Wahai Saudaraku ....Kemana lagi engkau akan kembali selain kepada Alloh Swt

Wahai para pencari ketenangan sesungguhnya ketenangan sejati ketika engkau bisa mengenal Alloh...Wahai para pencari ke ridhoan sesungguhnya hanya dari kerihoan Alloh saja yang akan menyelamatkan...Wahai para pencari kesenangan sesungguhnya kesenangan sejati hanya dari Alloh saja kelak ...

Kamis, 05 Februari 2009

Cemburu3

Sisi lain kecemburuan adalah, bahwa sebagian orang cemburu ketika melihat orang lain berdzikir kepada-Nya dengan alpa; sehingga tidak mungkin rasanya memandang mereka, yang membuatnya menderita.

Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkomentar tentang kejadian ketika seorang Badui masuk ke dalam masjid Nabi dan kencing. Para sahabat berdatangan untuk mengeluarkan orang itu. Abu Ali mengatakan, "Orang Badui itu berperilaku buruk sekali, tetapi rasa malu justru menimpa para sahabat. Begitu juga halnya dengan seorang hamba. Apabila ia mengetahui kemahakuasaan dan kebesaran Allah swt, maka ia akan marah manakala mendengar seseorang berdzikir kepada Allah dengan ceroboh, atau manakala melihat seseorang yang melakukan ketaatan ibadat tanpa benar benar disertai penghormatan kepada-Nya."

Diceritakan, bahwa salah seorang putra Abu Bakr asy-Syibly yang bernama Abul Hasan, meninggal dunia. Sebagai tanda berkabung, ibunya memotong seluruh rambutnya. Asy-Syibly pergi ke rumah pemandian dan mencukur jenggotnya hingga licin. Setiap orang yang datang untuk mengucapkan dukacita bertanya, "Apa yang telah engkau lakukan, wahai Abu Bakr?" Ia menjawab, "Aku mengikuti contoh yang diberikan istriku." Salah seorang di antara mereka bertanya lagi, "Katakanlah kepadaku, wahai Abu Bakr, mengapa Anda melakukan hal ini?" Ia menjawab, "Aku tahu bahwa orang orang akan datang untuk menyatakan belasungkawa dengan menyebut nama Allah secara sembrono dengan mengatakan, 'Semoga Allah memberikan ganti kepadamu.' Aku mengorbankan jenggotku untuk menebus kesembronoan mereka dalam menyebut nyebut nama Allah swt."

Ketika an-Nury mendengar seseorang menyerukan adzan, ia berteriak, "Bohong dan racun!" Sebaliknya ketika mendengar seekor anjing menggonggong, la berkata, "Iya, aku siap, melayanimu!" Seseorang berkomentar, "Ini adalah bid'ah. Ia mengatakan kepada seorang beriman yang bersaksi atas tauhid, 'Bohong dan racun,' sementara ia mengatakan, 'Yah, siap melayanimu!' pada anjing yang menggonggong!" Ketika ditanya alasan ucapannya itu, an-Nury menjelaskan, "Orang itu menyebut nyebut nama Allah dengan penuh kealpaan, sedangkan anjing itu, Allah swt. telah berfirman, 'Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.' (Q.s. AI Isra': 44)."

Suatu ketika asy-Syibly menyerukan adzan. Usai mengucapkan dua kalimat syahadat, ia berkata, "Seandainya Engkau tidak memerintahkan aku menyebut demikian, niscaya aku tidak akan menyebutkan yang lain bersama, dengan-Mu."

Suatu ketika seseorang mendengar seorang lainnya berseru, "Maha, Agung Allah!" Ia menjawab, "Aku lebih suka mengagungkan-Nya, dengan cara tidak seperti itu!"

Abul Hasan al-Khazafany berkata, "Laa ilaaha illallaah dari dalam kalbu, dan Muhammadurrasuulullaah dari telingaku, maka orang yang hanya melihat perkataan ini pada tekstualnya saja akan menyangka bahwa ia telah menghina syariat. Namun sesungguhnya tidaklah demikian. Sebab, bahaya bagi tipu daya, justru ketika disandarkan pada Kekuasaan Allah swt, sementara justru menghina dalam pelaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar