-wali pilihan. Nabi-nabi dianugerahkan mukjizat dan wali-wali dianugerahkan kekeramatan. Mukjizat dan kekeramatan merombak pengaruh hukum sebab-akibat. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Di dalam kumpulan wali-wali pilihan yang dikaruniai kekuatan menguasai hukum sebab-akibat itu terdapatlah orang-orang seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Abu Hasan as-Sazili, Rabiatul Adawiah, Ibrahim Adham dan lain-lain. Cerita tentang kekeramatan mereka sering diperdengarkan. Orang yang cenderung kepada tarekat tasawuf gemar menjadikan kehidupan aulia Allah tersebut sebagai contoh, dan yang mudah memikat perhatian adalah bagian kekeramatan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kekeramatan biasanya dikaitkan dengan perilaku kehidupan yang zuhud (seperlunya terhadap keduniaan) dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Timbul anggapan bahwa jika mau memperoleh kekeramatan seperti mereka mestilah hidup sebagaimana mereka. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang berada pada peringkat permulaan bertarekat cenderung untuk memilih jalan bertajrid yaitu membuang segala ikhtiar dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Sikap total bertajrid membuat seseorang meninggalkan pekerjaan, isteri, anak-anak, masyarakat dan dunia seluruhnya. Semua harta disedekahkan karena dia melihat Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq telah berbuat demikian. Ibrahim bin Adham telah meninggalkan takhta kerajaan, isteri, anak, rakyat dan negerinya lalu tinggal di dalam gua. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Biasanya orang yang bertindak demikian tidak dapat bertahan lama. Kesudahannya dia mungkin meninggalkan kelompok tarekatnya dan kembali kepada kehidupan duniawi. Ada juga yang kembali kepada kehidupan yang lebih buruk daripada keadaan sebelum bertarekat dahulu karena dia mau menebus kembali apa yang telah ditinggalkannya. Keadaan demikian diakibatkan bertajrid tanpa ilmu. Orang yang baru masuk ke dalam bidang latihan kerohanian sudah mau beramal seperti aulia Allah yang sudah berpuluh-puluh tahun melatih diri. Tindakan membuang semua yang dimilikinya secara tergesa-gesa membuatnya berhadapan dengan ujian dan cobaan yang boleh jadi menggoncangkan imannya dan mungkin juga membuatnya berputus-asa. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apa yang harus dilakukan bukanlah meniru membabi buta kehidupan para aulia Allah yang telah mencapai maqom atau kedudukan yang tinggi. Seseorang haruslah melihat kepada dirinya dan mengenal dengan pasti kedudukannya, kemampuanya dan daya-tahannya. Ketika masih di dalam maqom asbab seseorang haruslah bertindak sesuai dengan hukum sebab-akibat. Dia harus bekerja untuk mendapatkan rezekinya dan harus pula berusaha menjauhkan dirinya daripada bahaya atau kehancuran. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ahli asbab perlu berbuat demikian karena dia masih terikat dengan sifat-sifat kemanusiaan. Dia masih melihat bahwa tindakan makhluk memberi pengaruh kepada dirinya. Oleh karena itu, adalah wajar sekiranya dia melakukan tindakan yang menurut pandangannya akan mendatangkan kesejahteraan kepada dirinya dan orang lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tanda Allah meletakkan seseorang pada kedudukan sebagai ahli asbab ialah apabila urusannya dan tindakannya yang menurut kesesuaian hukum sebab-akibat tidak menyebabkan ia mengabaikan kewajiban terhadap tuntutan agama. Dia tetap merasa ringan untuk berbakti kepada Allah, tidak terlena dengan nikmat duniawi dan tidak memiliki rasa iri hati terhadap orang lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apabila ahli asbab berjalan menurut hukum asbab maka jiwanya akan maju dan berkembang dengan baik tanpa menghadapi kegoncangan yang besar yang boleh jadi menyebabkan dia berputus asa dari rahmat Allah. Rohaninya akan menjadi kuat sedikit demi sedikit dan mendorongnya ke dalam maqom tajrid secara selamat. Akhirnya dia mampu untuk bertajrid sepenuhnya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ada pula orang yang dipaksa oleh takdir supaya bertajrid. Orang ini asalnya adalah ahli asbab yang berjalan menurut hukum sebab-akibat sebagaimana orang ramai. Kemungkinan kehidupan seperti itu tidak akan menambahkan kematangan rohaninya. Perubahan jalan perlu baginya supaya dia lebih maju dalam bidang kerohanian. Takdir bertindak memaksanya untuk terjun ke dalam lautan tajrid. Dia akan mengalami keadaan di mana hukum sebab-akibat tidak lagi membantunya untuk menyelesaikan masalahnya. Sekiranya dia seorang raja, takdir mencabut kerajaannya. Sekiranya dia seorang hartawan, takdir menghapuskan hartanya. Sekiranya dia seorang yang cantik, takdir menghilangkan kecantikannya itu. Takdir memisahkannya daripada apa yang dimiliki dan dikasihinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Pada peringkat permulaan menerima kedatangan takdir yang demikian, sebagai ahli asbab, dia berikhtiar menurut hukum sebab-akibat untuk mempertahankan apa yang dimiliki dan dikasihinya. Jika dia tidak berdaya menolong dirinya, dia akan meminta pertolongan orang lain. Setelah puas dia berikhtiar termasuk mohon bantuan orang lain tetapi tangan takdir tetap telah merengut sistem sebab-akibat yang terjadi pada dirinya. Apabila dia sendiri dengan dibantu oleh orang lain tidak mampu mengatasi arus takdir maka dia tidak ada pilihan kecuali berserah kepada takdir. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam keadaan begitu dia akan lari kepada Allah dan merayu agar Allah menolongnya. Pada peringkat ini seseorang itu akan kuat beribadah dan menumpukan sepenuh hatinya kepada Allah. Dia benar-benar berharap Allah akan menolongnya mengembalikan apa yang pernah dimilikinya dan dikasihinya. Akan tetapi, pertolongan tidak juga sampai kepadanya sehingga dia benar-benar terpisah dari apa yang dimiliki dan dikasihinya itu. Luputlah harapannya untuk memperolehnya kembali. Ridhalah dia dengan perpisahan itu. Dia tidak lagi merayu kepada Allah sebaliknya dia menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dia menyerah bulat-bulat kepada Allah, tidak ada lagi ikhtiar, pilihan dan kehendak diri sendiri. Jadilah dia seorang hamba Allah yang bertajrid. Apabila seseorang hamba benar-benar bertajrid maka Allah sendiri yang akan mengurus kehidupannya. Allah menggambarkan suasana tajrid dengan firman-Nya: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan (ingatlah) berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya bersama, Allah jualah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu; dan Dialah jua Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. <b>( Ayat 60 : Surah al-‘Ankabut )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Makhluk Allah seperti burung, ikan, dan sebagainya tidak memiliki tempat simpanan makanan. Mereka adalah ahli tajrid yang dijamin rezekinya oleh Allah. Jaminan Allah itu meliputi juga bangsa manusia. Tanda Allah meletakkan seseorang hamba-Nya di dalam maqom tajrid ialah Allah memudahkan baginya rezeki yang datang dari arah yang tidak diduganya. Jiwanya tetap tenteram sekalipun terjadi kekurangan pada rezeki atau ketika menerima berbagai ujian. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sekiranya ahli tajrid sengaja memindahkan dirinya kepada maqom asbab maka ini bermakna dia melepaskan jaminan Allah lalu bersandar kepada makhluk. Ini menunjukkan kejahilannya tentang rahmat dan kekuasaan Allah. Tindakan yang jahil itu bisa jadi menyebabkan berkurang atau hilang terus keberkahan yang Allah karuniakan kepadanya. Misalnya, seorang ahli tajrid yang tidak mempunyai sebarang pekerjaan kecuali membimbing orang ramai ke jalan Allah, walaupun tidak mempunyai sebarang pekerjaan, tetapi rezeki datang kepadanya dari berbagai arah dan tidak pernah putus tanpa dia meminta-minta atau mengharap-harap. Pengajaran yang disampaikan kepada murid-muridnya sangat berkesan sekali. Keberkahannya amat kentara seperti maqbulnya doa, dan ucapannya biasanya menjadi kenyataan. Andainya dia meninggalkan suasana bertajrid lalu berasbab karena tidak puas hati dengan rezeki yang diterimanya maka keberkahannya akan berkurang. Pengajarannya, doanya dan ucapannya tidak mempunyai pengaruh kuat seperti dahulu lagi. Ilham yang datang kepadanya tersekat-sekat dan kefasihan lidahnya tidak selancar biasa. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Seorang hamba haruslah menerima dan ridha dengan kedudukan yang Allah karuniakan kepadanya. Berserahlah kepada Allah dengan yakin bahawa Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Allah Maha Mengetahui apa yang patut bagi setiap makhluk-Nya. Allah Maha Bijak mengatur urusan hamba-hamba-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Keinginan kepada pertukaran maqom merupakan tipu daya yang sangat halus. Di dalamnya tersembunyi rangsangan nafsu yang sukar disadari. Nafsu di sini termasuk kehendak, cita-cita dan angan-angan. Orang yang baru terbuka pintu hatinya setelah lama hidup di dalam kelalaian, akan mudah tergerak untuk meninggalkan suasana asbab dan masuk ke dalam suasana tajrid. Orang yang telah lama berada dalam suasana tajrid, apabila kesadaran dirinya kembali sepenuhnya, muncul lagi pada dirinya keinginan, cita-cita dan angan-angan. Nafsu mencoba untuk bangkit seperti semula menguasai dirinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang asbab perlu menyadari bahwa keinginannya untuk berpindah kepada maqom tajrid itu mungkin secara halus digerakkan oleh ego diri yang tertanam jauh dalam jiwanya. Orang tajrid juga perlu menyadari bahwa keinginannya untuk kembali ke suasana asbab mungkin didorong oleh nafsu rendah yang masih belum berpisah dari hatinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ulama tasawuf mengatakan seseorang mungkin dapat mencapai semua maqom nafsu, tetapi nafsu peringkat pertama tidak kunjung padam. Oleh karena itu, perjuangan atau mujahadah mengawasi naf</span><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">su sentiasa berjalan.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Bersambung.....</span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Teks asli bisa diakses di sini : <a href="http://alhikam0.tripod.com/"><span style="color: blue;">http://alhikam0.tripod.com/</span></a></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">3. KEKUATAN SEMANGAT, TEKAD, CITA-CITA, DAN IKHTIAR TIDAK AKAN SANGGUP MEMECAHKAN BENTENG TAKDIR</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kalimat Hikmah yang pertama menyentuh tentang hakikat amal yang membawa kepada pengertian tentang amal lahir dan amal batin. Ia mengajak kita memerhatikan amal batin (suasana hati) yang berhubungan dengan amal lahir yang kita lakukan. Sebagai manusia biasa, hati kita cenderung untuk menaruh harapan dan meletakkan pergantungan kepada hasil dari amalan lahir. Kalimat Hikmah kedua menjelaskan mengenai hal itu dengan membuka pandangan kita kepada suasana <i>asbab</i> dan <i>tajrid</i>. Bersandar kepada amal terjadi karena seseorang melihat kepada pengaruh sebab dalam melahirkan akibat. Apabila seseorang telah terlepas dari pengaruh sebab musabab barulah seseorang itu masuk kepada suasana <i>tajrid</i>. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Dua Kalimat Hikmah yang lalu telah memberi pendidikan yang halus kepada jiwa. Seseorang akan mendapat pemahaman bahwa bersandar kepada amal bukanlah jalannya. Pemahaman yang demikian akan melahirkan kecenderungan untuk menyerah bulat-bulat kepada Allah. Akan tetapi, sikap menyerah tanpa persiapan kerohanian yang baik bisa jadi malah menggoncangkan keimanannya. Agar orang yang sedang meninggi semangatnya tidak keliru memilih jalan, dia diberi pengertian mengenai kedudukan <i>asbab</i> dan <i>tajrid.</i> Pemahaman tentang maqom (kedudukan) <i>asbab</i> dan <i>tajrid </i>membuat seseorang mendidik jiwanya agar menyerah kepada Allah dengan cara yang betul dan selamat dan bukan berserah diri dengan cara yang salah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Hikmat ke tiga ini mengajak kita merenung kepada kekuatan benteng takdir yang memagari segala sesuatu. Ketika kita berbicara tentang ahli <i>tajrid,</i> kita dapati ahli <i>tajrid</i> melihat kepada kekuasaan Allah yang meletakkan pengaruhnya terhadap suatu sebab dan menetapkannya dalam melahirkan akibat. Ini bermakna bahwa semua kejadian dan segala hukum mengenai sesuatu perkara berada di dalam penguasaan dan aturan Allah. Dialah yang menguasai, mengatur dan mengurus setiap makhluk-Nya. Urusan keTuhanan yang menguasai, mengatur dan mengurus atau suasana <i>pentadbiran</i> Allah itu dinamakan <i>takdir</i>. Tidak ada sesuatupun yang tidak dikuasai, diatur dan diurus oleh Allah. Oleh karena itu, tidak ada sesuatu apapun yang tidak termasuk ke dalam <i>takdir.</i> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Manusia terhalang memandang <i>takdir</i> karena keyakinan yang keliru tentang hukum sebab-akibat. Keegoan seseorang menjadikan hukum sebab-akibat menghalangi pandangan hati melihat <i>takdir</i>. Keinginan, cita-cita, angan-angan, semangat, akal pikiran, dan juga usaha, menutupi hati daripada melihat kekuasaan, pengaturan dan pengurusan Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Hijab (penghalang) keegoan itu jika disimpulkan terdiri dari dua hal, yaitu hijab nafsu dan hijab akal. Nafsu yang melahirkan keinginan, cita-cita, angan-angan dan semangat. Akal menjadi tentara nafsu, menimbang, merancang dan mengadakan usaha dalam mensukseskan apa yang dicetuskan oleh nafsu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Jika nafsu inginkan sesuatu yang baik, akal bergerak kepada kebaikan itu. Jika nafsu inginkan sesuatu yang buruk, akal juga bergerak kepada keburukan itu. Dalam banyak perkara, akal justru tunduk kepada pengarahan nafsu, bukan menasehati nafsu. Oleh sebab itu, dalam usaha menundukkan hawa nafsu kita tidak boleh meminta pertolongan akal. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam proses memperoleh penyerahan secara menyeluruh kepada Allah terlebih dahulu akal dan nafsu perlu ditundukkan kepada kekuatan <i>takdir.</i> Akal mesti mengakui kelemahannya dalam membuka ikatan <i>takdir.</i> Nafsu mesti menerima hakikat kelemahan akal dalam perkara tersebut dan ikut tunduk bersama-samanya. Bila nafsu dan akal sudah tunduk barulah hati boleh beriman dengan sebenarnya kepada <i>takdir.</i> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Beriman kepada takdir seharusnya melahirkan penyerahan secara berpengetahuan bukan bersandar pada kebodohan. Orang yang jahil tentang hukum dan perjalanan takdir tidak dapat berserah diri dengan sebenarnya kepada Allah sebab di balik kejahilannya itulah nafsu akan menggunakan akal untuk menimbulkan keraguan terhadap Allah. Rohani orang yang jahil tentang hakikat takdir itu masih terikat dengan sifat-sifat kemanusiaan biasa. Dia masih melihat bahwa makhluk bisa mendatangkan pengaruh pada kehidupannya. Tindakan orang lain dan kejadian-kejadian yang dilaluinya sering membuat jiwanya kacau. Keadaan yang demikian menyebabkan dia tidak dapat bertahan untuk terus berserah diri kepada Allah. Sekiranya dia memahami tentang hukum dan peraturan Allah dalam perkara <i>takdir</i> tentu dia dapat bertahan dengan iman. Hadis menceritakan tentang <i>takdir:</i> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w, “Wahai Rasulullah, apakah iman?” Jawab Rasulullah s.a.w, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan Hari Kemudian. Juga engkau beriman dengan Qadar baiknya, buruknya, manisnya dan pahitnya adalah dari Allah”. <b>{ Maksud Hadis }</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Pandangan kita sering keliru memandang takdir yang berlaku. Kita dikelirukan oleh istilah-istilah yang biasa kita dengar. Kita cenderung merasakan seolah-olah Allah hanya menentukan yang dasarnya saja, sementara yang halus-halus ditentukan-Nya kemudian, yakni seolah-olah Dia Melihat dan Mengkaji perkara yang timbul barulah Dia membuat keputusan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kita sering merasakan apabila kita berjuang dengan semangat yang gigih untuk mengubah perkara dasar yang telah Allah tetapkan dan Dia –tentu saja – Maha Melihat kegigihan kita itu, kemudian bersimpati dengan kita lalu Dia pun membuat ketentuan baru supaya terlaksana <i>takdir </i>baru yang sesuai dengan perjuangan kita. Kita seolah merasakan kehendak dan usaha kita berada di hadapan, sementara Kehendak dan aturan Allah mengikut di belakang. Anggapan dan perasaan yang demikian bisa membawa kepada kesesatan dan kedurhakaan yang besar karena kita meletakkan diri kita pada taraf Tuhan dan Tuhan kita letakkan pada taraf hamba yang menuruti telunjuk kita. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Cara menjauhkan diri dari kesesatan dan kedurhakaan yang besar itu kita perlu sangat memahami soal sunnatullah atau ketentuan Allah. Segala kejadian berlaku menurut ketentuan, pengurusan dan pengaturan Allah. Tidak ada yang berlaku secara kebetulan. Ilmu Allah meliputi yang awal dan yang akhir, yang azali dan yang abadi. Apa yang terwujud dan apa yang terjadi telah ada pada Ilmu-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah tertulis di dalam Kitab (Lauhil Mahfudz) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. <b>(Ayat 22 : Surah al-Hadiid)</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Maha Berkah Tuhan Dzat yang menguasai kerajaan (dunia dan akhirat); dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu; - <b>( Ayat 1 : Surah al-Mulk )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan Dialah yang telah mengatur (keadaan makhluk-makhluk-Nya) serta memberikan hidayah petunjuk (ke jalan keselamatannya dan kesempurnaannya); <b>( Ayat 3 : Surah al-A’laa)</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air (di sana sini), lalu bertemulah air (langit dan bumi) itu untuk (melakukan) satu perkara yang telah ditetapkan. <b>( Ayat 12 : Surah al-Qamar )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Segala perkara, apapun istilah yang digunakan, adalah termasuk dalam ketentuan Allah. Apa yang kita istilahkan sebagai perjuangan, ikhtiar, doa, kekeramatan, mukjizat dan lain-lain semuanya adalah ketentuan Allah. Pagar takdir mengelilingi segala-galanya dan tidak ada sebesar atom pun yang mampu menembus benteng takdir yang maha teguh. Tidak terjadi perjuangan dan ikhtiar melainkan perjuangan dan ikhtiar tersebut telah ada dalam pagar takdir. Tidak berdo’a orang yang berdo’a melainkan berdo’a itu adalah takdir untuknya yang sesuai dengan ketentuan Allah untuknya. Perkara yang dido’akan juga tidak lari dari pada ketentuan Allah. Tidak berlaku kekeramatan dan mukjizat melainkan kekeramatan dan mukjizat itu adalah takdir yang tidak menyimpang daripada pengurusan dan pengaturan Allah. Tidak menghirup satu nafas atau berdenyut satu nadi melainkan yang demikian adalah takdir yang mewujudkan urusan Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><br /><i><span style="color: black;">Kami datang dari Allah dan kepada Allah kami kembali.</span></i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Segala perkara datangnya dari Allah atau Dia yang mengadakan ketentuan tanpa campur tangan siapapun. Segala perkara kembali kepada-Nya karena Dialah yang memastikan hukum dan ketentuan-Nya terlaksana tanpa siapa pun mampu menghalangi urusan-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Apabila sudah dipahami bahwa usaha, ikhtiar, menyerah diri dan segala-galanya adalah takdir yang menurut pada ketentuan Allah, maka seseorang tidak lagi merasa bingung pada istilah berikhtiar atau menyerah diri. Ikhtiar dan berserah diri sama-sama berada di dalam pagar takdir. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Jika seseorang menyadari maqomnya apakah asbab atau tajrid maka dia hanya perlu bertindak sesuai dengan maqomnya. Ahli asbab perlu berusaha dengan gigih menurut keadaan hukum sebab-akibat. Apa pun hasil yang muncul dari usahanya diterimanya dengan senang hati karena dia tahu hasil itu juga adalah takdir yang telah diatur oleh Allah. Jika hasilnya baik dia akan bersyukur karena dia tahu bahwa kebaikan itu datangnya dari Allah. Jika tidak ada ketentuan baik untuknya, niscaya tidak mungkin ia mendapat kebaikan. Jika setelah bekerja keras, hasilnya tidak sesuai dengan harapan, dia akan bersabar karena dia tahu apa yang datang kepadanya itu adalah menurut ketentuan Allah bukan tunduk kepada usaha dan ikhtiarnya. Walaupun hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan, ia tetap yakin usaha baik yang dilakukannya tetap diberi pahala dan keberkahan oleh Allah sekiranya dia bersabar dan rela dengan apapun takdir yang sampai kepadanya itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Ahli tajrid pun hendaknya ridha dengan suasana kehidupannya dan tetap yakin dengan jaminan Allah. Dia tidak harus merengut jika terjadi kekurangan pada rezekinya, atau kesusahan menimpanya. Suasana kehidupannya adalah takdir yang sesuai dengan apa yang Allah tentukan. Rezeki yang sampai kepadanya adalah juga ketentuan Allah. Jika terjadi kekurangan atau kesusahan maka ia juga masih di dalam pagar takdir yang ditentukan oleh Allah. Begitu juga jika terjadi keberkahan dan kekeramatan pada dirinya, dia harus melihat itu sebagai takdir yang menjadi bagiannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Persoalan takdir berkait rapat dengan persoalan hakikat. Hakikat membawa pandangan dari yang banyak kepada yang satu. Perhatikan sebiji benih kacang. Setelah ditanam, benih yang kecil itu akan tumbuh dengan sempurna, mengeluarkan beberapa banyak buah kacang. Buah kacang tersebut dijadikan pula benih untuk menumbuhkan pokok-pokok kacang yang lain. Begitulah seterusnya sehingga kacang yang semula dari satu biji benih menjadi berjuta-juta kacang. Kacang yang berjuta-juta itu tidak ada bedanya dengan kacang yang pertama. Benih kacang yang pertama itu bukan saja berkemampuan untuk menjadi sebatang pokok kacang, malah ia mampu mengeluarkan semua generasi kacang sehingga hari kiamat. Ia hanya boleh mengeluarkan kacang, tidak benda lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kajian akal boleh mengakui bahawa semua kacang mempunyai zat yang sama, yaitu gen kacang. Gen kacang pada benih pertama serupa dengan gen kacang pada yang ke satu juta malah ia adalah gen yang sama atau yang satu. Gen kacang yang satu itulah ‘bergerak’ pada semua kacang, memastikan yang kacang akan menjadi kacang, tidak menjadi benda lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Gen terdiri dari kumpulan informasi. Informasi bukan bersifat materi, untuk kasus kacang boleh kita namakan “Hakikat Kacang”. Ia adalah suasana keTuhanan yang mengatur, mengurus serta mengawal seluruh pertumbuhan kacang dari permulaan hingga kesudahan, sampai hari kiamat. Hakikat Kacang inilah suasana pengaturan dan pengurusan Allah dan Dialah yang telah tentukan untuk semua kejadian kacang. Apa saja yang dikuasai oleh Hakikat Kacang tidak ada pilihan kecuali menjadi kacang. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Suasana pengaturan dan pengurusan Allah yang mengatur dan mengurus serta mengawal wujud keturunan manusia kita namakan pula sebagai “Hakikat Manusia” atau “Hakikat Insan”. Allah telah menciptakan manusia yang pertama, yaitu Adam a.s menurut Hakikat Insan yang ada pada sisi-Nya. Pada kejadian Adam a.s itu telah disimpankan bakat dan kemampuan untuk melahirkan semua keturunan manusia hingga hari kiamat. Manusia akan tetap melahirkan manusia karena hakikat yang menguasainya adalah Hakikat Manusia. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada Hakikat Manusia itu ada hakikat tersendiri yang menguasai satu individu manusia dan saling ketergantungannya dengan segala kejadian alam yang lain. Seorang manusia yang berhakikatkan “Hakikat Nabi” pasti menjadi nabi. Seorang manusia yang berhakikatkan “Hakikat Wali” pasti akan menjadi wali. Suasana pengaturan dan pengurusan Allah atau hakikat itu menguasai ruh yang berkaitan dengannya. Ruh bekerja mewujudkan segala perintah yang ada dengan hakikat yang menguasainya. Kerja ruh adalah menjalankan urusan Allah yaitu menyatakan hakikat yang ada pada sisi Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><br /><i><span style="color: black;">Dan katakan: “ Ruh itu dari perkara urusan Tuhanku”. <b>( Ayat 85 : Surah Al-Israa’ )</b></span></i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Pengaturan dan pengurusan Allah menguasai ruh dan sekaligus mengarahkan ruh untuk mewujudkan ketentuan-Nya yang telah tertulis semenjak jaman azali. Allah telah menentukan hakikat sesuatu sejak jaman azali. Tidak ada perubahan pada ketentuan Allah. Segala sesuatu dikawal oleh hakikat yang pada sisi Allah. Unta tidak boleh meminta menjadi kambing. Kera tidak boleh meminta menjadi manusia. Manusia tidak boleh meminta menjadi malaikat. Segala ketentuan telah diputuskan oleh Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: center; text-indent: -18pt; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">4.</span></b><span style="font-size: 7pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">ALLAH MAHA MENGATUR SEGALA URUSAN</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">TENANGKAN HATIMU DARI URUSAN PENGATURAN DAN PENGURUSAN, KARENA APA YANG DIATUR OLEH SELAIN-MU TENTANG URUSAN DIRIMU, TIDAK PERLU ENGKAU CAMPUR TANGAN.</span></b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kita bertauhid melalui dua cara, pertama bertauhid dengan akal dan kedua bertauhid dengan hati. Bidang akal ialah ilmu dan jangkauan ilmu sangat luas, bermula dari pokok, kemudian kepada dahan-dahan dan seterusnya kepada ranting-ranting. Setiap ranting ada ujungnya, yaitu penyelesaiannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Ilmu bersepakat pada perkara pokok, berangsur berbeda pada cabangnya dan berselisih pada rantingnya atau penyelesaiannya. Jawaban suatu masalah selalu berubah-ubah menurut pendapat yang lebih benar yang baru ditemui. Apa yang dianggap benar pada permulaanya bisa jadi dipersalahkan pada ujungnya. Oleh karena ilmu bersifat demikian, maka orang awam yang larut membahas suatu perkara bisa jadi mengalami kekeliruan dan kekacauan pikiran. Salah satu perkara yang mudah mengganggu pikiran ialah soal <i>takdir</i> atau <i>Qada</i> (ketetapan Allah sejak azali) dan <i>Qadar</i> (perwujudan ketetapan Allah itu). Jika persoalan ini dibahas hingga kepada persoalan yang lebih detil lagi, seseorang akan menemui kebuntuan karena ilmu tidak akan mampu memberikan jawaban yang konkrit. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Qada dan Qadar diimani dengan hati. Tugas ilmu ialah membuktikan kebenaran apa yang diimani. Jika ilmu bertindak menggoyangkan iman maka ilmu itu harus disekat dan hati harus dibawa tunduk dengan iman. Kalimat Hikmah keempat di atas membimbing ke arah itu agar iman tidak dicampur dengan keraguan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Selama nafsu dan akal menjadi hijab, beriman kepada perkara ghaib dan menyerah diri secara menyeluruh tidak akan dicapai. Qada dan Qadar termasuk dalam perkara ghaib. Perkara ghaib disaksikan dengan mata hati atau <i>basirah</i>. Mata hati tidak dapat memandang jika hati dibungkus oleh hijab nafsu. Nafsu adalah kegelapan, bukan kegelapan lahir tetapi kegelapan dalam keghaiban. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kegelapan nafsu itu menghijab sedangkan mata hati memerlukan cahaya ghaib untuk melihat perkara ghaib. Cahaya ghaib yang menerangi alam ghaib adalah cahaya ruh karena ruh adalah urusan Allah. Cahaya atau nur hanya bersinar apabila sesuatu itu ada perkaitan dengan Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><br /><i><span style="color: black;">Allah adalah cahaya bagi semua langit dan bumi. <b>( Ayat 35 : Surah an-Nur )</b></span></i><span style="color: black;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dialah Yang Maha Tinggi derajat kebesaran-Nya, yang mempunyai Arasy (yang melambangkan keagungan dan kekuasaan-Nya); Ia memberikan wahyu perintah-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya (yang telah dipilih menjadi Rasul-Nya), supaya Ia memberi peringatan (kepada manusia) tentang hari pertemuan, - <b>( Ayat 15 : Surah al-Mu’min )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad) – Al-Quran sebagai ruh (yang menghidupkan hati) dengan perintah Kami; engkau tidak pernah mengetahui (sebelum diwahyukan kepadamu); apakah Kitab (Al-Quran) itu, dan tidak juga mengetahui apakah iman itu; akan tetapi Kami jadikan Al-Quran cahaya yang menerangi, Kami beri petunjuk dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) membimbing dengan Al-Quran itu ke jalan yang lurus, - yaitu jalan Allah yang memiliki dan menguasai perkara yang ada di langit dan di bumi. Kepada Allah jualah kembali segala urusan. <b>( Ayat 52 & 53 : Surah asy-Syura )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Apabila cahaya ruh berhasil menghalau kegelapan nafsu, mata hati akan menyaksikan yang ghaib. Persaksian atau <i>musyahadah</i> mata hati membawa hati beriman kepada perkara ghaib dengan sebenar-benarnya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Allah telah menghamparkan jalan yang lurus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia berfirman: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagimu Diinmu, dan Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku telah ridhakan Islam itu menjadi Diinmu. <b>( Ayat 3 : Surah al-Maa’idah )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Umat Islam (yang mengamalkan ajaran Islam dengan sempurna) adalah umat terbaik karena Allah telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada mereka dengan mengaruniakan Islam. Allah menjamin juga bahwa Dia ridha menerima Islam sebagai Diin (aturan hidup) mereka. Jaminan Allah itu sudah cukup bagi mereka yang menuntut keridhaan Allah untuk tidak menoleh ke kiri atau ke kanan, sebaliknya terus berjalan mengikut landasan yang telah dibangun oleh Islam. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Islam adalah pelembagaan yang lengkap mencakupi semua aspek kehidupan baik yang lahir maupun yang batin. Islam telah menjelaskan apa yang mesti diperbuat, apa yang mesti tidak diperbuat, bagaimana bertindak menghadapi sesuatu dan bagaimana jika tidak melakukan apa-apa. Segala peraturan dan etika sudah dijelaskan dari perkara yang paling kecil hingga kepada yang paling besar. Sudah dijelaskan cara beribadah, cara berhubungan sesama manusia, cara membagikan harta pusaka, cara mencari dan membelanjakan harta, cara makan, cara minum, cara berjalan, cara mandi, cara memasuki jamban, cara melaksanakan hukum <i>qisas,</i> cara melakukan hubungan seksual, cara menyempurnakan mayat dan semua aspek kehidupan diterangkan dengan jelas. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: red;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Umat Islam sebenarnya tidak perlu bertengkar tentang penyelesaian</span><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> terhadap suatu masalah. Segala penyelesaian telah dibentangkan, hanya tegakkan iman dan rujuk kepada Islam itu sendiri niscaya segala pertanyaan akan terjawab. Begitulah besarnya nikmat yang dikaruniakan kepada umat Islam. Kita perlu menjiwai Islam untuk merasakan nikmat yang dikaruniakan itu. Kewajiban kita ialah melakukan apa yang telah Allah atur sementara hak mengatur atau mentadbir adalah hak Allah yang mutlak. Jika terdapat peraturan Allah yang tidak disetujui oleh nafsu kita, janganlah mengubah peraturan tersebut atau membuat peraturan baru, sebaliknya nafsu hendaklah ditekan supaya tunduk kepada peraturan Allah. Jika pendapat akal sesuai dengan Islam maka yakinilah akan kebenaran pendapat tersebut, dan jika penemuan akal berlainan dengan Islam maka akuilah bahwa akal telah khilaf di dalam penemuannya. Jangan memaksa Islam supaya tunduk kepada penemuan akal yang bersifat relatif , tetapi tundukkan akal kepada aturan Islam.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Orang yang mengamalkan tuntutan Islam disertai dengan beriman kepada <i>Qada </i>dan <i>Qadar</i>, jiwanya akan sentiasa tenang dan damai. Putaran roda kehidupan tidak membolak-balikkan hatinya karena dia melihat apa yang berlaku adalah menurut apa yang mesti berlaku. Dia mengamalkan ajaran terbaik yang telah dijamin oleh Allah. Hatinya tunduk kepada hakikat bahwa Allah yang mengatur dan mengurus, sementara seluruh hamba berkewajiban taat kepada-Nya, tidak perlu ikut campur dalam urusan-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Mungkin timbul pertanyaan apakah orang Islam tidak boleh menggunakan akal pikiran, tidak boleh mengurus kehidupannya dan tidak boleh berusaha memperbaiki kehidupannya? Apakah orang Islam mesti menyerah bulat-bulat kepada takdir tanpa usaha? </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Allah menceritakan tentang urusan orang yang beriman: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Maka Yusuf pun mulai memeriksa tempat-tempat barang mereka, sebelum memeriksa tempat barang saudara kandungnya (Bunyamin), kemudian ia mengeluarkan benda yang hilang itu dari tempat simpanan barang saudara kandungnya. Demikianlah Kami sukseskan rencana untuk (menyampaikan hajat) Yusuf. Tidaklah ia akan dapat mengambil saudara kandungnya menurut undang-undang raja, kecuali jika dikehendaki oleh Allah. (Dengan ilmu pengetahuan), Kami tinggikan pangkat kedudukan siapa saja yang Kami kehendaki; dan tiap-tiap yang berilmu pengetahuan, ada lagi di atasnya yang lebih mengetahui. <b>(Ayat 76 : Surah Yusuf )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan kepunyaan-Nya jualah kapal-kapal yang berlayar di lautan laksana gunung-gunung. <b>(Ayat 24 : Surah ar-Rahmaan )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Nabi Yusuf a.s, dengan kepandaiannya, mengadakan muslihat untuk membawa saudaranya, Bunyamin, tinggal dengannya. Kepandaian dan muslihat yang pada lahirnya diatur oleh Nabi Yusuf a.s tetapi dengan tegas Allah mengatakan Dialah yang mengatur muslihat tersebut dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Kapal yang pada lahiriahnya dibangun oleh manusia tetapi dengan tegas Allah mengatakan kapal itu adalah kepunyaan-Nya. Ayat-ayat di atas memberi pengajaran mengenai “usaha” yang dilakukan oleh manusia. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Rasulullah s.a.w sendiri menganjurkan agar pengikut-pengikut baginda s.a.w mengurus kehidupan mereka. Akan tetapi, usaha yang disarankan oleh Rasulullah s.a.w ialah usaha yang tidak memutuskan hubungan dengan Allah, tidak berpaling dari tawakal dan penyerahan kepada Allah yang mengatur dan mengurus terlaksananya sesuatu. Janganlah seseorang menyangka apabila dia menggunakan otaknya untuk berpikir maka otak itu berfungsi dengan sendiri tanpa campur tangan Ilahi. Dari mana datangnya ilham yang diperoleh otak itu jika tidak dari Allah? Allah lah yang telah membuat otak, membuatnya berfungsi dan Dia juga yang mendatangkan buah pikiran kepada otak itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Usaha yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w ialah usaha yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunah. Islam hendaklah dijadikan penyaring untuk mencari pendapat dan tindakan yang benar dari yang salah. Islam menegaskan bahwa sekiranya tidak ada daya dan upaya dari Allah, pasti tidak ada apapun yang dapat dilakukan oleh siapapun. Oleh karena itu, seseorang mestinya menggunakan daya dan upaya yang dikaruniakan Allah kepadanya di jalan yang diridhai Allah. Seorang hamba Allah tidak sepatutnya melepaskan diri dari penyerahan kepada Allah Yang Maha Mengatur. Apabila apa yang ditakdirkan-Nya sukses menjadi kenyataan maka dia akui bahwa kesuksesannya itu adalah karena persesuaian usahanya dengan kehendak Allah. Jika apa yang usahakannya tidak sukses, harus diakui pula bahwa usahanya wajib tunduk kepada aturan Allah dan ketidak suksesannya itu juga termasuk di dalam pengaturan Allah. Hanya Allah lah yang berhak untuk menentukan. Allah Maha Berdiri Sendiri, tidak ada siapapun yang mampu campur tangan dalam urusan-Nya.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Bersambung.....</span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Teks asli bisa diakses di sini : <a href="http://alhikam0.tripod.com/"><span style="color: blue;">http://alhikam0.tripod.com/</span></a></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">5. MATA HATI YANG BUTA</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">KESUNGGUHANMU UNTUK MEMPEROLEH APA YANG TELAH TERJAMIN UNTUKMU DIBARENGI DENGAN PENGABAIANMU TERHADAP KEWAJIBAN YANG DIAMANATKAN KEPADAMU MENUNJUKKAN BUTA MATA HATI</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat Hikmah ke 5 ini merupakan lanjutan dari kalimat hikmah yang lalu. Imam Ibnu Athaillah menceritakan pengaruh hijab nafsu dan hijab akal yang menutupi hati daripada melihat kepada takdir yang menjadi ketentuan Allah. Ada tiga perkara yang dikemukakan untuk direnungi :</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />1. Jaminan Allah <br />2. Kewajiban hamba<br />3. Mata hati yang mengenal jaminan Allah dan kewajiban hamba. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Penyingkapan rahasia mata hati adalah penting untuk memahami Kalimat Hikmah di atas. Mata hati ialah mata bagi hati atau boleh juga dikatakan kemampuan mengenal yang dimiliki oleh hati. Kadang-kadang mata hati ini disebut sebagai mata batin. Istilah ‘mata batin’ digunakan untuk membedakan istilah ini dengan mata lahir, yaitu mata yang dimiliki oleh diri lahiriah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Diri lahir tersusun atas daging, darah, tulang, sumsum, rambut, kulit dan lain-lain. Diri lahir ini memiliki kemampuan melihat, mendengar, mencium, merasa dan menyentuh. Diri lahir memperoleh kehidupan dari perjalanan darah ke seluruh tubuh dan aliran udara yang keluar masuk melalui hidung dan mulut. Jika darah dikeringkan atau dibekukan ataupun jika aliran udara yang keluar masuk itu disekat maka diri lahir akan mengalami satu keadaan di mana terhenti berfungsi dan ia dinamakan mati. Diri lahir ini jika disusun ia terdiri dari tubuh dan nyawa serta indera-indera yang dapat mengenal sesuatu yang bersifat lahiriah. Pusat perintahnya ialah otak yang menerima pengaruh rangsangan dari indera-indera dan juga mencetuskan pertimbangan bagi pikiran. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Diri batin juga mempunyai susunan yang sama seperti diri lahir tetapi dalam keadaan ghaib. Ia juga mempunyai tubuh yang dipanggil <i>qolbu</i> atau hati. Hati yang dimaksudkan bukanlah sepotong daging yang berada di dalam tubuh. Ia merupakan hati rohani. Ia bukan kejadian alam kasar, sebab itu ia tidak dapat dilihat dan diraba oleh pancaindera lahir. Ia termasuk di dalam perkara-perkara ghaib yang diistilahkan sebagai Lathifah Rabbaniah atau hal yang menjadi rahasia ketuhanan. Apabila di dalam keadaan suci bersih ia dapat mendekati atau <i>bertaqarub</i> kepada Allah. Ia juga yang menjadi tempat jatuhnya pandangan Allah. Hati ini juga memiliki nyawa yang dibahasakan sebagai ruh. Ruh juga termasuk di dalam golongan Lathifah Rabbaniah. Ia adalah urusan Allah dan manusia hanya mempunyai sedikit pengetahuan mengenainya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Katakan: “Ruh itu dari perkara urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberi ilmu pengetahuan melainkan sedikit saja”. <b>( Ayat 85 : Surah Bani Israil )</b></span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tubuh rohani juga mempunyai sifat yakni mempunyai kemampuan mencetuskan pemahaman dan pengetahuan. Ia dipanggil akal yang juga termasuk di dalam golongan Lathifah Rabbaniah yang tidak mampu diuraikan. Akal jenis ini berguna bagi pengajaran tentang keTuhanan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tubuh lahir mempunyai indera-indera untuk mengenal perkara lahiriah. Indera-indera tersebut disebut sebagai penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuhan. Alat-alat lahiriah yang berhubungan dengannya ialah mata, telinga, hidung, lidah, tangan dan lain-lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tubuh rohani atau diri batin juga mempunyai indera yang mengenal perkara ghaib dan indera ini dinamakan<i> basirah</i> atau mata hati. Ia berbeda daripada sifat melihat yang dimiliki oleh mata lahir. Mata lahir melihat perkara lahir dan mata hati <i>syuhud</i> atau menyaksikan kepada yang ghaib. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apa yang ada di sekeliling kita bisa dilihat melalui dua aspek yaitu yang nyata dilihat dengan mata lahir dan yang ghaib dilihat dengan mata hati. Jika kita ambil sepotong gula, mata kasar melihat sejenis hablur berwarna keputihan. Bila diletakkan pada lidah terasalah manisnya. Ketika menikmati rasa manis itu kita seolah-olah memandang jauh kepada sesuatu yang tidak ada di hadapan mata. Kelakuan merenung jauh itu sebenarnya adalah terjemahan kepada perbuatan mata hati memandang kepada hakikat gula, yaitu manis. Bagaimana rupa manis tidak dapat diceritakan tetapi mata hati yang melihat kepadanya mengenal bahwa gula adalah manis. Jika mata lahir melihat sebilah pedang, maka mata hati akan melihat pada tajamnya. Jika mata lahir melihat kepada lada, mata hati melihat kepada pedasnya. Jadi, mata lahir mengenal dan membedakan rupa yang lahir sementara mata hati mengenal dan membedakan hakikat yang lahir. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mata hati yang hanya berfungsi mengenal manis, tajam, pedas dan yang seumpamanya masih dianggap sebagai mata hati yang buta. Mata hati hanya dianggap tajam jika ia mampu melihat urusan keTuhanan di balik yang nyata dan yang tidak nyata. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kekuatan mata hati bergantung kepada kekuatan hati itu sendiri. Semakin bersih dan suci hati bertambah teranglah mata hati. Jika ia cukup terang, ia bukan saja mampu melihat kepada yang tersembunyi di balik rupa yang lahir di sekeliling kita, malah ia mampu melihat atau <i>syuhud</i> (menyaksikan) apa yang di luar dunia. Dunia adalah segala sesuatu yang berada di dalam bulatan langit yang pertama atau langit dunia atau langit rendah. Langit rendah ini merupakan bagian dunia. Selepas langit dunia dinamakan Alam Barzakh. Meninggal dunia artinya ruh yang rumahnya yaitu jasad sudah tidak sesuai lagi didiaminya. Ruh akan dibawa keluar dari langit dunia dan ditempatkan di dalam Alam Barzakh. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Fungsi mata hati ialah melihat yang hakiki. Mata hati yang mampu melihat dunia secara keseluruhan sebagai satu wujud akan mengenali apa yang hakiki tentang dunia itu. Oleh sebab penyaksian mata hati bersifat tidak dapat dinyatakan secara terang maka ia memerlukan ibarat untuk mendatangkan pemahaman. Perumpamaan yang biasa digunakan tentang hakikat dunia ialah: “Dunia ini ibarat seorang perempuan yang sudah sangat tua dan sudah sangat renta. Tubuhnya kotor dan berpenyakit, borok di sana sini dan ada bagian lainnya ada yang sudah dimakan belatung”. Begitulah lebih kurang perasaan orang yang melihat kepada hakikat dunia dengan mata hatinya. Bagaimana rupa hakikat yang menyebabkan timbul perasaan dan ibarat yang demikian tidak dapat diuraikan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mata hati yang lebih kuat mampu pula menyaksikan Alam Barzakh dan mengenali satu lagi hakikat yang dinamakan keabadian, yaitu sifat hari akhirat. Kematian membinasakan jasad dan kiamat membinasakan alam seluruhnya tetapi tidak membinasakan <i>ruh</i> yang padanya tergantung kitab amalan masing-masing. Ahli maksiat tidak dapat diselamatkan oleh kematian dan kiamat. Ahli taat yang tidak mendapat ganjaran yang setimpal di dunia tidak binasa ketaatannya oleh kematian dan kiamat. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tanggungjawab seseorang hamba akan terus dipikulnya selepas kematian, Alam Barzakh, Kiamat, Padang Mahsyar dan seterusnya menghadapi Penguasa hari pembalasan. Tanggungjawab itu hanya gugur setelah Hakim Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil lagi Maha Mengetahui serta Maha Perkasa menjatuhkan hukuman. Inilah hakikat yang ditemui oleh mata hati yang menyelami Alam Barzakh, bukan melihat ruh orang mati di dalam kubur. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mata hati berfungsi mengenal perkara yang ghaib. Makrifat atau pengenalan kepada keabadian atau hari akhirat akan melahirkan kesungguhan pada menjalankan amanat Allah, yaitu mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Amanat itu akan terus dibawa oleh para hamba untuk diserahkan kembali kepada Allah yang meletakkan amanat tersebut kepada mereka. Makrifat mata hati yang demikian melahirkan sifat takwa dan beramal salih. Apabila takwa dan amal salih menjadi sifat seorang hamba maka masuklah hamba itu ke dalam jaminan Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dialah Tuhan yang memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda keEsaan-Nya dan kekuasaan-Nya (untuk menghidupkan ruh kamu), dan yang menurunkan (untuk jasmani kamu) sebab-sebab rezeki dari langit. Dan tiadalah yang ingat serta mengambil pelajaran (dari yang demikian) melainkan orang yang sentiasa bergantung kepada Allah. <b>( Ayat 13 : Surah al-Mu’min )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah berfirman dalam Hadis Qudsi: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>Hamba-Ku, taatilah semua perintah-Ku, jangan membeberkan keperluan kamu.</i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah sebagai Tuhan, Tuan atau Majikan tidak sekali-kali mengabaikan tanggungjawab-Nya untuk memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya sementara hamba-hamba-Nya berkewajipan mentaati Tuan mereka. Rezeki telah dijamin oleh Allah dan untuk mendapatkan rezeki tersebut seseorang hamba hanya perlu bertindak sesuai dengan maqomnya. Jika dia seorang ahli asbab maka bekerjalah ke arah rezekinya dan jangan iri hati terhadap rezeki yang dikaruniakan kepada orang lain. Jika dia ahli tajrid maka bertawakalah kepada Allah dan jangan gusar jika terjadi kekurangan dalam urusan rezeki. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dimanapun maqom seorang hamba berada, dia mesti melakukan kewajiban yaitu bersungguh-sungguh mentaati Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Hamba yang terbuka mata hatinya akan percaya dengan yakin terhadap jaminan Allah dan tidak mengabaikan kewajibannya. Hamba ini akan melipat-gandakan kegiatan dan kerajinannya untuk bertakwa dan beramal salih tanpa mencurigai jaminan Allah tentang rezekinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Hamba yang buta mata hatinya akan berbuat yang berlawanan, yaitu dia tekun dan rajin di dalam mencari rezeki yang dijamin oleh Allah tetapi dia mengabaikan tanggungjawab yang diamanatkan oleh Allah. Orang ini akan menggunakan daya usaha yang banyak untuk mendapatkan rezeki yang boleh jadi bisa didapat dengan usaha yang sederhana. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mata hati melihat kepada yang hak dalam keghaiban. Nafsu yang hanya cenderung kepada kebendaan yang nyata menutupi yang hak itu dan akal mengadakan <i>hujah</i> (argumen) untuk menguatkan keraguan yang tumbuh pada nafsu. Perkara ghaib disaksikan dengan keyakinan. Jika nafsu dan akal bersepakat mengadakan keraguan, kebenaran yang ghaib akan terhijab. Orang yang mencari kebenaran tetapi gagal menundukkan nafsu dan akalnya akan berputar-putar di tempat yang sama. Keyakinan dan keraguan sentiasa berperang dalam jiwanya.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bersambung..........</span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Teks asli bisa diakses di sini : <a href="http://alhikam0.tripod.com/"><span style="color: blue;">http://alhikam0.tripod.com/</span></a></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">6. PENGERTIAN DOA</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">JANGANLAH KARENA LAMBATNYA MASA PEMBERIAN ALLAH KEPADAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apabila kita ingin mendapatkan sesuatu, baik urusan duniawi maupun urusan ukhrawi maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu mencapai apa yang kita inginkan, kita akan meminta pertolongan kepada orang yang dianggap mampu memberi bantuan. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai hajat yang kita inginkan, maka kita akan memohon pertolongan Allah, menengadahkan tangan berdo’a sepenuh hati kadang sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan permohonan kepada-Nya. Selagi keinginan kita belum tercapai selagi itulah kita bermohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesukaran bagi Allah untuk memenuhi keperluan kita. Sekiranya Dia mengaruniakan kepada kita semua khazanah yang ada di bumi dan langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Seandainya Allah menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi pengaruh kepada keTuhanan Allah. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya.</i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> <b>( Ayat 27 : Surah Ibrahim )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya. </i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">( Ayat 116 : Surah al-Baqarah )</span></i></b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak. <b>( Ayat 23 : Surah al-Anbiyaa’ )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sebagian besar dari kita kadang tidak sadar bahwa kita “mensyirikkan” Allah dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai kuasa tawar menawar dengan Allah, seolah-olah kita berkata, “Ya Allah, Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah sebenarnya yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah? Sekiranya kita tahu bahwa diri kita ini adalah hamba maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuan. Hak hamba ialah rela dengan apa juga keputusan dan pemberian Tuannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Doa adalah penyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Allah yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Allah menahan kita dari memperoleh apa yang kita inginkan? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu bisa jadi mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah Yang Maha Penyayang menahannya? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bukankah Allah yang menciptakan seluruh makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan Pengaturan-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. <b>( Ayat 14 : Surah al-Mulk )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dialah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, (dan Dialah jua) yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.<b> ( Ayat 18 : Surah at-Taghaabun )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apa saja ayat keterangan yang Kami mansuhkan (batalkan), atau yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti yang lebih baik daripadanya, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu? <b>( Ayat 106 : Surah al-Baqarah )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah Maha Halus (Maha Terperinci Maha Mendetail), Maha Mengerti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya apa saja yang Dia batalkan digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia mampu berbuat demikian karena Dia tidak bersekutu dengan siapapun dan Dia Maha Berkuasa. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Seorang hamba senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Apa yang diinginkan dan diharapkannya disampaikannya kepada Allah. Semakin banyak keinginannya semakin banyak pula doa yang disampaikannya. Kadang-kadang berlaku satu permintaan berlawanan dengan permintaan yang lain atau satu permintaan itu menghalang permintaan yang lain. Manusia hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Manusia yang dikuasai oleh hati, jiwanya berbolak-balik dan keinginan serta keperluannya tidak menetap. Allah yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh jadi meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik bagi dirinya. Allah yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bertanyalah (wahai Muhammad): “Milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah, Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat.” <b>(Ayat 12 : Surah al-An’aam )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: red;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang beriman selalu berdo’a :</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>“Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka”. <b>( Ayat 201 : Surah al-Baqarah )</b></i> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Hamba yang mendapat rahmat Allah menerima dan menjadikan doa di atas sebagai induk segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah menyaring doa-doa yang lain. Jika kemudian si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara dari sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk, dia akan dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Oleh sebab do’a adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya serta ucapkan, “Wahai Robb Yang Maha Lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, aku adalah hamba yang bersifat tergesa-gesa, lemah dan jahil. Hamba mempunyai keinginan tetapi hamba tidak tahu akibatnya bagi diri hamba, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya yang hamba inginkan ini baik akibatnya bagi dunia dan akhirat hamba dan melindungi dari api neraka maka karuniakanlah ia kepada hamba pada saat yang baik bagi hamba untuk menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhirat hamba dan mendorong ke arah neraka, maka jauhkan ia dari diri hamba dan cabutkanlah segala keinginan terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengetahui dan Maha Berdiri Sendiri”. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan); tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi siapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. <b>{ Ayat 68 : Surah al-Qasas }</b></span></i><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></i></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bersambung.............</span></i></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Teks asli bisa diakses di sini : <a href="http://alhikam0.tripod.com/"><span style="color: blue;">http://alhikam0.tripod.com/</span></a></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">7.</span></b><span style="font-size: 7pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">PENGERTIAN JANJI ALLAH</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">JANGAN SAMPAI MERAGUKAN JANJI ALLAH KARENA TIDAK TERLAKSANA APA YANG TELAH DIJANJIKAN MESKIPUN TELAH TIBA MASANYA, SUPAYA KERAGUAN ITU TIDAK MERUSAK MATA HATIMU DAN TIDAK MEMADAMKAN CAHAYA SIR (MATA BATIN)MU</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Doa dan janji Allah berkaitan erat. Allah menjanjikan untuk menerima semua doa. Seorang hamba sudah sangat kuat dan kerap berdo’a, hamba tersebut berdo’a agar diselamatkan dari suatu musibah. Masa musibah itu sudah tiba tetapi keselamatan yang diharapkan tidak kunjung datang. Timbulah keraguan dalam hati hamba itu tentang janji-janji Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sebagian orang beriman diuji dengan penerimaan atau penolakan do’a, sebagian yang lain diuji dengan terlaksananya atau tertahannya janji Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Janji Allah ada dalam bentuk umum dan ada dalam bentuk khusus. Janji umum banyak terdapat di dalam al-Quran seperti janji surga terhadap orang yang berbuat kebajikan, janji neraka terhadap orang yang durhaka, janji ketinggian derajat bagi orang yang berjihad di jalan Allah, janji kekuasaan di atas muka bumi terhadap orang yang beriman dan beramal salih dan lain-lain lagi. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Di dalam surah an-Nisaa’ ayat 95 Allah menjanjikan ganjaran yang besar bagi orang yang berjihad di jalan-Nya. Dalam surah an-Nur ayat 55 Allah menjanjikan kepada orang yang beriman dan beramal salih bahwa mereka akan dijadikan khalifah di bumi, Dia akan teguhkan agama mereka dan Dia akan hilangkan ketakutan-ketakutan mereka. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Banyak lagi janji Allah yang dapat kita temukan di dalam al-Quran. Janji-janji Allah umumnya berkaitan dengan amal, sesuai dengan sunnatullah yang menguasai perjalanan kehidupan. Ada juga janji secara khusus kepada orang-orang tertentu, misalnya melalui mimpi.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang beriman kepada Allah percaya kepada janji-janji-Nya. Janji Allah menjadi pendorong kepada mereka untuk bekerja keras, beramal salih dan berjihad di jalan-Nya. Allah tidak akan pernah memungkiri janji-janji-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Namun, diantara golongan orang-orang yang percaya kepada janji-janji Allah itu, ada sebagian yang berpenyakit seperti yang diidap oleh sebagian orang yang berdo’a kepada Allah, yaitu orang yang berdo’a dan membuat tuntutan dengan do’anya, begitu pula dengan penyakit yang diidap oleh para pelaku amal yaitu mereka yang membuat tuntutan dengan amalnya, karena mereka menyangka Allah berjanji memberinya sesuatu menurut amalannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat Hikmah ketujuh mengaitkan janji Allah dengan mata hati dan Nur Sir (Rahasia Ilahi). Persoalan mata hati telah disentuh pada Hikmat ke lima. Penyingkapan rahasia mata hati membawa kita pada persoalan diri lahir, diri batin dan seterusnya hingga persoalan ruh. Penjelasan mengenai mata hati membawa kepada pengenalan terhadap Alam Barzakh dan keabadian. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mata hati yang kuat tidak berhenti sampai pada Alam Barzakh, malah ia meneruskan ke peringkat alam yang lebih tinggi yang dinamakan Alam Malakut Atas. Pandangan mata hati seterusnya sampai kepada kulit alam yang dinamakan Arasy Yang Meliputi. Semua makhluk Allah menghuni ruang di dalam atau dibatasi oleh kulit atau kerangka alam, yaitu Arasy. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: red;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tidak ada mahluk yang wujud di luar dari kulit alam</span><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: red;">.</span><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Di sini timbul persoalan berat dan rumit untuk diuraikan. Semua kejadian berada di dalam kulit alam. Kulit alam adalah yang terakhir. Apabila sudah sampai ke kulit alam tidak boleh dikatakan bahwa wujud keTuhanan berada di luar, selepas, di balik atau dengan istilah-istilah lain, karena tidak ada apa-apa lagi. Wujud ketuhanan bukanlah satu jenis alam lain. Tidak boleh dikatakan wujud alam Ketuhanan selepas alam kita ini. Allah Maha Berdiri Sendiri, tidak menempati ruang dan waktu, tidak juga terikat dengan ruang dan waktu. Jika demikian persoalannya, bagaimanakah yang dikatakan keTuhanan itu sedangkan kita sudah menjelajah ke seluruh alam metafisik tetapi Allah tidak juga ditemukan? </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Antara alam yang sementara dengan alam abadi terdapat <i>Alam Barzakh</i>. Barzakh adalah sekatan. Barzakh itulah yang menghubungkan dua keadaan yang berbeda. Misalnya, barzakh bagi laut dan sungai ialah muara. Air laut adalah asin dan air sungai adalah tawar. Air pada barzakh keduanya, yaitu muara. Muara merupakan campuran asin dengan tawar rasanya dinamakan payau. Payau bukan asin dan bukan selain asin. Payau juga bukan tawar dan bukan selain tawar. Muara bukan laut dan bukan sungai dan bukan juga selain laut dan sungai. Jika mau melihat laut dan sungai dengan sekali pandang atau sebagai satu kewujudan maka lihatlah kepada muara. Jika mau merasai asin dan tawar sekaligus maka rasailah air payau. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jika terdapat barzakh diantara makhluk dengan makhluk, terdapat juga barzakh diantara Tuhan dengan makhluk. Barzakh inilah yang menjadi penghubung antara Tuhan dengan hamba. Tanpa barzakh ini tidak mungkin berlaku kewujudan makhluk yang diciptakan Allah karena tidak ada talian atau jembatan yang menghubungkannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Barzakh di antara Allah dengan hamba itu dinamakan <i>Sirullah</i> atau Rahasia Allah, yang hanya Allah sajalah yang mengetahui hakikat yang sebenarnya. Sir inilah yang memungkinkan adanya hubungan diantara Pencipta dengan yang dicipta. Sir atau Rahasia itu memancarkan nurnya kepada mata hati. Mata hati yang bersinarkan Nur Sir (rahasia Ketuhanan) akan mendapat pengenalan tentang Sir dan mengalami suasana tauhid peringkat yang tertinggi. Apabila hakikat Sir ditemui nyatalah firman Allah : </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan Kami adalah lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, - <b>( Ayat 16 : Surah Qaaf )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan Ia tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada. <b>( Ayat 4 : Surah al-Hadiid )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!”<b>( Ayat 96 : Surah as-Saaffaat )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan kamu tidak dapat menentukan kemauan kamu (mengenai sesuatu pun), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mangurus seluruh alam. <b>( Ayat 29 : Surah at-Takwiir)</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br /><i>Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah.</i></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Apa yang ada pada kita semuanya adalah karunia dari Allah. Kemauan kita untuk melakukan amal salih datangnya dari Iradat Allah, tanpa Iradat Allah kita akan menjadi dungu, tidak berkemauan. Apabila kita melakukan amal kebaikan, kita tidak terlepas dari menggunakan daya dan upaya yang datangnya dari Allah. Tanpa Kudrat Allah kita tidak mampu bergerak. Kemampuan kita untuk berdo’a dan beramal adalah semata-mata karunia Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Mereka mengira dirinya berbudi kepadamu (wahai Muhammad) dengan sebab mereka telah Islam (tidak melawan dan tidak menentang). Katakanlah (kepada mereka): “Jangan kamu mengira keislaman kamu itu sebagai budi kepadaku, bahkan (kalaulah sah dakwaan kamu itu sekalipun maka) Allah jualah yang berhak membangkit-bangkitkan budi-Nya kepada kamu, karena Dialah yang memimpin kamu kepada iman, kalau betul kamu orang-orang yang benar (pengakuan imannya). <b>( Ayat 17 : Surah al-Hujuraat )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kehendak dan perbuatan kita adalah anugerah dari Allah. Jadi, apakah hak kita untuk menuntut Allah dengan do’a dan amal kita. Memang benar Allah berjanji untuk mengabulkan semua do’a dan mengaruniakan sesuatu menurut amalan. Namun, tidak ada satupun makhluk-Nya yang layak menagih janji tersebut. Janji Allah kembali kepada diri-Nya Sendiri. Jangan coba-coba menuntut janji Allah sebab seandainya Dia menuntut kamu dengan amanah yang dipertaruhkan kepada kamu niscaya semua amalan kamu akan hancur berkeping-keping berterbangan bagai debu, tidak ada walau sebesar atom pun yang layak dipersembahkan kepada-Nya jika kamu dihadapkan kepada keadilan-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Oleh karena itu, bernaunglah di bawah payung rahmat dan ampunan-Nya, jangan diungkit-ungkit tentang amal kamu dan janji-Nya. Contohlah akhlak Rasulullah s.a.w yang telah menerima janji Allah yaitu ketika baginda s.a.w telah bermimpi memasuki kota Makkah. Kaum muslimin percaya bahawa mimpi Rasulullah s.a.w adalah mimpi yang benar dan mereka yakin bahwa itu adalah janji Allah kepada Rasul-Nya, yang Dia mengijinkan mereka bersama-sama memasuki kota Makkah sekalipun musyrikin Quraisy masih menguasai kota tersebut. Kaum muslimin berangkat dari Madinah ke Makkah. Rombongan mereka dihadang sebelum sampai di Makkah. Kaum musyrikin menghalang-halangi kaum muslimin memasuki Makkah. Buntut dari peristiwa itu ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiah. Rasulullah s.a.w setuju agar kaum muslimin tidak memasuki Makkah pada tahun itu. Sayidina Umar al-Khattab r.a yakin akan mimpi Rasulullah s.a.w. dan beliau juga percaya bahwa mimpi Rasulullah s.a.w itu adalah janji Allah yang mengijinkan mereka memasuki kota Makkah. Beliau r.a juga yakin bahwa janji Allah adalah sesuatu yang pasti kebenarannya maka ia tetap tegas akan memasuki Makkah walaupun dengan cara berperang. Dan ia yakin itu adalah tindakan yang benar. Beliau r.a menganjurkan agar berperang supaya kebenaran mimpi Rasulullah s.a.w dan kebenaran janji Allah menjadi kenyataan. Iman Sayyidina Umar r.a yang sangat mendalam membuatnya mau maju terus menurut petunjuk yang sampai kepada beliau r.a. tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Lain halnya Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq dengan kecemerlangan Nur Sirnya beliau bersikap menyetujui tindakan Rasulullah s.a.w menandatangani dan mencap Perjanjian Hudaibiah. Melalui Nur Sirnya, Sayyidina Abu Bakar r.a dapat menyaksikan apa yang terlindung dari pandangan mata hati Umar r.a. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kenyataannya, perjanjian tersebut banyak memberi manfaat kepada kaum muslimin. Kebijaksanaan Rasulullah s.a.w menandatangani Perjanjian Hudaibiah bersesuaian dengan kebenaran pandangan mata hati Abu Bakar r.a melalui pancaran Nur Sirnya. Sesuai dengan Perjanjian Hudaibiah, pada tahun berikutnya kaum muslimin dapat memasuki kota suci Makkah secara aman. Benarlah apa yang dimimpikan oleh Rasulullah s.a.w dan benarlah janji Allah. Rasulullah s.a.w menerima janji Allah sebagai satu karunia yang wajib diyakini dengan cara bertawakal kepada Allah dalam pelaksanaannya. Bila terjadi sesuatu yang pada lahirnya menghalang pelaksanaan janji Allah itu, Rasulullah s.a.w tidak menagih Allah dengan janji tersebut, sebaliknya baginda s.a.w mengembalikannya kepada Allah., dan sebagai balasan terhadap kerelaan menerima takdir Allah maka Allah karuniakan pula Perjanjian Hudaibiah yang banyak membantu perkembangan dakwah Islam. Allah sekali-kali tidak melupakan janji-Nya mengijinkan kaum muslimin menziarahi tanah suci Makkah, dengan rahmat-Nya kaum muslimin memasuki kota Makkah pada tahun berikutnya dalam suasana aman. Jadi, apabila janji Allah dikembalikan kepada Allah maka Allahlah yang melaksanakannya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Peristiwa di atas memberi pengajaran kepada kita tentang Sir Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq r.a, yaitu Rahsia pada hati nuraninya, firasat yang menghubungkannya dengan Allah. Sir yang menguasainya itulah yang menjadikannya bergelar <i>as-Shiddiq</i> (Seorang yang senantiasa membenarkan). Beliau r.a dapat membenarkan kebenaran Nabi Muhammad s.a.w tanpa pertimbangan dan bantahan. Beliau r.a membenarkan peristiwa Isra Mi’raj ketika kebanyakan kaum Quraisy mendustakannya. Abu Bakar r.a bukanlah seorang dungu yang bertaklid secara membabi buta. Namun, apa yang sampai kepadanya diakui oleh Sirnya yang memperoleh pengesahan dari Allah. Cahaya kebenaran yang keluar dari Rasulullah s.a.w selalu dibenarkan cahaya kebenaran yang keluar dari Sir Abu Bakar r.a, sebab itulah Abu Bakar r.a senantiasa membenarkan Rasulullah saw tanpa syarat dan usulan. Bukti apa lagi yang diperlukan apabila Sir telah mendapat jawaban dari Allah s.w.t. Sir atau Rahsia Allah itulah yang tidak berpisah dari Allah, sentiasa menghadap kepada Allah dan mendengar Kalam Allah. Sir itulah yang mengenal Allah </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kemurnian Sir Abu Bakar as-Shiddiq r.a terbukti lagi ketika wafatanya Rasulullah s.a.w. Sayyidina Umar r.a yang dikuasai oleh iman yang sangat kuat dan dalam yang melahirkan cinta yang mengharu biru terhadap jungjungannya, Rasulullah s.a.w, Kekasih Allah, beliau r.a manghunus pedang siap memancung kepala siapa saja yang berani mengatakan Rasulullah s.a.w sudah wafat. Namun, Sayyidina Abu Bakar r.a, yang kecintaannya terhadap Rasulullah s.a.w sama-sama mendalam mampu mengatakan, “ Barang siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad sudah wafat, tetapi siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup tidak akan wafat selama-lamanya!” </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Begitulah murninya cahaya atau nur yang diterima oleh Sayyidina Abu Bakar r.a di dalam hatinya yang dipancarkan oleh Sir. Tidak salah jika dikatakan sekiranya mau memahami hakikat Sir maka pahamilah diri Sayyidina Abu Bakar as- Shiddiq r.a. Mengenali beliau r.a membuat seseorang mengenali tanda-tanda Sir. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalam Hikmat ketujuh ini memberi panduan untuk memahami hakikat Sir. Tanda seseorang tidak mendapat sinar Nur Sir ialah dia meragukan janji-janji Allah disebabkan dia membuat definisi dan memaknai maksud janji Allah menurut seleranya sendiri. Bagaimana kedudukan kita terhadap janji Allah, begitulah keadaan hati kita berhubungan dengan Rahasia Allah atau Sirrullah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">8. JALAN MEMPEROLEH MA’RIFAT</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">APABILA ALLAH MEMBUKAKAN BAGIMU JALAN UNTUK MA’RIFAT, MAKA JANGANLAH ENGKAU HIRAUKAN TENTANG AMAL-AMALMU YANG MASIH SEDIKIT KARENA ALLAH TIDAK MEMBUKA JALAN TADI MELAINKAN DIA BERKEHENDAK MEMPERKENALKAN DIRI-NYA KEPADAMU</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat-kalimat Hikmah yang telah diuraikan mengajak kita merenung secara mendalam tentang pengertian amal, Qada dan Qadar, tadbir dan ikhtiar, doa dan janji Allah, yang semuanya itu mendidik rohani kita agar melihat betapa kecilnya apa yang datang daripada hamba dan betapa besarnya apa-apa yang dikaruniakan oleh Allah. Rohani yang terdidik begini akan membentuk sikap beramal tanpa melihat kepada amalan itu, sebaliknya melihat amalan itu sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri. Orang yang terdidik seperti ini tidak lagi membuat tuntutan kepada Allah tetapi membuka hati nuraninya untuk menerima taufik dan hidayah dari Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang hatinya suci bersih akan menerima pancaran Nur Sir dan mata hatinya akan melihat kepada hakikat bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Suci dan Maha Tinggi tidak mungkin ditemui dan dikenali kecuali jika Dia mau ditemui dan dikenali. Tidak ada ilmu dan amal yang mampu menyampaikan seseorang kepada Allah. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah. Allah hanya dikenali apabila Dia memperkenalkan ‘diri-Nya’. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Penemuan hakikat bahwa tidak ada jalan yang terhulur menuju gerbang ma’rifat merupakan puncak yang dapat dicapai oleh ilmu. Ilmu tidak mampu pergi lebih jauh dari itu. Apabila mengetahui dan mengakui bahwa tidak ada jalan atau tangga yang dapat mencapai Allah maka seseorang itu tidak lagi bersandar kepada ilmu dan amalnya, apalagi kepada ilmu dan amal orang lain. Bila sampai di sini seseorang itu tidak ada pilihan lagi melainkan menyerah sepenuhnya kepada Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ada orang yang mengetuk pintu gerbang ma’rifat dengan doanya. Jika pintu itu tidak terbuka maka semangatnya akan menurun hingga bisa jadi malah putus asa. Ada pula orang yang berpegang dengan janji Allah bahwa Dia akan membuka jalan-Nya kepada hamba-Nya yang berjuang pada jalan-Nya. Kuatlah dia beramal agar dia lebih layak untuk menerima karunia Allah sebagaimana janji-Nya. Dia menggunakan kekuatan amalannya untuk mengetuk pintu gerbang ma’rifat. Bila pintu tersebut tidak terbuka juga maka dia akan merasa ragu-ragu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam perjalanan mencari ma’rifat seseorang tidak terlepas dari kemungkinan menjadi ragu-ragu, lemah semangat dan berputus asa jika dia masih bersandar kepada sesuatu selain Allah. Seorang hamba tidak ada pilihan kecuali berserah diri kepada Allah, hanya Dia yang memiliki kuasa Mutlak dalam menentukan siapakah antara hamba-hamba-Nya yang layak mengenali Diri-Nya. Ilmu dan amal hanya digunakan untuk membentuk hati yang berserah diri kepada Allah<i>. Aslim</i> atau menyerah diri kepada Allah adalah perhentian di hadapan pintu gerbang ma’rifat. Hanya para hamba yang sampai di perhentian aslim ini yang mempunyai kemungkinan menerima karunia ma’rifat. Allah mengantarkan hamba-Nya ke situasi ini adalah tanda bahwa si hamba tersebut dipersiapkan untuk menemui-Nya. Aslim adalah maqom muqorobah (berdekatan) dengan Allah. Barang siapa yang sampai kepada maqom ini haruslah terus membenamkan dirinya ke dalam lautan penyerahan tanpa menghiraukan banyak atau sedikit ilmu dan amal yang dimilikinya. Sekiranya Allah menghendaki dari maqom inilah hamba diangkat ke Hadirat-Nya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jalan menuju perhentian aslim yaitu pintu gerbang ma’rifat secara umum terbagi kepada dua. Jalan pertama dinamakan jalan orang yang mencari dan jalan kedua dinamakan jalan orang yang dicari. Orang yang mencari akan melalui jalan di mana dia kuat melakukan mujahadah (sungguh-sungguh), berjuang melawan godaan hawa nafsu, kuat melakukan amal ibadah dan gemar menuntut ilmu. Lahirnya sibuk melaksanakan tuntutan syariat dan batinnya memperteguh iman. Dipelajarinya tarekat tasawuf, mengenal sifat-sifat yang tercela dan berusaha mengikiskannya dari dirinya. Kemudian diisikan dengan sifat-sifat yang terpuji. Dipelajarinya perjalanan nafsu dan melatih dirinya agar nafsunya menjadi bertambah suci hingga meningkat ke tahap yang diridhai Allah. Inilah orang yang diceritakan Allah dengan firman-Nya: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh (mujahadah) karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keridhaan); dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah senantiasa beserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya. <b>( Ayat 69 : Surah al-‘Ankabut )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Wahai manusia, Sesungguhnya kalian sentiasa bersusah-payah- (menjalankan keadaan hidupmu) dengan segenap upayamu hingga kembali kepada Tuhanmu, kemudian kalian akan temukan balasan apa yang telah kalian usahakan itu (tercatat semuanya). <b>(Ayat 6 : Surah al-Insyiqaaq )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Orang yang bermujahadah pada jalan Allah dengan cara menuntut ilmu, mengamalkan ilmu yang dituntut, memperbanyak ibadah, berzikir, menyucikan hati, maka Allah menunjukkan jalan dengan memberikan taufik dan hidayah sehingga terbuka kepadanya suasana berserah diri kepada Allah tanpa ragu-ragu dan ridha dengan apa-apa yang telah Allah tentukan. Dia dibawa menghampiri pintu gerbang ma’rifat dan hanya Allah saja yang menentukan apakah orang tadi akan dibawa ke Hadrat-Nya atau tidak, dikaruniai ma’rifat atau tidak. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Golongan orang yang dicari menempuh jalan yang berbeda dari golongan orang yang mencari. Orang yang dicari tidak cenderung untuk menuntut ilmu atau beramal dengan tekun. Dia hidup selaku orang awam tanpa kesungguhan bermujahadah. Namun, Allah telah menentukan satu kedudukan kerohanian kepadanya, maka takdir akan mengantarnya sampai pada kedudukan yang telah ditentukan itu. Orang dalam golongan ini biasanya berhadapan dengan suatu peristiwa yang dengan serta-merta membawa perubahan jalan hidupnya. Perubahan sikap dan kelakuan berlaku secara mendadak. Kejadian yang menimpanya selalu berbentuk ujian yang memutuskan hubungannya dengan sesuatu yang menjadi penghalang diantara dirinya dengan Allah. Jika dia seorang raja yang beban kerajaannya menyebabkan dia tidak mampu mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mencabut kerajaan itu dari dirinya. Terlepaslah dia dari beban tersebut dan pada masa yang sama timbul suatu keinsafan di dalam hatinya yang membuatnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Sekiranya dia seorang hartawan, takdir akan menghapus hartanya sehingga dia tidak ada tempat bergantung kecuali Allah sendiri. Seandainya dia berkedudukan tinggi, takdir mencabut kedudukan tersebut dan ikut tercabut pula kemuliaan yang dimilikinya tergantikan dengan kehinaan sehingga dia tidak punya tempat yang bisa dituju lagi kecuali kepada Allah. Takdir menghalangi orang ini untuk menerima bantuan dari makhluk sehingga mereka berputus asa terhadap makhluk. Lalu mereka kembali dengan penuh kerendahan hati kepada Allah dan timbulah dalam hati mereka suasana penyerahan atau aslim yang sebenar-benarnya terhadap Allah. Penyerahan yang tidak mengharapkan apa-apa dari makhluk menjadikan mereka ridha dengan apa saja ketentuan Allah. Suasana begini membuat mereka sampai dengan cepat ke depan pintu gerbang ma’rifat walaupun ilmu dan amal mereka masih sedikit. Orang yang berjalan dengan kendaraan bala bencana mampu sampai ke hadapan gerbang tersebut dalam masa dua bulan sedangkan orang yang mencari mungkin bisa sampai dalam masa dua tahun. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Abu Hurairah r.a menceritakan, beliau r.a mendengar Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Allah berfirman: “ Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman kemudian dia tidak mengeluh kepada orang-orang yang mengunjunginya maka Aku lepaskan dia dari belenggu-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari yang dahulu, dan dia dipersilahkan memperbaharui amalnya sebab yang lalu telah diampuni semua”. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Amal kebaikan dan ilmunya tidak mampu membawanya kepada kedudukan kerohanian yang telah ditentukan Allah, lalu Allah dengan rahmat-Nya mengenakan ujian bala bencana yang menariknya dengan cepat kepada kedudukan muqorobin (orang-orang yang dekat dengan Allah). Oleh karena itu, tidak perlu dipersoalkan tentang amalan dan ilmu seandainya keadaan demikian menimpa seorang hamba-Nya.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">9. AHWAL MENENTUKAN AMAL</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">BERBAGAI JENIS AMAL ADALAH KARENA BERBAGAI AHWAL (HAL-HAL)</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat Hikmah ke 9 di atas ringkas tetapi padat. Hikmah ini merupakan lanjutan dari Kalimat Hikmah ke 8 yang telah diuraikan sebelumnya. Hikmah yang ke delapan menjelaskan sampai perhentian di hadapan pintu gerbang dan belum menyentuh ma’rifat. Hikmah ke sembilan ini memberi gambaran tentang ma’rifat tetapi tidak dibahas tuntas apa itu ma’rifat dan tidak juga diuraikan secara terus terang, sebaliknya yang dibahas adalah mengenai ahwal. <i>Ahwal </i>adalah bentuk jamak bagi hal. Hikmah ini memberi arti bahwa hal membentuk keadaan amal. Amal adalah perbuatan atau kelakuan lahiriah dan hal adalah suasana atau kelakuan hati. Amal berkaitan dengan lahiriah sedangkan hal berkaitan dengan batiniah. Oleh karena hati menguasai seluruh anggota badan maka kelakuan hati yaitu hal akan menentukan bentuk amal atau perbuatan lahiriah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam pandangan tasawuf, hal diartikan sebagai pengalaman rohani dalam proses mencapai hakikat dan ma’rifat. Hal merupakan <i>zauk</i> atau cita rasa yang berkaitan dengan keTuhanan yang melahirkan ma’rifatullah (pengenalan tentang Allah). Oleh sebab itu, tanpa hal tidak ada hakikat dan tidak diperoleh ma’rifat. Ahli ilmu membangun ma’rifat melalui dalil ilmiah tetapi ahli tasawuf berma’rifat melalui pengalaman, melalui zauk (cita rasa) tentang keberadaan Allah.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sebelum memperoleh pengalaman hakikat, ahli kerohanian terlebih dahulu memperoleh <i>kasyaf.</i> Kasyaf adalah terbukanya rahasia keghaiban kepadanya. Kasyaf yang paling penting adalah mengenali tipu daya syaitan yang bersembunyi dalam berbagai bentuk dan suasana dunia ini. Kasyaf yang menerima hakikat sesuatu - walau apapun juga bentuk rupa yang ditemukan - penting bagi pengembara kerohanian. Rasulullah s.a.w sendiri sebagai ahli kasyaf yang paling unggul hanya melihat Jibril a.s dalam rupanya yang asli dua kali saja, walaupun setiap kali Jibril a.s menemui Rasulullah s.a.w dengan rupa yang berbeda-beda, Rasulullah s.a.w tetap mengenalinya sebagai Jibril a.s. Kasyaf yang seperti inilah yang diperlukan agar seseorang itu tidak tertipu dengan tipu daya syaitan yang menjelma dalam berbagai bentuk rupa yang hebat dan menawan sekalipun, seperti berbentuk seseorang yang kelihatan alim, wara’ dan shalih. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bila seseorang ahli kerohanian memperoleh kasyaf maka dia telah bersedia untuk menerima kedatangan hal atau zauk atau cita rasa, yakni pengalaman kerohanian tentang keberadaan Allah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hal atau zauk atau cita rasa tidak mungkin diperoleh dengan beramal dan menuntut ilmu. Sebelumnya pernah dinyatakan bahwa tidak ada jalan untuk masuk ke dalam gerbang ma’rifat. Seseorang hanya mampu beramal dan menuntut ilmu untuk sampai menghampiri pintu gerbangnya. Apabila sudah sampai di situ seseorang hanya tinggal menanti karunia Allah, semata-mata karunia Allah yang membawa ma’rifat kepada hamba-hamba-Nya. Karunia Allah yang mengandung ma’rifat itu dinamakan hal. Allah memancarkan Nur-Nya ke dalam hati hamba-Nya dan akibat dari pancaran itu hati akan mendapat sesuatu pengalaman atau terbentuk satu suasana di dalam hati. Misalnya, pancaran Nur Ilahi membuat hati mengalami hal bahwa Allah Maha Perkasa. Apa yang terbentuk di dalam hati itu tidak dapat digambarkan tetapi pengaruhnya atau dampaknya dapat dilihat dari tubuhnya yang menggigil hingga dia jatuh pingsan. Pancaran Nur Ilahi membuat hati mengalami hal atau zauk atau cita rasa yang dapat merasakan keperkasaan Allah dan pengalaman inilah yang dinamakan hakikat, yakni hati mengalami hakikat keperkasaan Allah. Pengalaman hati tersebut membuatnya berpengetahuan tentang maksud Allah Maha Perkasa.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jadi, pengalaman yang diperoleh dari zauk atau cita rasa tentang hakikat melahirkan pengetahuan tentang Allah. Pengetahuan itulah yang dinamakan ma’rifat. Orang yang mengalaminya dikatakan berma’rifat terhadap keperkasaan Allah. Oleh sebab itu, untuk mencapai ma’rifat dalam terminologi tasawuf, seseorang haruslah mengalami hakikat merasakan sendiri zauk atau cita rasa itu. Inilah jenis ma’rifat yang tertinggi. Ma’rifat tanpa pengalaman hati adalah ma’rifat secara ilmu. Ma’rifat secara ilmu bisa didapat dengan belajar, sementara secara zauk bisa didapat melalui latihan kerohanian. Ahli tasawuf tidak berhenti hanya sampai tingkat ma’rifat secara ilmu, mereka bahkan mempersiapkan hati mereka agar mampu menerima kedatangan ma’rifat secara zauk atau ma’rifat secara cita rasa. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ada orang yang memperoleh hal sekali saja dan dikuasai oleh hal dalam tempo tertentu dan ada juga yang berkekalan di dalam hal itu. Hal yang berterusan atau berkekalan dinamakan wisal yaitu penyerapan hal secara berterusan, kekal atau baqa. Orang yang mencapai wisal akan terus hidup dengan cara hal yang mengenainya. Hal-hal (ahwal) dan wisal bisa dibagi dalam lima jenis: </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">1. <b><i>Abid</i></b></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Abid adalah orang yang dikuasai oleh hal atau zauk atau cita rasa yang membuat dia sangat-sangat merasakan bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai daya dan upaya untuk melakukan sesuatu. Kekuatan, upaya, bakat-bakat dan apa saja yang ada pada dirinya hanyalah daya dan upaya dari Allah. Semuanya itu hanyalah karunia-Nya semata-mata. Allah sebagai Pemilik yang sebenarnya, apabila Dia memberi, maka Dia berhak pula mengambil kembali pada masa-masa yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah sehingga sekiranya dia melepaskan sandaran itu, dia akan jatuh, tidak berdaya, tidak bisa bergerak, karena dia benar-benar melihat dirinya kehilangan apa-apa yang datang dari Allah. Hal atau suasana yang menguasai hati abid itu akan melahirkan amal atau kelakuan sangat kuat dalam beribadah, tidak memperdulikan dunia dan isinya, tidak ikut campur dalam urusan orang lain, sangat takut berjauhan dari Allah dan gemar menyendiri. Dia merasakan apa saja yang selain Allah akan menjauhkan dirinya dari Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">2. <b><i>Asyikin</i></b></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Asyikin ialah orang yang sangat terpesona dengan sifat Allah yang Maha Indah. Apa saja yang dilihatnya menjadi cermin yang dia mampu merasakan (zauk) Keindahan serta Keelokan Allah di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin ialah gemar merenung di alam senantiasa memuji Keindahan Allah pada apa yang disaksikannya. Dia bisa duduk menikmati keindahan alam berjam-jam tanpa merasa jemu. Kilauan ombak dan rintikan hujan memukau pandangan hatinya. Semua yang terlihat adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah. Orang yang menjadi asyikin mempunyai alam tersendiri yang di dalamnya hanyalah Keindahan Allah. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">3. <b><i>Muttakhaliq</i></b> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Muttakhaliq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana Qurbi Faraidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faraidh, muttakhaliq merasakan dirinya adalah alat dan Allah menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau kelakuan dirinya terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu mengubah apa yang mau terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia merasakan menjadi orang yang berpisah dari dirinya sendiri. Dia melihat dirinya melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau mempengaruhinya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia merasakan bahwa Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dalam suasana Qurbi Nawafil muttakhaliq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat Allah yang menguasai bakat dan upaya pada seluruh anggotanya dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, yaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil ialah berbuat dengan izin Allah karena Allah mengaruniakan kepadanya kemampuan untuk berbuat sesuatu. Contoh Qurbi Nawafil adalah tindakan Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah, juga mu’jizat beliau a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat sifat-sifat Allah yang diizinkan menjadi bakat dan daya upaya beliau a.s, sebab itu beliau a.s tidak ragu-ragu untuk menggunakan bakat tersebut menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah tentunya.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm 5pt 36pt; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">4.</span><span style="font-size: 7pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><b><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Muwahhid</span></i></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Muwahhid yaitu fana dalam zat, zatnya lenyap dan Zat Mutlak yang menguasainya. Hal bagi muwahhid ialah dirinya menjadi tidak dirasakan keberadaannya, yang ia rasakan adalah keberadaan Allah. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesadaran basyariah dan segala bentuk yang ada. Kelakuan atau amalnya tidak lagi seperti manusia biasa. Dia telah fana dari ‘aku’ dirinya dan ia dikuasai oleh hakikat keberadaan Allah. Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesadarannya kembali dan dia menjadi ahli syariat yang taat. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">5. <b><i>Mutahaqqiq</i></b></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><br />Mutahaqqiq ialah orang yang setelah fana dalam zat turun kembali kepada kesadaran sifat, seperti yang terjadi pada nabi-nabi dan wali-wali Allah demi melaksanakan amanat sebagai khalifah Allah di atas muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diurus. Dalam kesadaran zat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan Allah, dan tidak peduli tentang urusan rumah tangga ataupun kehancuran dunia seluruhnya. Saat itu orang yang demikian tidak bisa dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesadaran sifat barulah dia bisa memimpin orang lain. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ahwal (hal-hal) yang menguasai hati nurani berbeda-beda, yang dengannya terbentuk perilaku amal yang berbeda-beda pula. Ahwal mesti difahami dengan sebenar-benarnya oleh orang yang memasuki latihan tarekat kerohanian, supaya dia mengetahui dalam amal yang bagaimana dia mendapat kedamaian dan mencapai maksud dan tujuan, apakah dengan shalat sunnah, zikir atau puasa. Dia mesti berpegang sungguh-sungguh kepada amal yang dicetuskan oleh hal tadi, agar dia mampu dan selamat sampai ke puncak.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">10. IKHLAS ADALAH RUHNYA IBADAH</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">AMALAN LAHIR ADALAH KERANGKA SEDANGKAN RUHNYA ADALAH IKHLAS YANG </span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">TERSEMBUNYI DALAM AMALAN ITU</span></b><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Amal lahiriah digambarkan sebagai kerangka tubuh dan ikhlas digambarkan sebagai nyawa yang menghidupkan tubuh itu. Sekiranya kita kurang mendapat dampak yang baik dari latihan kerohanian hendaklah kita merenung dengan mendalam apakah amal tubuh kita bernyawa atau tidak. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Kalimat Hikmah ke 10 ini menghubungkan amal dengan ikhlas. Kalimat Hikmah ke 9 yang lalu telah menghubungkan amal dengan hal. Kedua Kalimat Hikmah ini membangun jembatan yang menghubungkan hal dengan ikhlas, kedua-duanya ada kaitan dengan hati, atau lebih tepat jika dikatakan ikhlas sebagai suasana hati dan hal sebagai Nur Ilahi yang menyinari hati yang ikhlas. Ikhlas menjadi persediaan yang penting bagi hati menyambut kedatangan Nur Ilahi. Apabila Allah berkehendak memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya maka dipancarkan Nur-Nya kepada hati hamba tersebut. Nur yang dipancar kepada hati ini dinamakan Nur Sir atau Nur Rahsia Allah. Hati yang diterangi oleh nur akan merasai hal keTuhanan atau mendapat tanda-tanda tentang Allah. Setelah mendapat pertanda dari Allah maka hati pun mengenal Allah. Hati yang memiliki ciri atau sifat begini dikatakan hati yang mempunyai ikhlas tingkat tertinggi. Allah berfirman :</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dan sebenarnya perempuan itu berkeinginan sangat kepadanya, dan Yusuf ( timbu pula ) keinginannya kepada perempuan itu, kalaulah ia tidak menyadari keberadaan Tuhannya (tentang hinanya berbuat zina). Maka demikianlah (takdir Kami), untuk menjauhkan dari Yusuf perkara-perkara yang tidak baik dan perbuatan yang hina, karena sesungguhnya ia dari hamba-hamba Kami yang dibersihkan dari segala dosa. <b>( Ayat 24 : Surah Yusuf )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Nabi Yusuf a.s adalah hamba Allah yang ikhlas. Hamba yang ikhlas berada dalam pemeliharaan Allah. Apabila dia dirangsang untuk melakukan kejahatan dan kekotoran, Nur Rahasia Allah akan memancar di dalam hatinya sehingga dia menyaksikan dengan jelas akan tanda-tanda Allah dan sekaligus meleburkan rangsangan jahat tadi. Inilah tingkat ikhlas yang tertinggi yang dimiliki oleh orang arif dan yang dekat dengan Allah. Mata hatinya sentiasa memandang kepada Allah, tidak pada dirinya dan perbuatannya. Orang yang berada di dalam maqom ikhlas yang tertinggi ini sentiasa dalam keridhaan Allah baik pada saat beramal ataupun pada saat diam. Allah sendiri yang memeliharanya. Allah mengajarkan agar hamba-Nya menghubungkan diri dengan-Nya dalam keadaan ikhlas. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dia Yang Tetap Hidup; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka beribadahlah kepada-Nya dengan mengikhlaskan amalanmu kepada-Nya semata-mata. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mengurus semesta alam. (<b> Ayat 65 : Surah al-Mu’min )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah Yang Maha Hidup. Dia yang memiliki segala kehidupan. Dia jualah Tuhan sekalian alam. Apa saja yang ada dalam alam ini adalah ciptaan-Nya. Apa saja yang hidup adalah dihidupkan oleh-Nya. Jalan dari Allah adalah nikmat dan karunia, sementara jalan dari hamba kepada-Nya adalah ikhlas. Hamba dituntut supaya mengikhlaskan segala aspek kehidupan untuk-Nya. Dalam melaksanakan tuntutan mengikhlaskan kehidupan untuk Allah ini hamba tidak boleh berasa takut dan gentar kepada sesama makhluk. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Oleh itu maka sembahlah kamu akan Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya (dan menjauhi bawaan syirik), sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (amalan yang demikian). <b>( Ayat 14 : Surah al-Mu’min )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah telah menetapkan etika kehidupan yang perlu dijunjung, dihayati, diamalkan, disebarkan dan diperjuangkan oleh kaum muslimin dengan sepenuh jiwa raga dalam keadaan ikhlas karena Allah, meskipun ada orang-orang yang tidak suka, orang-orang yang menghina, orang-orang yang membangkang dan mengadakan perlawanan. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Katakanlah: “Tuhanku menyuruh berlaku adil (pada segala perkara), dan (menyuruh supaya kamu) hadapkan muka (dan hati) kamu (kepada Allah) dengan betul pada tiap-tiap kali mengerjakan shalat, dan beribadahlah dengan mengikhlaskan amal agama kepada-Nya semata-mata; (kareana) sebagaimana Ia telah menjadikan kamu pada mulanya, (demikian pula) kamu akan kembali (kepada-Nya)”. <b>( Ayat 29 : Surah al-A’raaf )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sekalipun sukar mencapai peringkat ikhlas yang tertinggi tetapi harus diusahakan agar diperoleh keadaan hati yang ikhlas dalam segala perbuatan baik yang lahir maupun yang batin. Orang yang telah tumbuh di dalam hatinya rasa kasih Allah akan berusaha membentuk hati yang ikhlas. Mata hatinya melihat bahawa Allah jualah Tuhan Yang Maha Agung dan dirinya hanyalah hamba yang hina. Hamba berkewajiban tunduk, patuh dan taat kepada Tuhannya. Orang yang di dalam maqom ini beramal karena Allah, karena Allah yang memerintahkan supaya beramal, karena Allah berhak ditaati, karena perintah Allah wajib dilaksanakan, semuanya karena Allah tidak karena sesuatu yang lain. Golongan ini sudah dapat menawan hawa nafsu yang rendah dan pesona dunia tetapi dia masih melihat dirinya di samping Allah. Dia masih melihat dirinya yang melakukan amal. Dia gembira karena menjadi hamba Allah yang beramal karena Allah. Sifat kemanusiaan biasa masih mempengaruhi hatinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Setelah rohaninya meningkat, hatinya dikuasai sepenuhnya oleh kehendak Allah, menjadi orang arif yang tidak lagi melihat kepada dirinya dan amalnya tetapi melihat Allah, Sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Apa saja yang ada padanya adalah anugerah Allah. Sabar, ridha, tawakal dan ikhlas yang ada padanya semuanya merupakan anugerah Allah, bukan amal yang lahir dari kekuatan dirinya. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Tingkat ikhlas yang paling rendah ialah apabila amal perbuatan bersih daripada riya’ (pamer) yang jelas dan yang samar tetapi masih terikat dengan keinginan kepada pahala yang dijanjikan Allah. Ikhlas seperti ini dimiliki oleh orang yang masih kuat bersandar kepada amal, yaitu hamba yang mentaati Tuannya karena mengharapkan upah daripada Tuannya itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Di bawah tingkatan ini tidak dinamakan ikhlas lagi. Tanpa ikhlas seseorang beramal karena sesuatu tipu daya kedunia, mau dipuji, mau menutupi kejahatannya agar orang percaya kepadanya dan bermacam-macam lagi tipu daya yang rendah. Orang dari golongan ini walaupun banyak melakukan amalan tetapi amalan mereka adalah laksana tubuh yang tidak bernyawa, tidak dapat menolong tuannya dan di hadapan Allah nanti akan menjadi debu yang tidak menolong orang yang melakukannya. Setiap orang yang beriman kepada Allah mesti mengusahakan ikhlas pada amalannya sebab tanpa ikhlas syiriklah yang menyertai amalan tersebut, sebanyak ketiadaan ikhlas itu. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">(Amalkanlah perkara-perkara itu) dengan tulus ikhlas kepada Allah, serta tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. <b>(Ayat 31 : Surah al-Hajj )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“Serta (diwajibkan kepadaku): ‘Hadapkanlah seluruh dirimu menuju (ke arah mengerjakan perintah-perintah) diin dengan betul dan ikhlas, dan janganlah engkau menjadi orang-orang musyrik’”. Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) menyembah atau memuja yang lain dari Allah, yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepadamu dan tidak juga dapat mendatangkan mudharat kepadamu. Sekiranya engkau mengerjakan yang demikian, maka pada saat itu engkau menjadi bagian dari orang-orang yang berlaku zalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu). <b>( Ayat 105 & 106 : Surah Yunus )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Daging dan darah binatang kurban itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya ialah amal yang ikhlas yang berdasarkan takwa dari kamu. <b>(Ayat 37 : Surah al-Hajj )</b></span></i><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allah menyeru supaya berbuat ikhlas dan tidak berbuat syirik. Ikhlas adalah lawan dari syirik. Jika sesuatu amal itu dilakukan dengan anggapan bahwa ada makhluk yang berkuasa mendatangkan manfaat atau mudarat, maka tidak ada ikhlas pada amal tersebut. Bila tidak ada ikhlas maka syiriklah ia yaitu sesuatu atau seseorang yang kepadanya amal itu ditujukan. Orang yang beramal tanpa ikhlas itu disebut sebagai orang zalim, walaupun pada lahiriahnya dia tidak menzalimi siapapun. </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 5pt 0cm; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Intisari ikhlas adalah melakukan sesuatu karena Allah semata-mata, tidak ada kepentingan lain. Kepentingan diri sendiri merupakan musuh ikhlas yang paling utama. Kepentingan diri lahir dari nafsu. Nafsu selalu menginginkan kemewahan, kedudukan, kemuliaan, puji-pujian dan sebagainya. Apa yang lahir dari nafsu, itulah yang sering menghalang atau merusak keikhlasan.</span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"> <o:p></o:p></span></p>Pencari Cinta Illahihttp://www.blogger.com/profile/04445761582886161668noreply@blogger.com2